Globalisasi sudah sangat meresahkan kehidupan beragama, terutama agama islam, maka dengan itu Islam yang merupakan Rahmatan Lil'alamin harus mampu menyaring dan bisa memilih arus globalisasi mana yang harus kita terapkan di kehidupan kita sehari-hari sesuai dengan syari'at Islam.
Kita sekarang telah berada di alam era globalisasi yang dikenal dengan era keterbukaan. Di alam keterbukaan ini, maka kita diharapkan memiliki kemampuan membaca tanda-tanda zaman yang selalu mengalami perubahan dan pergeseran nilai-nilai dalam masyarakat. Nilai-nilai dan pergeseran itu disebabkan adanya ledakan yang sangat dahsyat yang dapat dirasakan oleh sikap mental dan prilaku manusia yang mengglobal di tengah-tengah masyarakat yang terus berproses.
Adapun ledakan yang kita maksudkan itu ialah adanya arus informasi yang begitu cepat dan beragam yang kita saksikan dan kita serap secara langsung dalam waktu bersamaan. Baik informasi yang bersifat internal maupun eksternal yang masuk ke dalam rumah kita masing masing melalui media elektronik atau media cetak lainnya.
Dari arus informasi yang sangat dahsyat itu, menimbulkan perubahan yang mendasar jika kita cermati dari kancah kehidupan sosial kemasyarakatan. Di satu sisi adanya informasi yang kita terima itu membawa kita ke arah yang konstruktif, yaitu menumbuhkan rasa percaya diri dalam menghadapi era global ini dari semua aspeknya. Menumbuhkan etos kerja yang positif karena dampak keberhasilan yang telah dicapai, baik fisik material maupun mental spiritual dalam membangun diri dan bangsanya. Sehingga sikap optimis dalam menghadapi masalah serumit apapun, rasanya dapat kita atasi dengan mudah selama kita tetap komitmen dengan tujuan berbangsa dan bernegara. Namun di sisi lain arus informasi yang dahsyat itu membawa kita ke arah yang destruktif, yaitu kehancuran moral terutama di kalangan generasi muda kita sehingga menimbulkan berbagai kasus yang sangat mengerikan. Kita merasakan adanya tindakan kekerasan, perkelahian antar pelajar, maraknya obat-obat terlarang, narkoba, pil koplo dan sejenisnya, serta sejumlah agenda kebrutalan moral lainnya yang banyak menghiasi lembaran surat kabar dan majalah ibu kota maupun daerah.
Dari kedua bentuk informasi yang kontradiksi ini, kita telah berada dihadapannya dan tidak bisa kita hindari atau menghindarkan diri. Dan ini merupakan refleksi dari zaman keterbukaan yang kita hadapi dewasa ini. Oleh karena itu posisi kita sebagai umat Islam harus mempersiapkan diri untuk meningkatkan kualitas SDM nya, agar kita tidak selalu terjebak dalam situasi dan kondisi apapun. Sebaliknya dari kondisi yang kita hadapi ini, kita harus mampu menjadi pelopor sebagai teladan bagi umat dan bangsa ini, bahkan garda terdepan dalam ikut menyelesaikan konflik yang terjadi di negeri kita ini dalam mempertahankan kesatuan dan persatuan bangsa.
Adapun kualitas sumber daya manusia yang kita harapkan tersebut di antaranya:
Pertama; Peningkatan pemberdayaan kualitas hidup. Setelah bangsa kita mengalami krisis moneter beberapa tahun yang lalu, maka dari jumlah penduduk miskin telah mencapai sepertiga penduduk Indonesia, yang sudah barang tentu mayoritas menimpa umat Islam. Karena realitanya memang umat Islam baru banyak dalam hitungan, tetapi belum banyak diperhitungkan dalam setiap kebijakan yang diambil oleh Institusi masyarakat pada umumnya. Sebab yang utama adalah karena kualitas umat Islam atau SDM nya selama ini masih rendah, baik ekonomi maupun kesehatannya. Oleh karena itu untuk meningkatkan kualitas hidup yang layak, umat Islam harus secara serius memikirkan tentang memelihara kesehatan dan mengatur ekonomi umat secara proporsional. Dengan kualitas hidup yang sehat akan menumbuhkan energi yang prima dan vitalitas yang tinggi, sehingga adanya sikap mental yang mandiri dengan daya juang yang optimal dalam menghadapi setiap tantangan di era global ini. Kemudian lebih utama lagi kita harus menata masa depan generasi muda kita, agar mereka dapat menjadi pewaris yang baik sesudah kita dan tidak akan menjadi beban orang lain. Di dalam Al-Qur'an Allah SwT telah memperingatkan hambanya:
"Dan hendaklah takut kepada Allah, orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak (generasi) yang lemah. Mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka…..“ (Q.s An-Nisa': 9).
Selain itu Nabi Muhammad saw dengan tegas pula menyatakan dalam Haditsnya:
“Orang mukmin yang sehat itu lebih baik dan dicintai Allah dari pada orang-orang mukmin yang lemah.” (Al Hadist).
Kedua; Peningkatan pemberdayaan kualitas keilmuan (intelektual). Peningkatan kualitas keilmuan atau intelektual, merupakan keharusan bahkan sangat penting dalam mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang. Secara jujur kita akui kualitas intelektual umat Islam masih rendah, masih di bawah standar umat-umat lainnya. Kita perhatikan di negara-negara Islam yang ekonominya cukup maju, seperti orang orang di Timur Tengah karena didukung oleh sumber daya alamnya berupa minyak dan gas bumi. Namun pakar dan ilmuan yang mengelola sumber daya alamnya itu, mayoritas orang Barat dan Eropa. Artinya mereka hanya kaya secara ekonomi, tetapi miskin secara intelektual terutama di bidang tehnologi modern. Di samping itu kita cukup prihatin terhadap kualitas umat Islam Indonesia. Salah satu neraca yang dapat kita ambil para pakar dan politisi yang menduduki lembaga legislatif ataupun eksekutif. Kita masih mendengar ada anggota DPR/MPR yang belum banyak berperan dalam memberikan sumbangannya kepada lembaga tertinggi itu, bahkan masih ada yang bersikap pasif dalam pembahasan materi yang akan ditetapkan sebagai acuan dari kerja lembaga tersebut. Begitu juga di bidang peran sosial kemasyarakatan yang belum banyak untuk dapat dijadikan teladan sebagai figur seorang pemimpin berkarakter dan berwawasan keilmuan.
Kita masih menyaksikan dari kader yang telah tampil belum menunjukkan sifat kedewasaan, masih adanya sikap egoisme atau keakuan dan emosional yang tidak terkendali. Jika kita cermati secara normatif, maka salah satu penyebabnya yaitu masih lemahnya sistem dan kualitas pendidikan. Sebagai indikasinya bahwa berdasarkan penelitian dari UNESCO tentang peringkat kualitas pendidikan dan 174 negara di dunia ini, Indonesia menempati rangking ke 105. Jauh di bawah Mexico yang menempati ranking ke 50. Bahkan ironisnya kitapun telah berada di bawah Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga kita yang terdekat.
Penulis sempat mengikuti Study banding yang diadakan oleh Dewan Masjid Sumatera Selatan di beberapa negara bagian Malaysia dan Singapura pada tahun 2001 yang lalu, bahwa ditinjau dari rasio penduduknya setiap 10 orang Malaysia hampir rata-rata ada 4 orang sarjana dengan bermacam disiplin ilmu. Kemudian dari setiap kampung atau RT/RW kalau di negeri kita ini, hampir rata-rata ada 3 orang Dokter untuk melayani kesehatan masyarakat. Adapun peringkat tertinggi kualitas pendidikan di dunia adalah; Kanada, Amerika, dan Norwegia. Tetapi giliran tingkat korupsi, maka Indonesia menempati peringkat teratas yaitu nomor dua di dunia setelah yang pertama diduduki Nigeria. Sungguh menyakitkan, memilukan dan memalukan. Padahal kita mafhum, akan pentingnya kualitas ilmu (intelektual). Sebagaimana orang bijak berkata, bahwa ilmu pengetahuan adalah kekuasaan. Selama kualitas ilmu (intelektual) kita rendah, selama itu pula umat Islam akan terdesak dalam percaturan global, bahkan menjadi terkooptasi oleh kelompok (Negara) lain yang telah maju.
01eh karena itu untuk meningkatkan kualitas keilmuan, maka budaya baca dan semangat keingin-tahuan terus ditumbuh-kembangkan, utamanya generasi penerus bangsa ini. Nabi Muhammad saw pernah menyatakan dalam Haditsnya: “Tuntut ilmu pengetahuan itu mulai dari lahir sampai ke liang kubur”. Karena itu ajaran Islam sangat respek terhadap umatnya dan menjunjung tinggi siapa saja di antara manusia yang tidak hanya beriman, tetapi juga berilmu pengetahuan. Dalam hal ini kita perhatikan firman Allah SwT:
"Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang–orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat ". (Q.s.Al-Mujadalah: 11)
Ketiga; Peningkatan pemberdayaan kualitas moral. Dengan adanya rasa tanggungiawab bersama sebagai umat dan bangsa ini, kita merasa prihatin sekali atas keterpurukan di bidang tatanan kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, karena dilanda oleh krisis moral. Di awal milenium ke 3 pada tahun 2000 yang lalu kita dapat merekam betapa banyak peristiwa yang terjadi yang membuat rasa duka dan kecewa karena tindakan pelecehan moral makin menjadi-jadi ke seluruh sektor kehidupan. Di saat inipun beberapa kasus yang diungkap lewat media cetak dan elektronik membeberkan krisis moral yang terjadi, berpuluh-puluh dan beratus-ratus bahkan beribu-ribu tulisan yang mengulas masalah krisis moral bangsa kita dewasa ini.
Di kalangan para elit bangsa hilangnya rasa budaya malu atas perbuatan yang kurang terpuji, yang merasa tidak bersalah. Padahal perbuatan mereka secara kasap mata telah merugikan umat dan bangsa ini. Akibat dari banyaknya kasus yang terungkap itu, dan adanya sifat arogan di kalangan generasi muda serta dan beberapa elit bangsa ini, maka telah menurunkan martabat bangsa kita di mata dunia Internasional. Salah satu indikasinya makin ragunya para investor asing yang hendak menanamkan modalnya dan semua sektor pembangunan di negeri kita ini, karena belum terjaminnya stabilitas keamanan dalam negeri.
Oleh karena itu perlu mengagendakan peningkatan kualitas moral dengan kesalihan, yaitu dimulai dari berniat, berfikir, berbuat dan bertindak sesuai dengan aturan yang telah ada dan disepakati bersama di negeri yang kita cintai ini. Sebagai anak bangsa kita sangat mendambakan anak-anak yang saleh yang mampu memahami jati dirinya. Yaitu generasi yang dapat mengukir kehidupan ini lebih dinamis dan berpotensi besar dalam meneruskan estafet kepemimpinan umat dan bangsa di masa yang akan datang. Kemudian sebagai pemimpin umat dan bangsa baik formal maupun non formal, agar kesalihannya dapat diwujudkan dalam segala bentuk aktivitasnya. Kita sangat mengharapkan kepada pemimpin umat dan bangsa ini, bukan hanya pandai memberi contoh yang baik, yang terhenti kepada batas kata-kata yang bijak, namun lebih dari pada itu agar para pemimpin benar-benar menjadi contoh dan teladan yang baik dan benar yang mengkristal dalam budaya hidup bermasyarakat. Untuk itu sebagai umat Islam maka kita harus kembali merujuk kepada keteladanan dan kepemimpinan Nabi Muhammad saw yang telah dijelaskan Allah SwT dalam Al-Qur'an; "Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik dan mulia bagimu.....” (Q.s Al-Ahzab: 21).
Kemudian Nabi Muhammad saw pernah mengatakan:
Kamu tidak akan dapat membahagiakan orang banyak dengan harta benda atau kedudukan yang sedang kamu kuasai, akan tetapi kalau kamu ingin mendatangkan kebahagiaan kepada mereka itu tunjukkanlah sikap dan prilaku yang bersimpatik dengan disertai moral yang tinggi atau budi pekerti yang mulia. (H.R.Muslim).
0 Response to "Agenda Umat Islam Di Era Globalisasi"
Post a Comment