Adalah sudah menjadi keyakinan setiap orang beriman bahwa meskipun rahmat dan azab bersumber dan berasal dari Allah SWT, dan hanya Dia Yang Maha Mengetahui kapan turunnya kepada seseorang atau pada suatu bangsa, namun kedua hal tersebut sesungguhnya diundang oleh perilaku manusia sendiri. Allah SWT adalah Zat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, mustahil berlaku zalim kepada manusia dan makhluk lainnya. Rahmat dan ampunan-Nya lebih luas dari azab dan murka-Nya. Allah SWT berfirman, ''... dan tidaklah Allah berlaku zalim kepada manusia, tetapi manusialah yang berlaku zalim pada dirinya.'' (Ar-Ruum: 9).
Keimanan dan ketakwaan yang diimplementasikan dalam kesalehan individual dan kesalehan sosial akan menjadi penyebab utama turunnya rahmat dan keberkahan dari Allah SWT. Sebaliknya, kekufuran, kemusyrikan, kemaksiatan, serta pendustaan kepada Allah SWT dan kepada sesama manusia, akan menyebabkan turunnya azab dan malapetaka. Perhatikan Firman-Nya (Al-A'raaf: 96), ''Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.''
Dalam sebuah hadis riwayat Ibnu Mas'ud dan Ibn 'Assakir, Rasulullah SAW menyatakan bahwa sumber malapetaka dan azab itu ada tiga, yaitu takabur (sombong), hasad (iri dan dengki), dan tamak (rakus). Ketakaburan dan kesombongan menyebabkan seseorang atau suatu bangsa tidak akan pernah menyadari segala kekeliruan, kesalahan, dan kekurangan. Mereka tidak akan pernah mau mengambil pelajaran dan nasihat dari berbagai macam fenomena yang terjadi, baik fenomena sosial maupun alam. Hatinya telah tertutup oleh kekotoran dan keangkuhan. Karena itu, nasihat tidak akan pernah mau diterimanya.
Hasad atau iri akan menyebabkan kedengkian dan permusuhan kepada orang lain yang mendapatkan berbagai macam anugerah dari Allah SWT. Segala macam cara akan dipergunakan untuk menghambatnya. Sifat ini akan menyebabkan apriori terhadap orang lain yang memiliki berbagai macam kelebihan. Maka, akan muncullah dendam dan permusuhan yang relatif abadi.
Sedangkan rakus dan tamak akan menumbuhkan sikap egoistis, pragmatis, dan materialis. Jika sifat ini menimpa seseorang atau suatu bangsa, maka ia akan menjadi budak dari kehidupan dunia yang sifatnya sesaat, seperti materi, kedudukan, jabatan, dan kekuasaan. Semua cara akan dihalalkan untuk meraihnya.
Jika semua hal tersebut terjadi pada sebagian besar masyarakat dan bangsa kita, apalagi bila menghinggapi para pemimpin yang mendapatkan amanah jabatan publik, maka sama dengan mengundang turunnya azab Allah. Rahmat, karunia, dan keberkahan hidup akan semakin jauh dan semakin sulit untuk diraih dan dijangkau. Karena itu, mari kita tingkatkan kualitas perilaku kita semua ke arah yang lebih baik, lebih produktif, dan lebih amanah, agar yang turun rahmat dan pertolongan-Nya dan bukan azab dan kemurkaan-Nya. Wallahu a'lam.(KH Didin Hafidhuddin)
Keimanan dan ketakwaan yang diimplementasikan dalam kesalehan individual dan kesalehan sosial akan menjadi penyebab utama turunnya rahmat dan keberkahan dari Allah SWT. Sebaliknya, kekufuran, kemusyrikan, kemaksiatan, serta pendustaan kepada Allah SWT dan kepada sesama manusia, akan menyebabkan turunnya azab dan malapetaka. Perhatikan Firman-Nya (Al-A'raaf: 96), ''Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.''
Dalam sebuah hadis riwayat Ibnu Mas'ud dan Ibn 'Assakir, Rasulullah SAW menyatakan bahwa sumber malapetaka dan azab itu ada tiga, yaitu takabur (sombong), hasad (iri dan dengki), dan tamak (rakus). Ketakaburan dan kesombongan menyebabkan seseorang atau suatu bangsa tidak akan pernah menyadari segala kekeliruan, kesalahan, dan kekurangan. Mereka tidak akan pernah mau mengambil pelajaran dan nasihat dari berbagai macam fenomena yang terjadi, baik fenomena sosial maupun alam. Hatinya telah tertutup oleh kekotoran dan keangkuhan. Karena itu, nasihat tidak akan pernah mau diterimanya.
Hasad atau iri akan menyebabkan kedengkian dan permusuhan kepada orang lain yang mendapatkan berbagai macam anugerah dari Allah SWT. Segala macam cara akan dipergunakan untuk menghambatnya. Sifat ini akan menyebabkan apriori terhadap orang lain yang memiliki berbagai macam kelebihan. Maka, akan muncullah dendam dan permusuhan yang relatif abadi.
Sedangkan rakus dan tamak akan menumbuhkan sikap egoistis, pragmatis, dan materialis. Jika sifat ini menimpa seseorang atau suatu bangsa, maka ia akan menjadi budak dari kehidupan dunia yang sifatnya sesaat, seperti materi, kedudukan, jabatan, dan kekuasaan. Semua cara akan dihalalkan untuk meraihnya.
Jika semua hal tersebut terjadi pada sebagian besar masyarakat dan bangsa kita, apalagi bila menghinggapi para pemimpin yang mendapatkan amanah jabatan publik, maka sama dengan mengundang turunnya azab Allah. Rahmat, karunia, dan keberkahan hidup akan semakin jauh dan semakin sulit untuk diraih dan dijangkau. Karena itu, mari kita tingkatkan kualitas perilaku kita semua ke arah yang lebih baik, lebih produktif, dan lebih amanah, agar yang turun rahmat dan pertolongan-Nya dan bukan azab dan kemurkaan-Nya. Wallahu a'lam.(KH Didin Hafidhuddin)
0 Response to "Rahmat dan Azab "
Post a Comment