Adalah sebuah buku panduan belajar membaca Al Qur’an yang kemudian disebut Metode Tilawati yang terdiri dari enam jilid. Secara khas buku ini menggunakan pendekatan klasikal dan individual secara seimbang”.
Metode tilawati ini dituangkan ke dalam buku yang terdiri dari beberapa jilid, yaitu jilid 1-5 dan ditambah jilid 6 yang berisi suratsurat pendek, ayat-ayat pilihan, ghorib dan musykilat. Dengan desain cover yang lux dan warna tulisan yang indah serta menarik perhatian, juga dengan tulisan standart dan disertai alat peraga pada masing masing jilidnya.
Tilawah (membaca) al-Qur’an disertai niat ikhlash dan tujuan yang baik adalah sebuah ibadah, yang seorang Muslim diberi pahala karenanya. Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ )الم( حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
Artinya :
Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an) maka baginya satu ganjaran, dan akan dilipatgandakan dari setiap ganjaran sepuluh kali lipat, saya tidak mengatakan alif lam mim satu huruf, namun alif adalah satu huruf, lam satu huruf dan mim adalah satu huruf.” (HR. Tirmidzi).
Kata tilawah merupakan bentuk ‘mashdar’ atau kata sifat yang terbentuk dari kata kerja dasar ‘talaa (kata kerja bentuk lampau/kkbl) - yatluu’ (kata kerja bentuk sekarang/kkbs). Dalam bentuk jamak berarti ‘talau’ atau ‘yatluuna’. Sedangkan dalam kata perintah biasanya di baca ‘utluu’ atau jika dahului wawu menjadi ‘watluu’”
Pada QS. Al-Baqarah : 121 Allah Swt berfirman :
Artinya :
Orang-orang yang Kami datangkan al-kitab kepadanya, mereka membacanya dengan sebenar-benar bacaan, merekalah yang beriman kepadanya dan barang siapa mengingkarinya maka mereka termasuk orang-orang merugi (QS Al Baqarah : 121)”
Menurut ayat tersebut, sebagaimana tafsir Al-Misbah bahwa mereka yang membaca kitab Allah, al-Quran dengan ‘haqqa tilawah’ yang menurut adalah maknanya membaca dengan sebenar-benar bacaan sebagaimana ketika ia diturunkannya (orisinalitas tertinggi) maka hal tersebut merupakan bukti keimanan kepada kitab tersebut. Jika tidak melakukannya maka termasuk mereka yang mengingkarinya dan menjadi orang-orang yang merugi dan binasa di akhirat nanti. Maka pemaknaan ayat tersebut mengindikasikan pentingnya setiap muslim untuk ‘tilawah al Quran’.
Adapun kata yang mengisyaratkan ‘membacanya’ pada ayat di atas yaitu ‘yatluunahu’ yang merupakan kata dasar dari ‘tilawah’ dalam bentuk jamak dari kkbs yang mengisyarakatkan perbuatan sedang, terus menerus atau berkesinambungan (rutin). Dengan demikian, tilawah al-Qur’an harus dilakukan secara terus menerus, rutin dan berkesinambungan sebagaimana diisyaratkan oleh Rasulullah saw agar setiap muslim mampu mengkhatamkan bacaan al-Qur’an pada setiap bulannya.
Merujuk pada penggunaan kata dasarnya, tilawah pada awalnya bermakna ‘mengikuti’ sebagaimana dalam QS. As-syams, Allah swt berfirman :
Artinya :
“Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringi (mengikuti)nya (QS. As-syams: 1-2)”
Sinonim kata pada bahasa arab untuk makna tilawah menurut tafsir Al-Misbah adalah adalah ‘tabi’a-yatba’u yang artinya sama yaitu mengikuti” Mengapa maknanya menjadi membaca? Makna tilawah menjadi membaca memiliki filosofi tersendiri. Jika kembali kepada arti asal katanya maka maksudnya adalah sebagai berikut :
- Mengikuti setiap huruf-demi huruf dengan segala tuntutan kesempurnaannya sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw, ini berarti membaca itu haruslah dengan benar sesuai dengan orisinalitas bacaan yang dicontohkan oleh Rasulullah saw, dipraktikkan sahabatnya dan dipelihara oleh para pengikut sunnahnya yang setia.
- Mengikuti apa yang dibaca baik perintah dan larangan serta instruksi-instruksi keimanan dengan pengamalan dalam kehidupan sehari-hari sehingga nilai-nilai petunjuk al-Qur’an menjadi aplikatif dalam kehidupan.
- Pengamalan tidak akan dapat tercapai kalau instruksi al Quran tidak dipahami oleh karena itu bacaan petunjuk itu agar dapat aplikatif dalam kehidupan maka menuntut pemahaman. Dengan demikian, makna tilawah bukan sekedar membaca tetapi membaca al Quran itu harus sempurna sesuai dengan contohnya (Tahsin), dipahami (Tafhim) dan diaplikasikan dalam kehidupan (Tabligh). Tentunya aktivitas ini harus dilaksanakan secara rutin, berkala dan berkesinambungan. Apabila cara seperti ini telah diaplikasikan oleh setiap muslim, maka merekalah yang telah melaksanakan tilawah al-Qur’an dalam pengertian yang sebenarnya
izin copas ya
ReplyDeleteIzin copas bang
ReplyDelete