Pengalaman pemilu-pemilu yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa rakyat selalu hanya dijadikan objek untuk mendulang suara dan kekuasaan. Rakyat, sebelum pemilu, diberikan janji-janji dan iming-iming tertentu agar memilih parpol tertentu. Namun, setelah pemilu dilaksanakan rakyat kembali dilupakan, dan bahkan tidak dipedulikan. Paradigma ini sudah saatnya harus diubah.
Rakyat harus menyadari bahwa mereka mempunyai kekuatan. Di tangan merekalah kepemimpinan nasional ditentukan. Karena itu, rakyat harus memilih pemimpin yang tepat. Rasulullah bersabda, ''Sesungguhnya aku tidaklah memberikan pekerjaan kepada seseorang, sehingga aku menemui syarat-syaratnya.'' (HR Dailami).
Sedikitnya ada dua syarat, yang dapat diukur oleh rakyat, agar seseorang pantas untuk dipilih sebagai pemimpin mendatang. Pertama, bersih. Bersih dalam konteks ini mengandung dua pengertian. Pertama, bersih jiwanya, yakni ia seorang yang beriman. Keimanannya tersebut terpancar dari perilaku dan sikapnya dalam kehidupan sehari-hari, baik kepada keluarga ataupun masyarakat secara luas.
Kedua, bersih berarti ia seorang yang tidak pernah terlibat dan terindikasikan melakukan kejahatan, baik tindakan kriminal maupun kejahatan moral. Selain bersih diri dan keluarganya, kelompoknya pun harus bersih. Tegasnya, ia dan keluarga serta kelompoknya merupakan orang-orang yang memiliki kredibilitas, bermoral, dan berani untuk menegakkan kebenaran.
Bersih pun merupakan salah satu syarat agar rahmat, pertolongan, dan kemenangan dari Allah datang. Perhatikan firman-Nya, ''Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri.'' (QS 87: 14). Rasulullah pun menegaskan, ''Islam itu bersih, maka bersihkanlah dirimu. Sesungguhnya, tidak akan masuk surga kecuali orang yang bersih.'' (HR Dailami).
Kedua, peduli. Saat ini, kita membutuhkan pemimpin yang peduli kepada rakyat yang dipimpinnya dan memiliki hati nurani. Kepedulian ini dapat diukur dari kiprahnya sejak dini. Kita harus mewaspadai jika ada kelompok yang menjelang pemilu berubah menjadi peduli. Sebab, kepedulian yang ikhlas tidak tumbuh hanya pada saat-saat menjelang pemilu, melainkan sejak awal telah ditunjukkan dengan komitmennya membela rakyat kecil.
Kepedulian yang ikhlas merupakan kepedulian yang timbul dari hati nurani dan rasa tanggung jawab sebagai seorang pemimpin. Ia menjadi ruh dalam setiap tindakan, kegiatan, dan kebijakan yang dilakukannya.
Kini, di saat wacana untuk membentuk 'koalisi bersih' digulirkan, sudah sepatutnya seluruh rakyat mendukung dan mewujudkannya. Karena, sungguh, bangsa ini tidak akan pernah bangkit dari keterpurukan jika tetap dipimpin oleh orang-orang yang tidak amanah dan korup (kotor). Mari kita wujudkan pemerintah dan lembaga legislatif yang bersih dan peduli kepada rakyat yang memilihnya. Wallahu a'lam bishawab. (Mulyana)
Rakyat harus menyadari bahwa mereka mempunyai kekuatan. Di tangan merekalah kepemimpinan nasional ditentukan. Karena itu, rakyat harus memilih pemimpin yang tepat. Rasulullah bersabda, ''Sesungguhnya aku tidaklah memberikan pekerjaan kepada seseorang, sehingga aku menemui syarat-syaratnya.'' (HR Dailami).
Sedikitnya ada dua syarat, yang dapat diukur oleh rakyat, agar seseorang pantas untuk dipilih sebagai pemimpin mendatang. Pertama, bersih. Bersih dalam konteks ini mengandung dua pengertian. Pertama, bersih jiwanya, yakni ia seorang yang beriman. Keimanannya tersebut terpancar dari perilaku dan sikapnya dalam kehidupan sehari-hari, baik kepada keluarga ataupun masyarakat secara luas.
Kedua, bersih berarti ia seorang yang tidak pernah terlibat dan terindikasikan melakukan kejahatan, baik tindakan kriminal maupun kejahatan moral. Selain bersih diri dan keluarganya, kelompoknya pun harus bersih. Tegasnya, ia dan keluarga serta kelompoknya merupakan orang-orang yang memiliki kredibilitas, bermoral, dan berani untuk menegakkan kebenaran.
Bersih pun merupakan salah satu syarat agar rahmat, pertolongan, dan kemenangan dari Allah datang. Perhatikan firman-Nya, ''Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri.'' (QS 87: 14). Rasulullah pun menegaskan, ''Islam itu bersih, maka bersihkanlah dirimu. Sesungguhnya, tidak akan masuk surga kecuali orang yang bersih.'' (HR Dailami).
Kedua, peduli. Saat ini, kita membutuhkan pemimpin yang peduli kepada rakyat yang dipimpinnya dan memiliki hati nurani. Kepedulian ini dapat diukur dari kiprahnya sejak dini. Kita harus mewaspadai jika ada kelompok yang menjelang pemilu berubah menjadi peduli. Sebab, kepedulian yang ikhlas tidak tumbuh hanya pada saat-saat menjelang pemilu, melainkan sejak awal telah ditunjukkan dengan komitmennya membela rakyat kecil.
Kepedulian yang ikhlas merupakan kepedulian yang timbul dari hati nurani dan rasa tanggung jawab sebagai seorang pemimpin. Ia menjadi ruh dalam setiap tindakan, kegiatan, dan kebijakan yang dilakukannya.
Kini, di saat wacana untuk membentuk 'koalisi bersih' digulirkan, sudah sepatutnya seluruh rakyat mendukung dan mewujudkannya. Karena, sungguh, bangsa ini tidak akan pernah bangkit dari keterpurukan jika tetap dipimpin oleh orang-orang yang tidak amanah dan korup (kotor). Mari kita wujudkan pemerintah dan lembaga legislatif yang bersih dan peduli kepada rakyat yang memilihnya. Wallahu a'lam bishawab. (Mulyana)
kita mendambakan pemimpin yang peduli yang hobby berbagi kpd rakyatnya, saatnya revolusi hedon, rapatkan barisan, slm ukhuwah
ReplyDelete