Alhamdulillaahirabbil 'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad wa'ala aalihi washahbihii ajmai'iin.
Saudaraku yang baik, semoga Allah Yang Maha Menatap dan Maha Memperhatikan apapun mengkaruniakan kepada kita hidayah dan taufik-Nya, sehingga hidup kita yang hanya sekali-kalinya di dunia ini benar-benar bisa kita lalui dengan baik dan berakhir dengan cara yang paling disukai Allah.
Sungguh! Petunjuk atau hidayah Allah memiliki nilai yang tiada bandingannya, betapa berharga, betapa mahal, sehingga tidak bisa didapatkan setiap orang. Hanya orang-orang yang beriman kepada jalan luruslah yang akan mendapatkan hidayah itu. Firman Allah: "Dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus" (QS. Al-Hajj [22]:54)
Petunjuk atau hidayah adalah terjemahan dari Bahasa Arab "Hudan". Maka yang memberi petunjuk di sebut Al-Haadiy. Menurut Quraisy Syihab, kata yang terbentuk dari huruf ha, dal dan ya ini maknanya berkisar pada:
1. Tampil ke depan memberi petunjuk, sehingga tongkat bisa disebut hadi karena berfungsi menuntun untuk menunjukan jalan
2. Menyampaikan dengan lemah lembut. Hadiah adalah salah satu bentuk makna dari hal ini, karena penyampaiannya menuntut perilaku lembut dari orang yang memberi nya.
3. Pengantin wanita disebut juga haadi
4. Hadyu yang memiliki makna berkurban.
Hidayah dalam arti petunjuk memiliki bagian-bagian penting. Bagian-bagian itu adalah: Pertama adalah hidayah naluri. Hidayah seperti ini seperti hidayah yang diberikan Allah melalui bayi. Tak ada seorangpun yang pernah mengajari bayi, tapi ia tahu harus apa ketika ia lapar atau haus.
Kedua adalah hidayah Indra. Hidayah ini memiliki kesempurnaan dalam keterbatasannya. Namun walau bagaimanapun, justru keterbatasannya itulah yang menunjukan kesempurnaannya. Mata misalnya, tiada seorangpun manusia yang mampu membuat sebuah benda layaknya mata. Meski memiliki keterbatasan, ia tetap paling unggul jika dibanding lensa manapun yang pernah dan akan dibuat manusia. Jelas, mata mempunyai batas pandang. Bisa dibayangkan jika mata kita mampu melihat setiap ciptaan Tuhan, misalnya jin, syaithan dan sesuatu yang ada di balik tabir.
Begitu pula dengan indera yang lainnya. Apa yang akan kita rasakan jika teling kita hanya sebelah, atau malah kedua telinga kita bisa mendengar suara segala macam, termasuk suara jin, binatang dan lain-lain. Bagaimana jika hidung kita juga berbeda-beda penciumannya, satu orang menghirup bau terasi, di sisi lain kita menghirup benda yang sama sebagai bau kue yang sangat enak. Bisa dibayangkan juga jikalau rasa tidak sama? garam ada yang terasa kopi atau cuka atau lainnya.
Bayangkan pula suami yang indera perabanya dan perasa tidak jalan. Belaian apapun yang dilakukan istrinya tidak akan berpengaruh apa-apa pada dirinya.
Ketiga adalah hidayah akal. Hidayah inilah yang kemudian membedakan antara manusia dengan binatang. Manusia memiliki peradaban yang begitu tinggi dengan penguasaan teknologi karena hidayah ini.
Dari kesemua itu, hidayah yang paling tinggi adalah hidayah agama. Dengan hidayah ini, orang akan mengenal jalan pulang menghadap Allah. Dalam hidayah agama ini, orang akan merasakan nikmatnya mengenal Allah (makrifatullah).
Hidayah ini bisa datang kapan saja dan melalui apa saja. Hidayah ini bisa hadir ketika seseorang putus hubungan dengan pasangannya, karena melalui kejadian tersebut orang itu menjadi terbuka hatinya untuk menemukan Allah. Seseorang juga bisa mendapatkan hidayah ini ketika dia mengalami kebangkrutan dalam usahanya, karena dengan kejadian tersebut ia menjadi bersabar dan bertawwakal kepada Allah. Ia merasa menjadi orang yang tiada memiliki daya, kecuali hanya karena pertolongan Allah.
Untuk itu, berdoa kepada Allah untuk tidak dicabut hidayah ini menjadi hal mutlak yang harus kita lakukan: "Rabbanaa laa tuzigh quluubanaa ba'da idz hadaitanaa wahablanaa min ladunka rahmatan innaka anta al-wahhaab". Doa ini akan menghindarkan orang dari hidayah yang sebelumnya telah tertanam dalam jiwa. Orang yang dalam jiwanya senantiasa tertanam hidayah Allah, langkah kehidupannya akan senantiasa tenang, optimis dengan semua keadaan, tidak khawatir dengan rizqi. Ia akan berpikir, bahwa tidak mungkin Allah menciptakan perut tanpa isinya. Hinaan bukan masalah baginya, karena itu merupakan pertolongan Allah dan ladang bagi tumbuhnya kesabaran. Subhaanallah.
0 Response to "Al Wahhab (Yang Maha Pemberi Petunjuk)"
Post a Comment