Entah dari zaman apa, tradisi pacaran ternyata sudah mendarah daging pada sebagian besar kehidupan manusia. Meksipun tidak menjanjikan apa-apa, tetap saja banyak yang percaya setia pada tradisi tersebut. Banyak yang mengatakan bahwa dengan pacaran akan memberikan kesempatan kedua belah pihak untuk saling mengenal dan memahami pasangan lebih mendalam. Kenyataannya, banyak pasangan pengantin yang sebelumnya telah menikmati masa pacaran dalam jangka waktu tahunan, namun ketika menikah masih menemukan banyak perbedaan dan perselisihan.
Bahkan, banyak pula orang-orang yang dikejutkan oleh pasangannya setelah menjalani rumah tangga. Seperti bom waktu yang tiba-tiba meledak dan memporak-porandakan segala tatanan dan keindahan. Hal ini seolah menjelaskan bahwa betapa pacaran itu penuh dengan topeng kepalsuan. Ketika pacaran hanya sifat-sifat baiknyalah yang ditampilkan, sedangkan sifat buruknya disembunyikan. Ketika menikah, sifat-sifat buruk itupun perlahan bermunculan dengan sendirinya.
Memang, banyak sekali kejutan-kejutan yang menyelingi kehidupan rumah tangga. Isteri kita yang pada awalnya (sebelum menikah) kita kenal sebagai seorang wanita yang lembut, penyayang, dan penurut, namun setelah menikah berubah 180 derajat. Wanita yang senantiasa kita idam-idamkan karena kerendahan hati, rasa solidaritas, dan kelapangan dadanya,tiba-tiba berubah menjadi wanita yang sangat egois ketika menempuh bahterah rumah tangga.
Isteri yang lembut, penurut, penyayang, menghormati dan menghargai suami bagaimanapun keadaaannya, taat beribadah, inilah isteri yang mungkin paling banyak diharapkan oleh para lelaki dan suami. Dalam agama Islam dikenal istilah isteri sholehah, yaitu isteri yang senantiasa menghormati dan mematuhi perintah suami, taat beribadah dan tidak suka berbuat ulah. Gambaran sifat-sifat isteri tersebut tentu saja menjadi impian dan harapan bagi setiap lelaki dan suami. Terlebih lagi jika ditambah dengan tubuhnya yang semampai, wajahnya yang cantik, kulitnya yang putih, halus dan lembut, berpendidikan dan berwawasan luas, keturunan orang kaya… lelaki mana yang tidak mau memiliki isteri dari golongan yang satu ini.
Sayangnya, tidak semua harapan dan impian kita itu dapat terwujud dengan sempurna. Bahkan, banyak yang gagal sepenuhnya. Keingingan untuk memiliki isteri yang lembut, penyayang, menghormati suami, dan taat beribadah sering kali hanya sebatas impian semata.
Wanita yang selama ini kita kenal penyayang, lembut, penurut, taat beribadah, rendah hati, dan memiliki rasa hormat yang tinggi, tiba-tiba berubah menjadi seorang isteri yang egois, mau menang sendiri, tidak peduli akan perasaan suami, suka mencemooh dan merendahkan suami karena penghasilannya yang pas-pasan atau karena hal lain.
Memiliki isteri yang egois memang merupakan salah satu cobaan yang berat bagi seorang suami. Harus tahan banting mendengar celoteh-celoteh pedasnya, harus memiliki kesabaran yang tinggi untuk menghadapi sikapnya yang keras kepala dan mau menang sendiri.
Memiliki isteri yang egois, mungkin memang sangat menyebalkan dan menyesakkan dada. Namun apapaun yang terjadi, dialah yang telah menjadi pilihan kita. Kita yang telah memilih dirinya, maka kita pula yang harus menerimanya. Isteri kita yang egois, itulah isteri kita, wanita yang dahulu kita puja dan kita impi-impikan. Maka ketika kita mendapatkan keburukannya, janganlah membenci atau meninggalkannya. Jangan pula menghadapinya dengan kekerasan dan keegoisan yang sama. Jangan mempertemukan api dengan api, karena tentu saja yang terjadi adalah api tersebut akan berkumpul dan membesar, melahap segala yang ada disekitarnya.
Anda tidak perlu kecewa dan putus asa jika memang isteri anda memiliki sifat egois. Carilah solusi dengan kepala dingin, karena segala permasalahan pasti ada solusinya. Berikut ini kami tuliskan beberapa langkah sederhana untuk menghadapi seorang isteri yang memiliki sifat egois:
a. Komunikasi
Komunikasi adalah salah satu bentuk solusi dasar atau awal bagi sebagian besar permasalahan. Untuk itu, teruslah menciptakan dan mempertahankan kebiasaan berkomunikasi yang baik diantara suami isteri. Dengan adanya komunikasi yang baik antara suami dan isteri, kesalahpahaman antara keduanya pun akan berkurang, dan potensi timbulnya permasalahan di dalam keluarga pun dapat terminimalisir.
b. Nasehat
Jangan pernah bosan untuk memberikan nasehat kepada sang isteri untuk membiasakan diri dengan perkataan-perkataan yang baik. Sampaikan kepada sang isteri agar senantiasa berusaha untuk menyampaikan segala bentuk kritik, saran, maupun uneg-uneg kepada suami dengan bahasa dan sikap yang baik. Hal ini bertujuan untuk meminilasir tersinggung dan emosinya suami manakala mendapatkan kritik, saran, dan atau uneg-uneg tersebut.
c. Katakan dengan indah
Jika anda mendapatkan sesuatu yang tidak jelas maksud dan tujuannya dari isteri anda, hendaknya anda meminta penjelasan kepadanya dengan cara yang santun, dengan kata-kata yang sopan, dengan nada dan sikap yang penuh dengan kelembutan.
d. Waktu yang tepat
Lakukan langkah-langkah di atas pada waktu yang tepat. Tidak semua nasehat harus atau dapat disampaikan pada saat terjadinya suatu masalah. Dan tidak semua masalah dapat selesai pada saat itu juga. Jika memang isteri kita terlihat sedang sangat sensitif, jangan langsung mencekokinya dengan nasehat-nasehat (terlebih lagi dengan kritikan), hendaknya anda berikan waktu baginya untuk menenangkan diri terlebih dahulu.
Pada malamnya atau keesokan harinya, barulah anda menyampaikan nasehatnasehat tersebut dengan bijak setelah emosi sang isteri ternetralisir atau terminimalisir.
e. Kontinyu
Semua langkah-langkah di atas adalah rangkaian proses. Dan setiap proses tentunya membutuhkan waktu. Untuk itu, hendaknya kesabaran senantiasa menjadi landasan kuat dalam menjalankan langkah-langkah di atas. Lakukan semuanya dengan penuh keikhlasan, kesabaran, dan berkelanjutan.
Memiliki isteri sholehah, tentunya menjadi dambaan dan harapan setiap lelaki. Namun jika realita mengatakan bahwa isteri anda adalah wanita yang memiliki sifat egois, jangan lukai dia, jangan kecewakan dia, jangan membenci dia, jangan campakkan dia, dan jangan khianati dia. Tetap cintai dan sayangi dia, sebagaimana dahulu anda sangat memuja dan menyayanginya.
0 Response to "Cara Menghadapi Isteri Yang Keras Kepala"
Post a Comment