Segala puji bagi
Allah yang menjadikan Ramadhan sebagai penghulu bulan-bulan dan
melipatgandakan pahala kebaikan di dalamnya. Shalawat beserta salam senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah diturunkan Al-Qur’an kepadanya
sebagai petunjuk, rahmat, nasehat, dan penyembuh bagi manusia.
Alangkah bahagianya kaum muslimin dengan kedatangan bulan
Ramadhan, bulan yang penuh keberkahan, bulan Al-Qur’an, bulan ampunan, bulan
kasih sayang, bulan doa, bulan taubat, bulan kesabaran, dan bulan pembebasan
dari api neraka. Bulan yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh segenap kaum
muslimin. Bulan yang sebelum kedatangannya Rasulullah Saw. berdoa kepada Allah:
“Ya Allah berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami ke
bulan Ramadan.” Bulan dimana orang-orang saleh dan para generasi salaf berdoa
kepada Allah agar mereka disampaikan ke bulan Ramadhan enam bulan sebelum
kedatangannya, Mualla bin al-Fadhl berkata: “Mereka (salaf) selama enam
bulan berdoa kepada Allah supaya disampaikan
ke bulan Ramadhan, dan berdoa enam bulan selanjutnya agar amalan mereka pada
bulan Ramadhan diterima.” Kenapa mereka begitu bersungguh-sungguh memohon
kepada Allah agar disampaikan ke bulan Ramadhan? Mari kita dengarkan sabda
Rasulullah Saw. ketika beliau memberi kabar para sahabatnya dengan kedatangan
bulan Ramadhan: "Ketika datang malam pertama dari bulan Ramadhan
seluruh setan dibelenggu, dan seluruh jin diikat. Semua pintu-pintu neraka
ditutup, tidak ada satu pintu pun yang terbuka. Semua pintu sorga dibuka hingga
tidak ada satu pun pintu yang tertutup. Lalu tiap malam datang seorang yang
menyeru: "Wahai orang yang mencari kebaikan kemarilah; wahai orang yang
mencari keburukan menyingkirlah. Hanya Allah lah yang bisa menyelamatkan dari
api neraka". (H.R.Tirmidzi). Rasulullah Saw. juga bersabda: “Telah
datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah telah
mewajibkan di dalamnya puasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu langit,
menutup pintu neraka, dan membelenggu setan-setan. Di dalamnya Allah memiliki
satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa yang diharamkan
kebaikan malam itu maka ia sungguh telah diharamkan (dari kebaiakan).” (HR.
Nasa’i dan Baihaki). Imam Ibnu Rajab al-Hanbali mengomentari hadits ini dengan perkataannya:
“Hadits ini merupakan dasar dan dalil memberi ucapan selamat yang dilakukan
kaum muslimin kepada muslimin lainnya dengan kedatangan bulan Ramadhan,
bagaimana seorang mukmin tidak bergembira dengan dibukanya pintu sorga?
Bagaimana seorang mukmin tidak bergembira dengan ditutupnya pintu neraka?
Bagaimana orang yang berakal tidak bergembira dengan masa dimana setan-setan
dibelenggu?” Hendaklah kita juga mencontoh para salaf dengan senantiasa berdoa
kepada Allah agar disampaikan ke bulan Ramadhan yang penuh dengan berbagai
macam keberkahan dan keutamaan tersebut.
Ramadhan
adalah tamu istimewa. Adalah merupakan kewajiban bagi kita sebagai tuan rumah
untuk menyambut kedatanganya dengan suka cita dan memuliakannya. Jika ada
seorang presiden atau petinggi negara akan berkunjung ke rumah kita pasti kita
akan direpotkan dengan berbagai persiapan untuk menyambutnya. Kita pasti akan
menata dan memperindah rumah kita, menyiapkan makanan istimewa dan lain-lain.
Ramadhan lebih dari sekedar presiden atau pejabat tinggi lain atau apa pun
saja. Ramadhan adalah anugerah Allah yang luar biasa. Ramadhan adalah
kesempatan untuk menyiapkan masa depan kita di dunia dan akhirat; oleh
karenanya kita mesti mempersiapkan kehadirannya dengan persiapan yang paripurna
agar kita bisa sukses meraih gelar takwa dan mendapat janji Allah yaitu ampunan
dan bebas dari api neraka. Apa saja perkara yang harus dipersiapkan menjelang
kedatangan tamu tersebut?
1)
Niat yang
sungguh-sungguh
Ketika Ramadhan menjelang banyak orang
berbondong-bondong pergi ke pasar dan supermarket untuk persiapan berpuasa.
Mereka juga mempersiapkan dan merencanakan anggaran pengeluaran anggaran untuk
bulan tersebut. Tetapi sedikit dari mereka yang mempersiapkan hati dan niat
untuk Ramadhan. Puluhan kali Ramadhan menghampiri seorang muslim tanpa
meninggalkan pengaruh positif pada dirinya seakan-akan ibadah Ramadhan hanya
sekedar ritual belaka, ssekedar ajang untuk menggugurkan kewajiban tanpa
menghayati dan meresapi esensi ibadah tersebut, jika Ramadhan berlalu ia
kembali kepada kondisinya semula.
Tancapkanlah niat untuk menjadikan
Ramadhan kali ini dan selanjutnya sebagai musim untuk menghasilkan berbagai
macam kebaikan dan memetik pahala sebanyak-banyaknya. Anggaplah Ramadhan kali
ini sebagai Ramadhan terakhir yang kita lalui karena kita tidak bisa menjamin
kita akan bertemu Ramadhan di tahun-tahun berikutnya. Tanamkan tekad yang
disertai dengan keikhlasan untuk konsisten dalam beramal saleh dan beribadah
pada bulan Ramadhan ini. Ingat sabda Rasulullah Saw.: “Barangsiapa yang
puasa Ramadhan karena iman dan ikhlas maka Allah akan mengampuni
dosanya yang telah lalu.”
2)
Bertaubat dengan
sungguh-sunguh.
“Setiap manusia adalah pendosa dan
sebaik-baik pendosa adalah yang bertaubat” demikian sabda Rasulullah Saw. seperti
yang diwartakan Ahmad dan Ibnu Majah.
Di antara karunia Allah adalah selalu
mengulang-ulang kehadiran momen-momen kebaikan. Ada momen yang diulang setiap pekan, bulan,
tahun dan lain-lain. Ramadhan adalah salah satu dari momen tersebut yang selalu
datang setiap tahun. Ketika seorang hamba tenggelam dalam kelalaian karena
harta benda, anak istri, dan perhiasan dunia lain yang membuat dia lupa kepada
Rabbnya, terbius dengan godaan setan, dan terjatuh ke dalam berbagai macam
bentuk maksiat datang bulan Ramadhan untuk mengingatkannya dari kelalaiannya,
mengembalikannya kepada Rabbnya, dan mengajaknya kembali memperbaharui
taubatnya. Ramadhan adalah bulan yang sangat layak untuk memperbarui taubat;
karena di dalamnya dilipatgandakan kebaikan, dihapus dan diampuni dosa, dan
diangkat derajat. Jika seorang hamba selalu dituntut untuk bertaubat setiap
waktu, maka taubat pada bulan Ramadhan ini lebih dituntut lagi; karena Ramadhan
adalah bulan mulia waktu dimana rahmat-rahmat Allah turun ke bumi. Mana para
pendosa? Mana orang-orang yang melampaui batas? Mana orang-orang yang selalu
bermaksiat kepada Allah siang malam? Mana orang-orang yang membalas nikmat
Allah dengan maksiat, memerangi Allah di bumi-Nya, dan menentangnya dalam
kekuasan-Nya? Segeralah bertaubat! Karena tak satu pun dari kita yang bersih
dari dosa dan bebas dari maksiat. Pintu taubat selalu terbuka dan Allah senang
dan gembira dengan taubat hambanya. Taubat yang sungguh-sungguh atau taubat nasuha
adalah dengan meninggalkan maksiat yang dilakukan, menyesali apa yang telah
dilakukan, dan berjanji untuk tidak kembali mengulangi maksiat tersebut, dan
jika dosa yang dilakukannya berkaitan dengan hak orang lain hendaknya meminta
maaf dan kerelaan dari orang tersebut.
3)
Mengetahui hal-hal
yang berkaitan dengan puasa dan ibadah Ramadhan lain.
“Menuntut ilmu wajib setiap muslim”
(HR. Ibnu Majah). Ilmu yang Rasulullah Saw. maksudkan dalam hadits ini adalah
ilmu yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah yang Allah wajibkan kepada setiap
hamba. Setiap muslim wajib mempelajari ilmu tersebut; karena sah atau tidaknya
ibadah yang dilakukannya tergantung dengan pengetahuannya tersebut. Seorang
yang ingin melakukan shalat wajib mengetahui syarat-syarat atau rukun-rukun
atau hal-hal yang membatalkan shalat dan lain-lainya, agar shalatnya sesuai
dengan tuntutan agama. Begitu juga bulan Ramadhan di bulan ini Allah mewajibkan
kepada setiap muslim yang mampu untuk berpuasa. Maka sudah menjadi kewajiban
setiap muslim untuk membekali dirinya dengan hal-hal yang berkaitan dengan
syarat-syarat dan rukun-rukun puasa, hal-hal yang membatalkan puasa, hal-hal
yang dimakruhkan dan dibolehkan dalam puasa, hal-hal yang membatalkan puasa dan
lain-lain supaya puasa yang dilakukannya sesuai dengan tuntunan syariah dan
perbuatannya tidak sia-sia. Di samping pengetahuan yang berkenaan dengan puasa,
pengetahuan-pengetahuan lain yang berkaitan dengan Ramadhan juga perlu seperti
anjuran-anjuran, prioritas-prioritas amal yang harus dilakukan dalam Ramadhan,
dan lain-lain agar setiap muslim dapat mengoptimalkan bulan ini sebaik mungkin.
4)
Persiapan fisik dan
jasmani.
Menahan diri untuk tidak makan dan
minum seharian penuh selama sebulan tentu memerlukan kekuatan fisik yang tidak
sedikit, belum lagi kekuatan yang dibutuhkan untuk menghidupkan malam-malam
Ramadhan dengan shalat tarawih dan shalat sunnah lainnya, ditambah kekuatan
untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an dan beri’tikaf selama sepuluh hari di
akhir Ramadhan. Kesemua hal ini menuntut kita selalu dalam kondisi prima
sehingga dapat memanfaatkan Ramadhan dengan optimal dan maksimal. Melakukan
puasa sunnah pada sebelum Ramadhan adalah salah satu cara melatih diri untuk
mempersiapkan dan membiasakan diri menghadapi Ramadhan. Oleh karenanya
Rasulullah Saw. mencontohkan kepada umatnya bagaimana beliau memperbanyak puasa
sunnah pada bulan Sya’ban, sebagaimana yang diwartakan Aisyah: “Aku tidak
pernah melihat Rasulullah Saw. berpuasa selama sebulan penuh kecuali pada bulan
Ramadhan dan aku tidak pernah melihat beliau berpuasa (sunah) lebih banyak dari
bulan Sya’ban.” (Muttafaq Alaih)
Inilah
diantara hal-hal yang mesti dipersiapkan untuk menyambut datangnya bulan kesabaran
ini.
0 Response to "Menyambut Bulan Suci Ramadhan"
Post a Comment