Pesan Moral Ibadah Kurban
Hari ini --sebagian esok hari-- umat Islam merayakan hari Iduladha atau disebut juga hari raya kurban. Hari Raya kurban berkaitan erat dengan sejarah Nabi Ibrahim AS dan putranya, Ismail AS.
Surat Al-Shaffat: 102, mengisahkan Ibrahim mendapat wahyu dari Allah SWT untuk menyembelih putra kesayangannya, Ismail, sebagai kurban. Ibrahim dan Ismail, selaku hamba taat, tidak bimbang sedikitpun untuk melaksanakan perintah dari Tuhan. Pada detik-detik terakhir menjelang peristiwa kurban itu, Allah mengganti Ismail dengan seekor domba.
Di balik kisah kurban Nabi Ibrahim tersebut, tersirat pesan moral yang amat dalam tentang nilai kemanusiaan dalam perspektif agama. Tuhan Maha- Pencipta yang maha-berkuasa menghidupkan dan mematikan makhluk-Nya itu, tidak mau menjadikan manusia sebagai objek kurban, meski waktu itu Ismail rela diakhiri hidupnya.
Pesan moral dalam kisah kurban Nabi Ibrahim dan Ismail itu sangat paradoks dengan realita yang kita saksikan dalam dunia modern kini. Erosi kemanusiaan telah menggiring sebagian umat manusia pada kehidupan individualisme, materialisme, dan vandalisme yang membabi buta, sehingga jiwa, darah, dan kehormatan, sesama manusia pun seolah tidak berharga lagi.
Dalam contoh yang ekstrem, kini kita lihat begitu mudahnya orang melenyapkan nyawa orang lain karena sebab yang hanya sepele. Mereka membakar hidup-hidup, memusnahkan tempat kediaman, dan menganiaya orang lain, sehingga korban berjatuhan tiada terbilang lagi jumlahnya.
Padahal orang berbuat salah, menurut agama dan hukum, tidak boleh diperlakukan semena-mena dengan tindakan main hakim sendiri apa pun alasannya. Di manakah perasaan kemanusiaan mereka yang tega menghabisi sesamanya?
Nabi Muhammad saw berkata, ''Hancurnya bumi ini beserta isinya merupakan perkara kecil, bagi Allah, dibanding tertumpahnya setetes darah manusia tanpa jalan hak.'' Dalam hadis yang lain Nabi menjelaskan, ''Tuntutan perkara dalam hubungan antarmakhluk yang pertama dibuka di akhirat nanti ialah yang menyangkut darah manusia.''
Sejarah mengabadikan betapa tingginya penghargaan terhadap harkat dan martabat kemanusiaan atau hak asasi manusia dalam dustur negara Islam tempo doeloe, seperti tecermin dalam riwayat Khalifah Umar bin Khatab, bahwa beliau pernah memarahi putra Gubernur Mesir, Amar bin Ash, ketika mendapat laporan bahwa anak gubernur memukul, bukan membunuh, teman bermainnya. Anak rakyat biasa. "Mengapa engkau memperlakukan anak manusia seperti budak? Padahal ibunya melahirkan mereka sebagai manusia merdeka".
Semoga hari raya kurban tahun ini meninggalkan bekas dan hikmah bagi kita sekalian, terutama untuk mempertebal rasa kemanusiaan dan keterikatan kita terhadap perintah dan larangan Allah. (M Fuad Nasar)
0 Response to "Hari Raya Haji Bagi Ummat Islam"
Post a Comment