Menurut sebuah hadis dari Abi Dzar Al-Ghiffari, diriwayatkan Tarmidzi, Rasulullah SAW memerintah umatnya agar berakhlak yang baik sesama manusia, mengiringi perintah bertakwa kepada Allah SWT dan upaya menghapus kesalahan dengan kebaikan.
Akhlak yang dimaksudkan Rasulullah SAW itu, dipahami manusia dengan budi pekerti, susila, tingkah laku, perangai, dan kepribadian. Para ulama (Islam) membaginya kepada dua bagian, yakni akhlakul karimah (akhlak terpuji) dan akhlakul madzmumah (akhlak tercela). Sedangkan masyarakat umum memahami akhlak sebagai sinonim dari moral dan etika.
Kata akhlak sebenarnya dari bahasa Arab (Alquran), berasal dari rumpun kata khalaqa-yakhluqu yang artinya menciptakan. Dari rumpun kata ini pula, ada kata makhluk (yang diciptakan) dan kata khalik (pencipta). Maka, akhlak berarti segala sikap dan tingkah laku manusia yang datang dari Pencipta (Allah SWT).
Sedangkan moral berasal dari moras (bahasa Latin) yang berarti adat kebiasaan. Etika berasal dari bahasa Yunani dengan asal katanya ethos, dalam bahasa Inggris disebut etos, dan dalam bahasa Belanda ethiek. Etika dan moral sama didefinisikan dengan hal-hal yang berhubungan dengan peraturan-peraturan formal dan tersendiri tentang baik dan buruk.
Dalam perkembangannya, moral dan etika dinyatakan terpisah dari agama. Bahkan, agama dipandang sebagai satu kepercayaan pribadi dan urusan perseorangan yang tidak boleh dihubung-hubungkan dengan kehidupan manusia. Maka, ketentuan nilai moral dan etika bisa berubah melihat situasi dan kondisi.
Seperti yang diungkapkan Dr Zakiah Darajat dalam bukunya Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, bahwa dalam pandangan moral dan etika, merangkul atau mencium wanita yang bukan muhrim adalah tidak sopan jika terjadi dalam masyarakat yang kuat adat dan agamanya. Namun, ciuman atau rangkulan seorang pejabat tinggi terhadap ratu kecantikan dalam masyarakat modern di kota metropolitan dianggap biasa bahkan dipandang sebuah penghargaan.
Di sinilah terlihat beda antara moral dan etika dengan akhlak. Moral dan etika berbentuk adat kebiasaan ciptaan manusia, sedangkan akhlak berbentuk aturan mutlak dengan ukuran yang pasti yang datang dari Allah SWT. Kenyataannya, setiap orang yang bermoral belum tentu berakhlak, akan tetapi setiap orang yang berakhlak pasti bermoral.
Rasulullah SAW justru tampil ke tengah umat buat menumbuhkan prinsip akhlak seperti pengakuannya dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah, ''Sesungguhnya aku diutus Allah semata-mata untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak manusia.''
Kenyataannya, Rasulullah SAW memperoleh pengakuan pula dari Allah SWT sebagai orang yang telah memenuhi ketentuan akhlak. Allah SWT berfirman, ''Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada pada landasan akhlak yang agung.'' (Al-Qalam: 4).
Umat Islam dianjurkan agar memelihara keutuhan akhlak seperti yang telah dicontohkan Rasulullah SAW. Wallahu a'lam.
0 Response to "Memelihara Keutuhan Akhlak "
Post a Comment