Latar belakang diturunkan Surah Al-Mutaffifin menurut Ibnu Abbas RA berkenaan dengan perilaku ekonomi penduduk Yatsrib, kota yang kemudian diganti namanya dengan Madinah Munawarah, di awal kedatangan Rasulullah SAW. Mereka terkenal paling lihai dalam mempermainkan sukatan, takaran, dan timbangan. Namun, setelah turunnya surah tersebut, kata Ibnu Abbas, penduduk Madinah itu terkenal paling jujur dalam menimbang dan menakar.
Mutafifin artinya orang-orang yang berbuat curang dalam menakar dan menimbang. Menurut ahli bahasa, mutafifin adalah orang-orang yang suka mengurangi hak orang lain. Mereka diancam dengan suatu kecelaaan besar dan neraka wail, lembah di neraka jahanam yang sangat dahsyat siksanya.
Senada dengan Imam Qurthubi dalam Tafsirnya Al-Jami Li Ahkam Alquran, Abdullah Yusuf Ali dalam The Holy Qur'an juga mengatakan bahwa kecurangan dalam ayat ini hendaknya diberi pengertian yang lebih luas, tidak hanya terbatas dalam perilaku ekonomi atau jual beli.
Dalam hal lain yang menyangkut kehidupan keluarga, bermasyarakat, dan bernegara, seseorang atau sekelompok orang yang meminta keistimewaan, penghargaan atau pelayanan, sedangkan dari pihaknya sendiri tidak mau memberikan hal yang sama, maka yang demikian itu lebih buruk dan lebih serakah. Itu berarti sebuah ketidakadilan ganda.
Pada masa orde baru kita menyaksikan gedung-gedung SD Inpres yang dibangun rapuh oleh karena dana yang turun dari atas terus menetes dalam perjalanan menuju lokasi pembangunan. Kini kita menyaksikan kembali praktik-praktik kecurangan dan ketidakadilan yang lebih dahsyat lagi karena dilakukan secara terang-terangan oleh oknum-oknum di kalangan eksekutif maupun legislatif dengan tanpa malu menuntut fasilitas dan pelayanan yang tidak sebanding dengan kinerja yang diberikan, di tengah kebingunan rakyat oleh melambungnya harga berbagai bahan kebutuhan pokok.
Program penjualan beras murah (raskin) seperti diberitakan oleh media masa, sungguh menyedihkan karena lagi-lagi hak rakyat miskin dikurangi. Bangsa ini seperti kehilangan hati nurani dan kepedulian terhadap rakyat kecil yang sudah dibebani dengan kenaikan BBM dan TDL. Kini raskin pun disikat.
Rehabilitasi jalan-jalan raya yang menghabiskan miliaran rupiah itu juga tidak beres. Lubang-lubang kembali menganga menyambut datangnya musim hujan. Tentu ini akibat dari berkurangnya takaran dan kualitas jalan. Kita berharap agar manusia mutafifin tidak dibiarkan terus mengibarkan bendera kecelakaan bagi rakyat kecil di negeri ini. (Muhammad Abbas Aula)
Mutafifin artinya orang-orang yang berbuat curang dalam menakar dan menimbang. Menurut ahli bahasa, mutafifin adalah orang-orang yang suka mengurangi hak orang lain. Mereka diancam dengan suatu kecelaaan besar dan neraka wail, lembah di neraka jahanam yang sangat dahsyat siksanya.
Senada dengan Imam Qurthubi dalam Tafsirnya Al-Jami Li Ahkam Alquran, Abdullah Yusuf Ali dalam The Holy Qur'an juga mengatakan bahwa kecurangan dalam ayat ini hendaknya diberi pengertian yang lebih luas, tidak hanya terbatas dalam perilaku ekonomi atau jual beli.
Dalam hal lain yang menyangkut kehidupan keluarga, bermasyarakat, dan bernegara, seseorang atau sekelompok orang yang meminta keistimewaan, penghargaan atau pelayanan, sedangkan dari pihaknya sendiri tidak mau memberikan hal yang sama, maka yang demikian itu lebih buruk dan lebih serakah. Itu berarti sebuah ketidakadilan ganda.
Pada masa orde baru kita menyaksikan gedung-gedung SD Inpres yang dibangun rapuh oleh karena dana yang turun dari atas terus menetes dalam perjalanan menuju lokasi pembangunan. Kini kita menyaksikan kembali praktik-praktik kecurangan dan ketidakadilan yang lebih dahsyat lagi karena dilakukan secara terang-terangan oleh oknum-oknum di kalangan eksekutif maupun legislatif dengan tanpa malu menuntut fasilitas dan pelayanan yang tidak sebanding dengan kinerja yang diberikan, di tengah kebingunan rakyat oleh melambungnya harga berbagai bahan kebutuhan pokok.
Program penjualan beras murah (raskin) seperti diberitakan oleh media masa, sungguh menyedihkan karena lagi-lagi hak rakyat miskin dikurangi. Bangsa ini seperti kehilangan hati nurani dan kepedulian terhadap rakyat kecil yang sudah dibebani dengan kenaikan BBM dan TDL. Kini raskin pun disikat.
Rehabilitasi jalan-jalan raya yang menghabiskan miliaran rupiah itu juga tidak beres. Lubang-lubang kembali menganga menyambut datangnya musim hujan. Tentu ini akibat dari berkurangnya takaran dan kualitas jalan. Kita berharap agar manusia mutafifin tidak dibiarkan terus mengibarkan bendera kecelakaan bagi rakyat kecil di negeri ini. (Muhammad Abbas Aula)
0 Response to "Mengurangi Takaran "
Post a Comment