Bismillaahirrahmanirrahiim, Alhamdulillah wa shollatu wassalamu ala Rosuulillah,
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT Curahan rahmat-Nya kita mohonkan untuk junjugnan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga serta sahabat sahabat beliau.
Manusia pada dasarnya bertanya apakah kuasa Tuhan itu ada batasnya? Tetapi pada umumnya orang akan berkata bahwa kuasa Tuhan tidak ada batasnya. Kemudian apakah Tuhan dapat menciptakan sesuatu yang mustahil? Umumnya orang akan menjawab bisa.
Hal-hal Mustahil pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua macam, ada yang menurut kebiasaan dan menurut akal. Misalkan Tuhan tidak dapat menciptakan yang sama seperti DIA. Oleh karena itu kuasa Tuhan pada dasarnya terbatas. Menurut Profesor Rasyidi dalam "Filsafat Agama" banyak orang keliru ketika berkata bahwa kuasa Tuhan terbatas. Sebenarnya Kuasa Tuhan terbatas karena tidak mungkin menciptakan sesuatu yang mustahil yang diluar akal misalkan menciptakan Tuhan lain yang seperti Tuhan.
Tuhan tidak mungkin menciptakan sesuatu yang wujud dan tidak wujud sekaligus. Hal tersebut adalah sesuatu yang mustahil. Ini adalah makna kebahasaan, walaupun kalau kita ukur diri kita ketika kita berbicara tentang kuasa ALLAH. Kalau kuasa ALLAH kita kaitkan dengan mahluk Allah maka kuasa-Nya melampaui batas yang tergambar dalam benak manusia. Tetapi pada hakekatnya kekuasan-Nya terbatas misalkan Tuhan tidak menciptakan api yang digunakan untuk memasak juga tidak membakar.
Kembali kepada sifat Tuhan AL-Qadir, Al Muqtadiir. Contoh yang dapat diberikan adalah seperti kita sering membaca Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim. Ada perbedaan pendapat para ulama menyangkut perbedaan antara Rahman dan Rahiim. Namun kesimpulannya adalah Ar-Rahman memiliki pola kata yang berbeda dengan Rahiim. Salah satu makna perbedaannya adalah pada Ar-Rahiim, kata ini seperti sifat yang dimiliki dan melekat pada seseorang atau sesuatu, tetapi Ar Rahman berarti merupakan pelimpahan Rahmat. Seperti orang yang pemarah, hal itu adalah sifat yang melekat pada dirinya, apakah dia akan selalu marah? Dan demikian juga dengan sifat pemurah seseorang maka dia tidak akan selalu bersifat pemurah, sewaktu waktu dia akan bersifat kikir.
Kalau kita berkata Rahiim maka itu adalah sifat yang melekat pada Dzat Tuhan, kalau kita berkata Rahmaan maka itu adalah pelimpahan rahmat tuhan. Maka Bismillahirrohmaanirrohiim artinya adalah "Dengan nama Allah yagn memiliki sifat rahmat dan sekaligus melimpahkan rahmat".
Dengan demikian pola kata 'Alim dan Qadir, menggambarkan sifat yang melekat pada diri Tuhan. Namun ada perbedaan pada kata Qadir dan Muqtadir. Jika kita merujuk kepada ayat-ayat Al-Quran maka kita menemukan bahwa inilah kuasa ALLAH, seperti yang terdapat pada ayat "Innallaha 'ala kulli syaiin qadiir" yang mencakup segala sesuatu. Dahulu, kaum musyrik antara lain tidak percaya adanya hari kebangkitan. Salah satu alasannya adalah karena Tuhan tidak kuasa menciptakan kembali mahluk yang sudah menjadi tulang belulang. Dalam Surat Yasiin "Awalaisaladzi khalakassamaawati wama fil ardh biqaadirin".
Jika kita dalami lebih lanjut, ALLAH yang Qadir ini belum tentu mewujudkan apa yang Dia kuasa wujudkan. Sedangkan apa yang Dia kuasa wujudkan baru akan wujud jika Allah menginginkannya. Oleh karena itu, ada hal-hal yang diwujudkan oleh ALLAH sebenarnya Dia kuasa wujudkan lebih bagus dan lebih baik dari itu, Alam raya ini diwujudkan oleh ALLAH dalam waktu 6 hari. Kalau kuasa- Nya maka ALLAH dapat mewujudkan nya dengan lebih cepat. Jadi itulah sebabnya Imam Ghazali di kritik ketika mengatakan "Laisa Fil Inkaan abda'u mim makaan" yang artinya, tidak bisa terjadi lebih baik lagi dari apa yang telah terjadi.
Kita diperintahkan oleh Rasul untuk meneladani sifat-sifat ALLAH. Tahallaqu bi ahlaqillah " berahlaklah kamu dengan sifat sifat Tuhan, sesuai dengan kemampuan kita sebagai mahluk. Jika kita angkat sifat sifat ALLAH, misalkan Rahmaan maka kita harus selalu meneladani sifat Rahmaan Tuhan sebagai mahluk, kita juga harus menjadi kuat sesuai dengan sifat ALLAH. Beragama itu adalah upaya manusia meneladani sifat sifat ALLAH sesuai dengan kemampuannya sebagai mahluk. ALLAH 'Aliim atau maha mengetahui untuk itu kita harus belajar sehingga kalau bisa kita mengetahui segala sesuatu.
Apa yang kita gambarkan tentang kuasa Allah maka sebenarnya ALLAH lebih maha kuasa dari pada apa yang kita dapat bayangkan. Karena apa yang kita anggap sempurna dalam benak kita itu masih sangat terbatas, sesungguhnya ALLAH tidak seperti itu.
Alhamdulillaahirobbil’alamin.
0 Response to "Al-Qadir (Yang Maha Kuasa)"
Post a Comment