oleh : KH Abdullah Gymnastiar
Sesungguhnya yang aku cintai diantara kalian dan paling dekat kedudukannya denganku pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya. Dan orang yang paling kubenci dan jauh dariku pada hari kiamat adalah orang yang banyak bicara dan berlagak sombong serta bertele-tele dalam berbicara”. ( HR. Tirmidzi)
Alhamdulillaahirabbil'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad waala aalihi washaabihii ajmai'iin,
Saudaraku yang budiman, Maha Terpuji Allah Azza wa Jalla. Dzat yang meiliki segala kemuliaan dan keagungan. Dzat yang teramat sempurna kasih sayang-Nya. Betapapun hamba-hambanya berbuat maksiat dan berkhianat.
Namun sampai detik ini kita toh masih merasakan curahan nikmat-Nya. Allah senantiasa menunggu hamba-hamba-Nya yang sesat untuk kembali ke jalan-Nya dan Dia menyediakan ampunan dan rahmat-Nya betapa besar dosa yang dimiliki seorang hamba.
Sahabat kalau ada orang di dunia ini yang paling beruntung, maka sebenarnya bukanlah yang tiba-tiba mendapat harta yang melimpah, isteri yang jelita atau suami yang gagah tampan, serta aneka kenikmatan duniawi lainnya.
Melainkan, ia adalah seorang Muslim/Muslimah yang telah ditetapkan Allah Azza wa Jalla sebagai hamba pilihan-Nya. Ia dicintai Allah. Rasul-Nya, dan orang-orang yang berhak mewarisi surga jannatun na’im. Karena itu, Allah-pun berkenan menganugrahkan mahkota kemuliaan, yang semua orang tidak mendapatkannya.
Siapakah manusia pilihan itu? Ia adalah pribadi yang karena kesempurnaan iman-nya, berhasil mewarisi sifat, sikap, dan kepribadian Rasulullah SAW, sehingga menjadi cermin dan teladan kehidupan bagi orang lain.
Bukankah Rasulullah sendiri adalah teladan umat sebagaimana yang difirmankan Allah, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengaharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.? (Q.S Al-Ahzab (33):21)
Rasulullah telah menjadi teladan umat karena dia telah memiliki kesempurnaan iman. Ciri kesempurnaan iman adalah akhlaqul karimah.
Karenanya, insan yang telah mewarisi sifat, sikap, dan kepribadian Rasulullah, tidak bisa tidak, pasti memiliki akhlak yang mulia karena rasulullah sendiri pernah bersabda, “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling mulia akhlaknya”. ( HR. Tirmidzi )
Dengan demikian, akhlaqul karimah tak diragukan lagi merupakan tolak ukur yang paling utama apakah ia telah menjadi insan pilihan Allah atau belum.
Maka, kita pun dapat bercermin pada diri sendiri, adakah kita telah layak menjadi insan pilihan-Nya. Marilah bertaffakur karena siapa tahu kita saat ini tengah menempuh suatu jalan yang dapat mengantarkan kita untuk dapat menggapai mahkota kemuliaan, atau sebaliknya, tengah menuruni lembah menuju kehinaan. Wallahu'alam
0 Response to "Menggapai Mahkota Kemuliaan"
Post a Comment