Rasulullah SAW bersabda, ''Sembahlah Tuhanmu, beri makanlah orang yang perlu diberi makan, dan tebarkanlah salam, niscaya kamu akan masuk surga dengan selamat.'' (HR Tirmidzi).
Hadis di atas menunjukkan bahwa kunci meraih keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat kelak, memiliki hubungan yang baik dengan Allah (hablun minallah) dan dengan sesama (hablun minannas). Pendek kata, kunci meraih keselamatan tersebut adalah kita harus memiliki kesalehan pribadi dan kesalehan sosial.
Hal ini sebagaimana Allah firmankan, ''Orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.'' (QS 22: 41).
Dalam konteks kesalehan pribadi, sebagaimana dijelaskan pada hadis di atas, kita harus memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Allah dan rasul-Nya. Kita harus memurnikan penghambaan kepada Allah dengan hanya menyembah dan memohon pertolongan kepada Allah, sebagaimana yang sering diucapkan: ''Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.'' (QS 1: 5).
Kemurnian penghambaan ini tidak hanya dikaitkan dengan masalah ibadah fardu, tetapi juga harus diaplikasikan dalam setiap aspek kehidupan. Allah SWT berfirman, ''Katakanlah, 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri'.'' (QS 6: 162-163).
Rasulullah SAW menjelaskan dalam sebuah hadis qudsi pahala yang akan diterima bagi orang-orang yang selalu berharap dan meminta kepada Allah. Rasulullah bersabda, ''Wahai anak Adam, selagi engkau meminta dan berharap kepada-Ku, maka Aku akan ampunkan apa-apa dosa yang telah telanjur dari padamu dan tidak Aku pedulikan lagi ...'' (HR Tirmidzi).
Sedangkan kesalehan sosial merupakan buah dari keimanan dan ketakwaan yang benar kepada Allah. Wujud dari kesalehan sosial ini, sebagaimana dijelaskan hadis di atas, adalah adanya kepekaan dan kepedulian terhadap sesama, khususnya dengan sesama Muslim. Bahkan, Rasulullah mengaitkan kepekaan dan kepedulian terhadap sesama Muslim dengan kadar keimanan seseorang.
Rasulullah menegaskan dalam sabdanya, ''Tidak sempurna iman seseorang di antaramu sehingga dia mencintai saudaranya (sesama Muslim) sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.'' (HR Bukhari dan Muslim).
Salah satu satu wujud dari kesalehan sosial adalah memberikan makan kepada orang-orang yang membutuhkan (kelaparan) dan menebarkan salam. Menebarkan salam mengandung pengertian menebarkan keselamatan, perdamaian, dan kasih sayang kepada setiap manusia. Tegasnya, menebarkan salam merupakan salah satu pelaksanaan dari Islam sebagai rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil'alamin). Wallahu a'lam.
Hadis di atas menunjukkan bahwa kunci meraih keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat kelak, memiliki hubungan yang baik dengan Allah (hablun minallah) dan dengan sesama (hablun minannas). Pendek kata, kunci meraih keselamatan tersebut adalah kita harus memiliki kesalehan pribadi dan kesalehan sosial.
Hal ini sebagaimana Allah firmankan, ''Orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.'' (QS 22: 41).
Dalam konteks kesalehan pribadi, sebagaimana dijelaskan pada hadis di atas, kita harus memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Allah dan rasul-Nya. Kita harus memurnikan penghambaan kepada Allah dengan hanya menyembah dan memohon pertolongan kepada Allah, sebagaimana yang sering diucapkan: ''Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.'' (QS 1: 5).
Kemurnian penghambaan ini tidak hanya dikaitkan dengan masalah ibadah fardu, tetapi juga harus diaplikasikan dalam setiap aspek kehidupan. Allah SWT berfirman, ''Katakanlah, 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri'.'' (QS 6: 162-163).
Rasulullah SAW menjelaskan dalam sebuah hadis qudsi pahala yang akan diterima bagi orang-orang yang selalu berharap dan meminta kepada Allah. Rasulullah bersabda, ''Wahai anak Adam, selagi engkau meminta dan berharap kepada-Ku, maka Aku akan ampunkan apa-apa dosa yang telah telanjur dari padamu dan tidak Aku pedulikan lagi ...'' (HR Tirmidzi).
Sedangkan kesalehan sosial merupakan buah dari keimanan dan ketakwaan yang benar kepada Allah. Wujud dari kesalehan sosial ini, sebagaimana dijelaskan hadis di atas, adalah adanya kepekaan dan kepedulian terhadap sesama, khususnya dengan sesama Muslim. Bahkan, Rasulullah mengaitkan kepekaan dan kepedulian terhadap sesama Muslim dengan kadar keimanan seseorang.
Rasulullah menegaskan dalam sabdanya, ''Tidak sempurna iman seseorang di antaramu sehingga dia mencintai saudaranya (sesama Muslim) sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.'' (HR Bukhari dan Muslim).
Salah satu satu wujud dari kesalehan sosial adalah memberikan makan kepada orang-orang yang membutuhkan (kelaparan) dan menebarkan salam. Menebarkan salam mengandung pengertian menebarkan keselamatan, perdamaian, dan kasih sayang kepada setiap manusia. Tegasnya, menebarkan salam merupakan salah satu pelaksanaan dari Islam sebagai rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil'alamin). Wallahu a'lam.
0 Response to "Meraih Keselamatan Dunia dan Akhirat"
Post a Comment