Sejarah Metode Tilawati

Metode Tilawati ini timbul karena keprihatinan para aktifis yang sudah lama berkecimpung di dunia TPQ/ TPA merasakan masih banyak kalangan umat Islam yang belum bisa membaca dan menulis al-Qur’an. Dan beraneka ragam metode pembalajaran baca al-Qur’an yang berkembang sehingga berimbas adanya gap dari masing-masing lembaga penganut beraneka ragam metode tersebut. Selain daripada itu lahirnya metode metode tilawati ini disebabkan antara lain: 

  1. Bergesernya peran orang tua terhadap anak (kurang efektif) 
  2. Terhapusnya pelajaran pegon (arab gundul) di sekolah 
  3. Perkembangan zaman yang kurang kondusif bagi pendidikan al-Qur’an 
  4. Sebagian guru kehilangan cara efektif untuk mengajar al-Qur’an sehingga mutu pendidikan kian merosot 
  5. Penggunaan sebuah metode yang tidak maksimal dan total sehingga berjalan setengah-setengah 
  6. Fenomena yang terjadi anak biasanya khatam dari sebuah metode pembelajaran al-Qur’an terlalu lama. 
  7. Keadaan manajemen TPQ/TPA banyak yang semrawut, hanya sekedar mengajarkan al-Qur’an sebisanya. 
Banyaknya staf pengajar al-Qur’an yang tidak berkualitas dalam bacaannya.
Metode Tilawati disusun pada tahun 2002 oleh Tim terdiri dari Drs.H. Hasan Sadzili, Drs H. Ali Muaffa dkk. Kemudian dikembangkan oleh Pesantren Virtual Nurul Falah Surabaya. Metode Tilawati dikembangkan untuk menjawab permasalahan yang berkembang di sekolah, antara lain: 
  1. Mutu Pendidikan Kualitas santri lulusan TK/TP al-Qur’an belum sesuai dengan target. 
  2. Metode pembelajaran masih belum menciptakan suasana belajar yang kondusif. Sehingga proses belajar tidak efektif. 
  3. Pendanaan Tidak adanya keseimbangan keuangan antara pemasukan dan pengeluaran. 
  4. Waktu pendidikan Waktu pendidikan masih terlalu lama sehingga banyak santri drop out sebelum khatam al-Qur'an. 
  5. Kelas TQA Pasca TPA TQA belum bisa terlaksana.
Dalam toeri pendidikan dikatakan bahwa media pengajaran menyumbangkan keberhasilan 20 %, guru menyumbangkan 30 %, dan manajemen menyumbangkan keberhasilan 50 %. Dengan landasan teori ini pula Lembaga Pengelola Al-Qur’an Yayasan pesantren Virtual Nurul Falah, yang dalam hal disusun oleh para praktisi dan motor penggerak TPQ Indonesia (Drs. Hasan Sadzilli, Drs. HM. Tohir Al Aly, M,Ag, KH. Masrur Mashud, dan Drs. H. Ali Muaffa) mengembangkan metode mengajar al-Qur’an dengan memadukan 3 konsep keberhasilan tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas maka jelaslah bahwa yang paling banyak menyumbangkan keberhasilan dalam pendidikan pembelajaran al-Qur’an adalah manajemen pendidikan yang terkelola dengan baik sebanyak 50%, sedangkan guru sebagai pelaksana pendidikan dan pengajaran termasuk dalam penggunaan metode yang diterapkan tingkat keberhasilannya mencapai 30%. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sejarah Metode Tilawati"

Post a Comment