Tujuan Ekonomi Islam
Tujuan
akhir ekonomi Islam adalah sebagaimana tujuan dari syariat Islam itu sendiri (maqashid asy syari’ah), yaitu mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat (falah)
melalui suatu tata kehidupan yang baik dan terhormat (hayyah thayyibah).Inilah kebahagian hakiki yang diinginkan oleh
setiap manusia, bukan kebahagiaan semu yang sering kali pada akhirnya justru
melahirkan penderitaan dan kesengsaraan.
Mewujudkan
kesejahteraan hakiki bagi manusia merupakan dasar sekaligus tujuan utama dari
syariat Islam (mashlahah al ibad), karenanya
juga merupakan tujuan ekonomi Islam. Menurut As-Shatibi tujuan utama syariat
Islam adalah mencapai kesejahteraan manusia yang terletak pada perlindungan
terhadap lima ke mashlahah-an, yaitu
1.
Keimanan (ad dien)
2.
Ilmu (al-‘lm)
3.
Kehidupan (an-nafs)
4.
Harta(al-maal)
dan
5.
Kelangsungan keturunan (an-nash).
Kelima
mashlahah tersebut pada dasarnya
merupakan sarana yang sangat dibutuhkan bagi kelangsungan kehidupan yang baik
dan terhormat. Jika salah satu dari lima kebutuhan ini tidak tercukupi, niscaya
manusia tidak akan mencapai kesejahteraan yang sesungguhnya.
Ekonomi
Islam tidak sekadar berorientasi untuk pembangunan fisik material dari
individu, masyarakat dan negara saja, tetapi juga memerhatikan pembangunan
aspek-aspek lain yang juga merupakan elemen penting bagi kehidupan yang sejahtera
dan bahagia.Pembangunan keimananmerupakan prakondisi yang diperlukan dalam
ekonomi Islam sebab keimanan merupakan fondasi bagi seluruh perilaku individu dan
masyarakat. Jika keimanan seseorang kokoh dan benar, yaitu memegang Islam
secara kaffah, maka niscaya semua muamalah akan baik pula. Keimanan dengan
sendirinya akan melahirkan kesadaran akan pentingnya ilmu, kehidupan, harta dan
kelangsungan keturunan bagi kesejahteraan kehidupan manusia. Keimanan akan
turut membentuk preferensi, sikap pengambilan keputusan, dan perilaku
masyarakat. Manusia memerlukan pemenuhan kebutuhan keimanan yang benar, yang
mampu membentuk preferensi, sikap, keputusan, dan perilaku yang mengarah pada
perwujudan mashlahah untuk mencapai falah.
Mashlahah harus diwujudkan melaui cara-cara yang sesuai dengan
syariah Islam sehingga akan terbentuk suatu peradaban yang luhur. Peradaban
Islam adalah peradaban yang mengedepankan aspek budi pekerti dan akhlak, baik
manusia dalam hubungannya dengan sesama manusia, makhluk lain di alam semesta
dan hubungannya dengan Tuhan. Upaya pencapaian mashlahah dan keadilan harus
dilakukan dengan dasar akhlak Islam sehingga tidak memperuncing konflik sosial.
Mashlahah
dapat dicapai hanya jika manusia hidup dalam keseimbangan (equilibrium), sebab keseimbangan merupakan sunnatullah.Kehidupan
yang seimbang merupakan salah satu esensi ajaran Islam sehingga umat Islam pun
disebut sebagi umat pertengahan (umatan
wasathan). Ekonomi Islam bertujuan untuk menciptakan kehidupan yang
seimbang ini, dimana antara lain mencakup keseimbangan fisik dengan mental atau
material dan spiritual, individu dengan sosial, masa kini dengan masa depan,
serta dunia dengan akhirat. Keseimbangan fisik dengan mental atau material dan
spiritual akan menciptakan kesejahteraan holoistik bagi manusia. Pembangunan
ekonomi yang terlalu mementingkan aspek material dan mengabaikan aspek
spiritual hanya akan melahirkan kebahagiaan semu, bahkan justru menimbulkan
petaka.
Pembangunan
yang hanya mengutamakan kepentingan individu tanpa memerhatikan dimensi sosial
akan memunculkan ketidakharmonisan yang akhirnyadapat mengganggu proses
pembangunan itu sendiri. Manusia makhluk individu sekaligus sosial sehingga
keseimbangan diantara keduanya merupakan aspek penting dalam menciptakan harmoni
kehidupan. Keseimbangan masa kini dengan masa depan merupakan elemen penting
bagi keberlanjutan pembangunan di masa depan. Sumber daya ekonomi tidak boleh
dihabiskan oleh generasi.Sumber daya ekonomi harus digunakan secara efesien dan
dikelola dengan hati-hati sehingga manfaatnya dapat dinikmati banyak orang di
sepanjang waktu. Akhirnya, tujuan mewujudkan keseimbangan dunia dan akhirat
akan terjamin terciptanya kesejahteraan yang kekal dan abadi.
Dengan
demikian, sebagai suatu cabang ilmu, ekonomi Islam bertujuan untuk mewujudkan
dan meningkatkan kesejahteraan bagi setiap individu yang membawa mereka kepada
kebahagiaan di dunia dan akhirat (falah).Dengan
demikian, perhatian utama ekonomi Islam adalah pada upaya bagaimana manusia
meningkatkan kesejahteraan sipiritualnya. Karena aspek spiritual harus hadir
bersamaan dengan target material, maka diperlukan sarana penopang utama, yaitu
moralitas pelaku ekonomi.
Tujuan ekonomi
dalam Islam ialah:
1.
Mewujudkan kehidupan ekonomi umat
manusia yang makmur dan selalu dalam taraf yang lebih maju, dengan jalan
melaksanakan produksi barang dan jasa dalam kualitas dan kuantitas yang cukup,
guna memenuhi kebutuhan jasmani, rohani serta kebutuhan spiritural, dalam
rangka menumbuhkan taraf kesejahteraan duniawi maupun ukhrowi secara serasi dan
seimbang.
2.
Mewujudkan kehidupan ekonomi umat
manusia yang adil dan merata dengan jalan melaksanakan distribusi barang, jasa,
kesempatan, kekuasaan dan pendapatan masyarakat secara jujur dan terarah dan
selalu meningkatkan taraf keadilan dan pemerataan.
3.
Mewujudkan
kehidupan ekonomi umat yang stabil dengan jalan menghindarkan gangguan-gangguan
inflasi dan depresi ataupun stagnasi, namun tidak menghambat laju pertumbuhan
ekonomi masyarakat, dengan jalan mengendalikan tingkah laku masyarakat yang membawa kearah kegoncangan ekonomi.
4.
Mewujudkan
kehidupan ekonomi yang serasi, bersatu, damai dan menghilangkan nafsu untuk
menguasai, menumpuk harta, ataupun sikap-sikap lemah terhadap gejala-gejala
yang negatif.
5.
Mewujudkan kehidupan ekonomi yang relatif
menjamin kemerdekaan. Baik dalam memilih jenis barang dan jasa, memilih sistem
distribusi, sehingga tingkat partisipasi masyarakat dapat dikerahkan secara
maksimal, dengan meniadakan penguasaan berlebih dari sekelompok masyarakat
ekonomi, serta menumbuhkan sikap-sikap kebersamaan (solidaritas).
6.
Mewujudkan kehidupan ekonomi yang tidak
menimbulkan kerusakan dibumi, sehingga kelestarian alam dapat dijaga
sebaik-baiknya, baik alam pisik, kultural, sosial maupun spiritural keagamaan.
7.
Mewujudkan kehidupan ekonomi ummat
manusia yang relatif mandiri tanpa adanya ketergantungan yang berlebihan dari
kelompok-kelompok masyarakat lain.
Tabel matriks Perbandingan Tujuan
Sistem Perekonomian, Komunis, Kapitalis
dan Islam
Uraian Ringkas Tujuan
|
SISTEM EKONOMI
|
||
Komunis/Sosialis
|
Kapitalis
|
Islam
|
|
Kemakmuran&
Kesejahteraan
|
Duniawi
|
Duniawi
|
Duniawi&Ukhrowi
|
Adil
dan merata
|
Merata,
tidak adil
|
Tidak
merata, tidak adil
|
Merata
&Adil
|
Stabilitas&kemajuan
|
Stabil
maju
|
Tidak
stabil, maju
|
Stabil
& maju
|
Serasi,
damai, bersatu
|
tidak
|
tidak
|
Maju
|
Merdeka
|
tidak
|
Merdeka
|
Merdeka
|
kelestarian
|
-
|
-
|
Ya
|
Mandiri
|
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Dari
tabel perbandingan tersebut secara normatif terlihat bahwa seharusnya
perekonomian Islam menghasilkan tujuh tujuan, sedangkan ekonomi kapitalis hanya
sebagian dan ekonomi komunispun hanya sebagian.
Pada ekonomi komunis,
kemakmuran yang tercapai hanyalah kemakmuran duniawi, kemakmuran diakhirat
diabaikan.Demikian juga sistem ekonomi kapitalis, kemakmuran yang
dicita-citakan hanyalah duniawi, sedangkan dalam perekonomian Islam kemakmuran
yang hendak diraih meliputi kemakmuran duniawi dan ukhrowi.
Sistem ekonomi yang
baik tentu yang menjamin suatu kemandirian.Ternyata sistem komunis lebih
menjamin terwujudnya tujuan ini.Karena pemerintah komunis dapat mengendalikan
konsumsi masyarakat, maka dapat saja masyarakat dicegah untuk mengkonsumir
barang impor seperti coca- cola atau musik pop dari barat.Sedangkan ekonomi
kapitalis kurang menjamin kemandirian ini. Namun belakangan ini, sistem ekonomi komunis dikalahkan oleh sistem ekonomi
kapitalis. Ekonomi Islam dapat mewujudkan kemandirian dengan melalui persuasi
kultural
0 Response to "EKONOMI DALAM HUKUM ISLAM"
Post a Comment