Metode dakwah Rasulullah SAW pada awalnya
dilakukan melalui pendekatan individual (personal approach) dengan mengumpulkan
kaum kerabatnya di bukit Shafa. Kemudian berkembang melaiui pendekatan kolektif
seperti yang dilakukan saat berdakwah ke Thaif dan pada musim haji. Ada yang
berpendapat bahwa berdakwah itu hukumnya fardhu kifayah, dengan menisbatkan
pada lokasi-lokasi yang didiami para dai dan muballigh. Artinya, jika pada satu
kawasan sudah ada yang melakukan dakwah, maka dakwah ketika itu hukumnya fardhu
kifayah. Tetapi jika dalam satu kawasan tidak ada
orang yang melakukan dakwah padahal mereka mampu, maka
seluruh penghuni kawasan itu berdosa di mata Allah. Dengan demikian sebenarnya
dakwah merupakan kewajiban dan tugas setiap individu. Hanya dalam
pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi di lapangan.
Jadi pada dasarnya setiap muslim wajib
melaksanakan dakwah Islamiyah, karena merupakan tugas `ubudiyah dan bukti
keikhlasan kepada Allah SWT. Penyampaian dakwah Islamiyah haruslah
disempurnakan dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga cahaya
hidayah Allah SWT tidak terputus sepanjang masa.
Para rasul dan nabi adalah tokoh-tokoh
dakwah yang paling terkemuka dalam sejarah umat manusia, karena mereka dibekali
wahyu dah tuntunan yang sempurna. Dibanding mereka, kita memang belum apa-apa.
Akan tetapi sebagai dai dan muballigh, kita wajib bersyukur karena telah
memilih jalan yang benar, yakni bergabung bersama barisan para rasul dan nabi
dalam menjalankan misi risalah Islamiyah. Konsekuensi dari pilihan itu kita
harus senantiasa berusaha mengikuti jejak para nabi dan rasul dalam menggerakkan dakwah, amar ma"ruf nahi
munkar, dalam kondisi dan situasi bagaimanapun.
Persoalan yang kita hadapi sekarang adalah
tantangan dakwah yang semakin hebat, baik yang bersifat internal maupun
eksternal. Tantangan itu muncul dalam berbagai bentuk kegiatan masyarakat
modern, seperti perilaku dalam mendapatkan hiburan (entertainment), kepariwisataan
dan seni dalam arti luas, yang semakin membuka peluang munculnya kerawanan-kerawanan
moral dan etika.
Kerawanan moral dan etik itu muncul
semakin transparan dalam bentuk kemaksiatan karena disokong oleh kemajuan
alat-alat teknologi informasi mutakhir seperti siaran televisi, keping-keping
VCD, jaringan Internet, dan sebagainya. Kemaksiatan itu senantiasa mengalami
peningkatan kualitas dan kuantitas, seperti maraknya perjudian, minum minuman
keras, dan tindakan kriminal, serta menjamurnya tempat-tempat hiburan, siang
atau malam, yang semua itu diawali dengan penjualan dan pendangkalan budaya
moral dan rasa malu.
Tidak asing lagi, akhirnya di negeri yang
berbudaya, beradat dan beragama ini, kemaksiatan yang berhubungan dengan apa
yang dinamakan sex industry juga mengalami kemajuan, terutama setelah
terbukanya turisme internasional di berbagai kawasan, hingga menjamah wilayah
yang semakin luas dan menjarah semakin banyak generasi muda dan remaja yang
kehilangan jati diri dan miskin iman dan ilmu. Hal yang terakhir ini semakin buruk
dan mencemaskan perkembangannya karena hampir-hampir tidak ada lagi batas
antara kota dan desa, semuanya telah terkontaminasi
dalam eforia kebebasan yang tak kenal batas.
Ledakan-ledakan informasi dan kemajuan
teknologi dalam berbagai bidang itu tidak boleh kita biarkan lewat begitu saja.
Kita harus berusaha mencegah dan mengantisipasi dengan memperkuat benteng pertahanan aqidah
yang berpadukan ilmu dan teknologi. Tidak sedikit korban yang berjatuhan yang
membuat kemuliaan Islam semakin terancam dan masa depan generasi muda semakin
suram. Apabila kita tetap lengah dan terbuai oleh kemewahan hidup dengan
berbagai fasilitasnya, ketika itu pula secara perlahan kita meninggalkan
petunjuk-petunjuk Allah yang sangat diperlukan bagi hati nurani setiap kita. Di
samping itu kelemahan dan ketertinggalan umat Islam dalam meng-akses informasi
dari waktu ke waktu, pada gilirannya juga akan membuat langkah-langkah dakwah
kita semakin tumpul tak berdaya.
Bertolak dari faktor-faktor tersebut, agar
problematika dakwah tidak semakin kusut dan berlarut-larut, perlu segera
dicarikan jalan keluar dari kemelut persoalan yang dihadapi itu. Dalam konsep
pemikiran yang praktis, Prof. Dr. H. M.
Amien Rais,MA. dalam bukunya Moralitas Politik Muhammadiyah,
menawarkan lima. „Pekerjaan Rumah" yang perlu diselesaikan, agar dakwah
Islam di era informasi sekarang tetap relevan, efektif, dan produktif.
Pertama, perlu ada pengkaderan yang serius untuk
memproduksi juru juru dakwah dengan pembagian kerja yang rapi. Ilmu tabligh
belaka tidak cukup untuk mendukung proses dakwah, melainkan diperlukan pula
berbagai penguasaan dalam ilmu-ilmu teknologi informasi yang paling mutakhir.
Kedua, setiap organisasi Islam yang berminat
dalam tugas-tugas dakwah periu membangun laboratorium dakwah. Dari hasil
"Labda" ini akan dapat diketahui masalah-masalah riil di lapangan,
agar jelas apa yang akan dilakukan
Ketiga, proses dakwah tidak boleh lagi terbatas
pada dakwah bil-lisan, tapi harus diperluas dengan dakwah bil-hal, bi1-kitaabah
(lewat tulisan), bil-hikmah (dalam arti politik), biliqtishadiyah (ekonomi), dan
sebagainya. Yang jelas, actions,speak louder than word.
Keempat, media massa cetak dan terutama media
elektronik harus dipikirkan sekarang juga. Media elektronik yang dapat menjadi
wahana atau sarana dakwah perlu dimiliki oleh umat Islam. Bila udara Indonesia
di masa depan dipenuhi oleh pesan-pesan agama lain dan sepi dari pesan-pesan
Islami, maka sudah tentu keadaan seperti ini tidak menguntungkan bagi
peningkatan dakwah Islam di tanah air.
Kelima, merebut remaja Indonesia adalah tugas
dakwah Islam jangka panjang. Anak-anak dan para remaja kita adalah aset yang
tak ternilai. Mereka wajib kita selamatkan dari pengikisan aqidah yang terjadi
akibat „invasi" nilai-nilai non islami ke dalam jantung berbagai komunitas
Islam di Indonesia. Bila anak-anak dan remaja kita memiliki benteng tangguh
(al-hususn al-hamidiyyah) dalam era globalisasi dan informasi sekarang ini,
insya Allah masa depan dakwah kita akan tetap ceria.
Menyimak uraian-uraian di atas, dapat
diprediksi bahwa missi dan tantangan dakwah tidaklah pernah akan semakin
ringan, melainkan akan semakin berat dan hebat bahkan semakin kompleks dan
melelehkan. Inilah problematika dakwah kita masa kini. Oleh sebab itu semuanya
harus dimenej kembali dengan manajemen dakwah yang profesional dan dihendel oleh
tenaga-tenaga berdedikasi tinggi, mau berkorban dan ikhlas beramal. Mengingat
potensi umat Islam yang potensial masih sangat terbatas, sementara kita harus
mengakomodir segenap permasalahan dan tantangan yang muncul, maka ada baiknya
kita coba memilih dan memilah mana yang tepat untuk diberikan skala prioritas
dalam penanganannya, sehingga dana, tenaga, dan fikiran dapat lebih terarah,
efektif, dan produktif dalam penggunaanya.
0 Response to "Problematika Dakwah Masa Kini"
Post a Comment