Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah untuk semua ummat dan segala zaman, oleh karena itu relevansi agama Islam dengan perkembangan zaman harus selalu dapat diupayakan melalui amaliah nyata dan penafsiran yang kontekstual terhadap ajaran tersebut setidaknya hal tersebut tampil menjadi perhatian semua orang tentang fleksibilitas dan universalitasnya. Hal ini tanpa terkecuali, termasuk aspek tasawuf yang menjadi bagian dari disiplin kajian ilmu-ilmu Islam, baik dalam hal teori maupun prakteknya, baik yang dilaksanakan di dunia muslim ataupun oleh mereka yang berdiam di dunia non muslim (di dunia Barat misalnya).
Kecenderungan terhadap spiritualitas Islam, baik yang terikat secara formal dalam konteks tarekat misalnya, maupun yang non-formal, masih akan terus berlangsung, baik di daerah pedesaan maupun perkotaan, baik oleh rakyat biasa ataupun oleh pejabat dan petinggi negara. Apalagi ketika masyarakat sudah mulai merasa jenuh dengan kehidupan hedonistis di satu sisi, ataupun kehampaan dan kegersangan hati dari ketergantungan kepada yang transenden menjadikan keperluan terhadap dunia spiritual menjadi semakin kuat.
Tulisan ini akan membatasi pembahasan hanya yang berkaitan dengan perkembangan dakwah tasawuf melalui amaliah dan penyebaran tarekat di dunia modern, khususnya di negara maju/Barat yang relatif berkonotasi modern, tanpa menyertai pembahasan yang berhubungan dengan sarana dan prasarana modern yang digunakan dalam tabligh tasawuf.
Di negara berkembang seperti Indonesia, yang di dalamnya bermacam-macam agama dianut, kehidupan spiritualitas dalam masing-masing agama tersebut mendapat tempat di masing-masing pemeluknya. Sebagai negara yang mempunyai bermacam-macam budaya, bahasa dan adat istiadat, keragaman ini juga hidup dan diakui keberadaannya. Agama (Islam) sebagai suatu pedoman yang diciptakan Allah, disebut sebagai agama wahyu; sementara yang bukan dari wahyu dapat disebut sebagai budaya. Budaya adalah sesuatu yang diciptakan akal budi manusia berdasarkan akal dan fikirannya melalui upaya-upaya yang kreatif dan imajinatif, kemudian dapat berkembang menjadi peradaban (sivilisasi). Peradaban dan interpretasi agama selalu berkembang dari waktu ke waktu, dan manusia pantas menghormati keduanya. Secara normatif agama dan budaya telah mengawal dan membimbing manusia, walaupun begitu perubahan global di seluruh negara menjadikan keberadaan dan status mereka bergeser dan mendapat tantangan baru.
Agama, terutama Islam telah menetapkan ajaran-ajarannya yang universal, hal ini dikarenakan selain bahwa ia adalah agama wahyu, Islam dibawa oleh Nabi terakhir yaitu Muhammad SAW. Islam menghargai dan menerima perbedaan-perbedaan, dan karena ia sebagai rahmatan lil ‘alamin tentu ajarannya dapat menawarkan nilai-nilai yang dapat memecahkan masalah-masalah global secara umum, dan masalah-masalah Muslim pada khususnya. Allah SWT telah berfirman dalam surat QS. al-Anbiya’ (21:107) “Dan tidaklah Kami utus engkau (Muhammad) kecuali menjadi rahmat bagi semesta alam.”
Tampaknya tiap insan akan menghadapi tantangan global, termasuk insan beragama. Islam yang mengajarkan persamaan dan kesetaraan, keadilan, penghargaan dan toleransi mendapat tantangan yang besar karena di lain pihak, praktek masyarakat Muslim dan tradisi di dunia Islam terkadang tidak sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan yang dikehendaki Islam.
Keterbelakangan di negara Muslim termasuk di Indonesia, (misalnya dalam hal pendidikan, tindak kriminal dan kasus maraknya korupsi) sering berhubungan dengan tradisi tertentu atau budaya yang tidak selaras bahkan dapat pula bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri, situasi seperti ini tentu tak dapat diatribusikan kepada ajaran Islam. Walaupun demikian umat Islam tak perlu merasa takut untuk memberi jawaban terhadap tantangan global dengan formulasi interpretasi ajaran agama yang lebih dapat menjawab tantangan zaman, lebih terbuka menerima kritik dan yang penting adalah tetap dalam koridor al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW.
Bagi kaum muslimin tak ada jalan lain kecuali memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, pada saat godaan begitu besar dalam hal mempertahankan nilai-nilai dengan tidak menghalalkan segala cara sekalipun dalam keadaan krisis ekonomi, krisis kepercayaan dan krisis spiritual. Bukan hanya itu, di negara maju dan modern sekalipun yang situasi ekonomi, pendidikan dan kesejahteraannya dalam keadaan sebaliknya dibanding dengan dunia Muslim, justru kecendrungan terhadap spiritual terutama spiritual Islam/sufistik nampak menguat dari waktu ke waktu.
0 Response to "Dakwah Tasawuf di Dunia Modern"
Post a Comment