Kado Ramadhan
Penulis: Aishliz
Sedikit tergesa-gesa, saya naiki tangga pintu keluar stasiun Tsukiji. Khawatir terlambat, saya lirik jam di pergelangan tangan. Alhamdulillah masih banyak waktu yang tersisa rupanya. Sudah dua bulan saya berkerja part time di salah satu perusahaan Jepang di daerah ini. Untuk menjaga citra baik sorang muslimah, kata terlambat sangat saya hindari.
Saya percepat langkah dengan merapatkan baju hangat mengusir angin dingin di musim gugur. "Hmm ... puasa hari ke dua di musim gugur," gumam saya.
Penasaran dengan penampilan, saya lirik kaca jendela mobil yang sedang terparkir. Sedikit saya rapikan jilbab dan gamis. Tiba-tiba, dari arah belakang, seseorang mencolek bahu saya. Saya palingkan wajah dengan memasang senyum malu.
"Mareeshia no kata desuka" (Orang malaysia ya)?, seorang ibu setengah baya bertanya.
"Bukan saya orang Indonesia," jawab saya masih dengan senyum malu.
Sedikit lega, ternyata yang mencolek bahu saya bukanlah pemilik mobil. Dari pertanyaan ringan tersebut, kami saling memperkenalkan diri dan bercerita penuh keakraban. Ibu yang bernama Mariko tersebut menjelaskan bahwa anak perempuannya sudah lima tahun bekerja di Malaysia. Saat melihat saya, Mariko-san, begitu saya panggil ibu itu, tiba-tiba teringat pada anaknya.
Dalam pembicaraan, tiba-tiba Mariko-san bertanya "Saya dengar hari ini bulan puasa, pasti terasa berat yah," ucapnya bersimpati.
"Wah dari mana ibu ini tau saya sedang shaum," pikir saya dalam hati.
Melihat perubahan wajah saya yang bingung Mariko-san segera menjelaskan. Putrinya yang berada di Malaysia minggu lalu mengabarkan, bahwa warga Malaysia yang mayoritas beragama Islam akan menjalankan puasa di pertengahan bulan Oktober ini.
Dengan bahasa sederhana saya jelaskan bahwa kami sebagai muslim tidak merasa berat menjalankan puasa. Karena dengan puasa akan lebih dapat mensucikan jiwa dan memberi kesempatan beristirahat bagi tubuh.
Mariko-san hanya mengangguk-angguk tanda setuju dengan wajah serius mendengarkan penjelasan saya. Sesekali dari mulutnya keluar kata, "Ooo, begitu."
Di akhir perjumpaan, kami saling bertukar nomor telepon dan alamat, sambil berjanji akan tetap saling berhubungan.
Tak terasa hari ini sudah memasuki hari ke lima Ramadhan. Alhamdulillah di bulan Ramadhan ini saya diberi keringanan oleh bagian personalia menggunakan waktu flexible time, dimana saya bisa datang lebih awal dengan waktu pulang lebih cepat.
Tiba di rumah saya siapkan ifthar (makanan untuk berbuka puasa) seadanya. Menungu waktu maghrib, saya putar nasyid Yusuf Islam & Friends sambil merebahkan badan di sofa, menghilangkan penat hari ini.
Tiba-tiba bell pintu apartemen berbunyi.
Saya lirik jam, "Hmmm masih jam setengah lima, tidak mungkin suami pulang kerja sebegini cepat".
Saya raih door phone, "Ya, siapa?"
"Saya Mariko, maaf datang tiba-tiba," jawab suara di luar pintu dengan sedikit kaku menyatakan permintaaan maaf.
Dengan diiliputi rasa kaget saya tutup door phone setelah meminta Mariko-san untuk menunggu sebentar. Saya segera berlari membuka pintu. Ketika saya sembulkan kepala, wajah ramah Mariko-san sudah menyambut dengan senyuman.
Saya sambut Mariko-san dengan riang sambil mempersilakan masuk. Tapi Ia menolak karena merasa tidak enak datang mendadak tanpa memberitahu lebih dahulu, katanya. Tiba-tiba Mariko-san mengeluarkan sesuatu dari dalam tas besarnya.
"Ini ada sedikit ala kadarnya, silakan dicicipi," ujarnya.
Melihat wajah kaget saya Mariko-san segera menjelaskan bahwa kirimannya itu sebagai hadiah untuk berbuka puasa.
"Alhamdulillah, terimakasih, saya terima dengan senang hati," ucap saya berbinar meski sedikit ragu apa isinya.
Membaca keraguan saya, Mariko-san segera menjelaskan bahwa makanan tersebut tidak mengandung hal-hal yang dilarang oleh agama saya - Islam. Sebelumnya ia sudah banyak bertanya pada putrinya di Malaysia mengenai 'ramuan' apa saja yang tidak diperbolehkan bagi agama Islam.
Setelah Mariko-san pulang, saya buka kado kirimannya. Alhamdulillah, Subhaanallah satu kotak kue manju dan kue mochi. Berkali-kali saya bersyukur pada Allah diberikan kado tak terhingga di bulan Ramadhan ini serta dipertemukan dengan orang seramah Mariko-san di negara yang terkenal dengan sikap individunya.
Sambil memandang kotak-kotak hadiah tersebut, dalam benak saya teringat salah satu firman Allah yang berbunyi: " ... dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangka. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah niscaya akan mencukupkan keperluannya..." (QS 65:3)
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala amal shaleh sempurna. Ramadhan Kariim penuh berkah, rahmah dan maghfirah.
0 Response to "Menyambut Bulan Ramadhan"
Post a Comment