Pembunuh itu kebingungan bukan main menghadapi jasad yang terbujur tidak bergerak itu. Perasaan takut dan sesal bercampur aduk dalam dadanya. Linglung pikirannya tanpa tahu berbuat apa, sampai dilihatnya dua ekor burung gagak datang dan bertarung di hadapannya, hingga mati salah satunya.
Lalu burung gagak yang masih hidup itu menggali tanah untuk menguburkan bangkai gagak yang dikalahkannya. Menyaksikan peristiwa itu, tercetuslah perkataan pemuda itu, ''Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?'' (QS Al-Maidah: 31).
Begitulah, Allah mengajari sang pelopor tindakan pembunuhan di muka bumi ini, Qabil bin Adam, cara menangani mayat Habil, saudaranya, yaitu dengan penguburan di dalam bumi. Pelajaran yang didapatkan dari burung gagak itu membuka tabir kegelapan yang menyelimuti pikiran Qabil, hingga teranglah baginya untuk melakukan perbuatan yang tetap dilakukan manusia hingga kini.
Selain hewan, tumbuhan juga mengajarkan banyak hal pada manusia. Negara kita Indonesia, memiliki lebih dari 130 ribu spesies tumbuhan yang tumbuh subur. Hebatnya, sifat dan karakteristiknya begitu beragam, dari yang resistan terhadap suhu tinggi, sampai yang hanya dapat hidup pada kelembaban tinggi.
Dari mereka, kita mendapatkan makanan berupa buah-buahan dan sayur atau biji-bijian. Kita memanfaatkan kayunya sebagai tempat tinggal, seratnya sebagai bahan penutup aurat, zat-zatnya sebagai obat, oksigen yang dihasilkannya, untuk kebutuhan respirasi, akarnya sebagai penampung air bagi kebutuhan primer.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang ber-tafakur (QS An-Nahl: 11) dan bagi kaum yang mengambil pelajaran (QS An-Nahl:13) dan terdapat pelajaran bagi orang-orang yang memahami, ulil albab (QS Az-Zumar:21).
Penggunaan kata-kata seperti tafakur, ta'aqul, dan tafaquh dalam ayat Alquran menunjukkan bahwa manusia harus menggunakan akalnya dalam memahami alam. Tafakur (perenungan) berarti memikirkan informasi yang ada dan memindahkannya kepada kesadaran yang bersih.
Jika tafakur alam ini betul-betul kita lakukan, mustahil kita akan membabi buta merusak alam yang nyata-nyata akibat buruknya menimpa kita saat ini. Banjir dan tanah longsor silih berganti dengan kekeringan, kebakaran, dan kelaparan. Semua itu terjadi karena kita mengabaikan tafakur. Wajar jika Rasulullah bersabda, ''Orang buta itu bukanlah yang buta matanya, melainkan buta penglihatan batinnya''. Wallahu a'lam.
Lalu burung gagak yang masih hidup itu menggali tanah untuk menguburkan bangkai gagak yang dikalahkannya. Menyaksikan peristiwa itu, tercetuslah perkataan pemuda itu, ''Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?'' (QS Al-Maidah: 31).
Begitulah, Allah mengajari sang pelopor tindakan pembunuhan di muka bumi ini, Qabil bin Adam, cara menangani mayat Habil, saudaranya, yaitu dengan penguburan di dalam bumi. Pelajaran yang didapatkan dari burung gagak itu membuka tabir kegelapan yang menyelimuti pikiran Qabil, hingga teranglah baginya untuk melakukan perbuatan yang tetap dilakukan manusia hingga kini.
Selain hewan, tumbuhan juga mengajarkan banyak hal pada manusia. Negara kita Indonesia, memiliki lebih dari 130 ribu spesies tumbuhan yang tumbuh subur. Hebatnya, sifat dan karakteristiknya begitu beragam, dari yang resistan terhadap suhu tinggi, sampai yang hanya dapat hidup pada kelembaban tinggi.
Dari mereka, kita mendapatkan makanan berupa buah-buahan dan sayur atau biji-bijian. Kita memanfaatkan kayunya sebagai tempat tinggal, seratnya sebagai bahan penutup aurat, zat-zatnya sebagai obat, oksigen yang dihasilkannya, untuk kebutuhan respirasi, akarnya sebagai penampung air bagi kebutuhan primer.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang ber-tafakur (QS An-Nahl: 11) dan bagi kaum yang mengambil pelajaran (QS An-Nahl:13) dan terdapat pelajaran bagi orang-orang yang memahami, ulil albab (QS Az-Zumar:21).
Penggunaan kata-kata seperti tafakur, ta'aqul, dan tafaquh dalam ayat Alquran menunjukkan bahwa manusia harus menggunakan akalnya dalam memahami alam. Tafakur (perenungan) berarti memikirkan informasi yang ada dan memindahkannya kepada kesadaran yang bersih.
Jika tafakur alam ini betul-betul kita lakukan, mustahil kita akan membabi buta merusak alam yang nyata-nyata akibat buruknya menimpa kita saat ini. Banjir dan tanah longsor silih berganti dengan kekeringan, kebakaran, dan kelaparan. Semua itu terjadi karena kita mengabaikan tafakur. Wajar jika Rasulullah bersabda, ''Orang buta itu bukanlah yang buta matanya, melainkan buta penglihatan batinnya''. Wallahu a'lam.
0 Response to "Memahami Alam "
Post a Comment