Umar bin Khatab menyatakan menginfakkan setengah kekayaannya ketika Rasulullah menanyainya. Umar tidak khawatir kekayaannya berkurang akibat banyak dikeluarkan di jalan Allah SWT. Ini tentu berbeda dengan orang sekarang yang hanya berpikir sebatas akal semata. Rasulullah bersabda, ''Tiadaklah harta itu berkurang karena sedekah'' (HR Muslim). Dalam sabda lainnya, ''Infakkanlah harta kekayaanmu niscaya kamu akan diberi gantinya'' (HR Bukhari dan Muslim).
Bagaimana logikanya? Kalau dilihat dari kacamata manusiawi sulit dipahami. Bagaimana mungkin menginfakkan harta, tetapi tidak mengurangi harta yang dimiliki, bahkan akan bertambah? Hanya orang-orang yang beriman bisa memahami karena rezeki sepenuhnya di tangan Allah SWT. Bukankah Allah Maha-pemberi rezeki? Tidak ada yang susah bagi Allah, Yang Mahagagah.
''Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap butir itu seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas, lagi Maha-mengetahui'' (QS Al- Baqarah: 261).
Inilah matematika wahyu, satu berbanding tujuh ratus! Keuntungan 700 persen. Subhanallah. Perdagangan duniawi mana yang memberikan keuntungan sebesar itu? Tidak ada. Belum lagi Allah menjanjikan pahala besar. Ini benar-benar transaksi yang tidak pernah rugi.
Sebagai catatan, Allah, Pencipta manusia, memberitahukan bahwa balasan seperti itu tidak diperuntukkan bagi harta yang digunakan untuk menghalang-halangi tegaknya Islam. Allah SWT berfirman,''Sesungguhnya orang-orang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi jalan Allah. Mereka akan menginfakkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Pada neraka jahanamlah orang-orang kafir itu dikumpulkan.'' (Al Anfal: 36). Sebaliknya, harta yang dinfakkan itu haruslah fisabilillah, seperti untuk menegakkan Islam, membantu menggelindingkan roda dakwah, melawan kafir imperialis, membantu fakir-miskin, dan menyemarakkan syiar Islam.
Patut kiranya kita renungkan firman Allah, ''Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa membuat demikian, maka mereka itulah orang-orang merugi. Infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang diantara kamu; lalu ia berkata, 'Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkanku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang saleh'.'' (QS Al-Munafiqun: 9-10). (Dedeh Wahidah Achmad)
Bagaimana logikanya? Kalau dilihat dari kacamata manusiawi sulit dipahami. Bagaimana mungkin menginfakkan harta, tetapi tidak mengurangi harta yang dimiliki, bahkan akan bertambah? Hanya orang-orang yang beriman bisa memahami karena rezeki sepenuhnya di tangan Allah SWT. Bukankah Allah Maha-pemberi rezeki? Tidak ada yang susah bagi Allah, Yang Mahagagah.
''Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap butir itu seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas, lagi Maha-mengetahui'' (QS Al- Baqarah: 261).
Inilah matematika wahyu, satu berbanding tujuh ratus! Keuntungan 700 persen. Subhanallah. Perdagangan duniawi mana yang memberikan keuntungan sebesar itu? Tidak ada. Belum lagi Allah menjanjikan pahala besar. Ini benar-benar transaksi yang tidak pernah rugi.
Sebagai catatan, Allah, Pencipta manusia, memberitahukan bahwa balasan seperti itu tidak diperuntukkan bagi harta yang digunakan untuk menghalang-halangi tegaknya Islam. Allah SWT berfirman,''Sesungguhnya orang-orang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi jalan Allah. Mereka akan menginfakkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Pada neraka jahanamlah orang-orang kafir itu dikumpulkan.'' (Al Anfal: 36). Sebaliknya, harta yang dinfakkan itu haruslah fisabilillah, seperti untuk menegakkan Islam, membantu menggelindingkan roda dakwah, melawan kafir imperialis, membantu fakir-miskin, dan menyemarakkan syiar Islam.
Patut kiranya kita renungkan firman Allah, ''Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa membuat demikian, maka mereka itulah orang-orang merugi. Infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang diantara kamu; lalu ia berkata, 'Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkanku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang saleh'.'' (QS Al-Munafiqun: 9-10). (Dedeh Wahidah Achmad)
0 Response to "Matematika Wahyu "
Post a Comment