Harmoni Qur'an dan Sains
Penulis: Ihdina Sukma Dewi
Berbicara tentang sains dan hubungannya yang harmonis dan tanpa pertentangan terhadap Al Qur'an masih merupakan sesuatu yang paradoks di dalam masyarakat kita. Invasi pemikiran yang berlandaskan sekularisme yang menjalar dengan pasti dan tanpa terasa (baca: ghazwul fikri) telah menciptakan suatu fenomena dimana banyak orang terjebak dalam suatu dikotomi pemikiran terhadap al-qur'an dan sains.
Tanpa disadari, banyak orang yang menganggap bahwa al-qur'an dan sains merupakan hal yang terpisah. Sudah selayaknya kita sebagai kaum intelektual muslim meluruskan penyimpangan pemikiran semacam ini dan menanamkan kembali pemahaman bahwa al-qur'an dan sains merupakan suatu hubungan yang harmonis. Tidak satu pun ayat-ayat al-qur'an yang bertentangan dengan kemajuan sains dan teknologi, bahkan banyak fenomena kemajuan sains dan teknologi yang termaktub di dalam al-qur'an.
Hanya sayangnya, fenomena-fenomena sains dan teknologi yang terdapat di dalam al-qur'an diteliti dan dikembangkan bukan oleh ummat Islam sebagai pemilik kitab tersebut tetapi oleh orang-orang non muslim yang bisa dikatakan 'jauh' darinya. Dan hal inilah yang menyebabkan kemunduran ummat Islam dalam bidang sains dan teknologi setelah sempat mengalami puncak keemasan pada sekitar abad ke-12.
Di dalam kitabnya Jawahir Al-Qur'an, Imam Al-Ghazali membahas dalam bab khusus bahwa Al-Qur'an merupakan sumber dari seluruh cabang ilmu pengetahuan, baik yang terdahulu maupun yang akan datang dan yang telah diketahui maupun yang belum diketahui. Hal ini bukanlah sesuatu yang terlalu berlebihan, karena telah banyak bukti yang mengarah kepada hal tersebut. Berikut ini akan dicontohkan segelintir fenomena sains dan teknologi yang terdapat di dalam al-qur'an, dari berbagi bidang ilmu:
Teorema Singularitas
Teori yang melambungkan nama Stephen Hawking, seorang fisikawan teoritik Inggris, dan Roger Penrose, seorang matematikawan Inggris pada pertengahan1960-an ini menjelaskan tentang permulaan alam semesta. Dalam teori singularitas tentang permulaan alam semesta disimpulkan bahwa ada suatu keadaan dimana jarak ruang-waktu antara semua benda yang ada di jagat raya ini sama dengan nol, dan keadaan ini berlangsung sebelum terjadinya dentuman besar (big bang). Eksistensi keadaan singularitas sebagai awal dari alam semesta ini telah difirmankan oleh Allah SWT dalam al-qur'an surah Al-Anbiya 30:
"Dan apakah orang-orang kafir itu tidak mengetahui bahwasannya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya..."
Tak ada yang dapat mengetahui apa yang terjadi sebelum terjadinya big bang (kecuali Allah rab al-'alamin), karena pada saat itu seluruh semesta ini merupakan suatu yang padu dimana tidak ada ruang dan waktu, dan hukum-hukum fisika serta persamaan matematika tidak berlaku.
Lebah Sebagai Pelacak Bahan Peledak
"... Dari perut lebah itu keluar minuman yang bermacam-macam warnanya (madu), di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memikirkan."
Dari potongan ayat diatas kita bisa melihat dan menganalisa tentang tanda yang diberikan oleh Allah tentang keistimewaan salah satu makhluk-Nya yang bernama lebah. Selain memiliki peranan sebagai penghasil madu yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, makhluk Allah ini juga ternyata memiliki keistimewaan lain yang sangat bermanfaat bagi manusia, yaitu sebagai pelacak bahan peledak.
Para peneliti Amerika Serikat, sebagaimana yang dilaporkan oleh Beyond 2000, telah menemukan fenomena yang menunjukkan bahwa lebah sangat membantu dalam upaya deteksi ranjau atau bahan peledak lainnya. Dengan kemampuan yang dimiliki lebah untuk memperoleh simulasi terhadap bahan kimia tertentu dan mencari bahan kimia yang sama tersebut dimana pun ia berada, dapat digunakan untuk membantu petugas keamanan dalam mencari tempat-tempat yang dipasang bahan peledak. Tentu saja bahan kimia yang digunakan untuk simulasi tersebut adalah TNT. Metoda penemuan yang aman dan murah ini telah dirancang oleh Sandia National Laboratories bekerjasama dengan Universitas Montana, AS.
Sekali lagi ummat Islam 'kecolongan' dalam penemuan sains, padahal Allah telah mengindikasikan hal ini dalam surat An-Nahl. Allah SWT juga telah mengistimewakan makhlukNya ini dengan menjadikannya sebagai nama salah satu surat di dalam Al Qur'an, yaitu An-Nahl yang berarti lebah.
Astronomi
Di dalam Al Qur'an terdapat banyak ayat yang membicarakan tentang astronomi. Dr. Maurice Buccaile -dalam bukunya Al Qur'an, Bible dan sains modern- menyebutkan bahwa ada 40 ayat Al Qur'an yang membicarakan secara khusus tentang astronomi. Berikut ini terdapat beberapa fenomena astronomi yang terdapat di dalam Al Qur'an. Mungkin beberapa fenomena ini telah merupakan sesuatu yang tidak asing lagi bagi kita. Tapi ingat, Al Qur'an diturunkan 15 abad yang lalu, dimana manusia belum mengerti mengenai masalah astronomi secara implisit dan masih menganggap bahwa bumi merupakan pusat alam semesta (Geosentris). Fenomena astronomi secara implisit baru dipahami oleh masyarakat luas beberapa puluh tahun belakangan ini, dan itu jauh setelah Al Qur'an diturunkan.
Matahari dan bulan memiliki orbit
"Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya), dan telah menundukkan begimu malam dan siang." (QS 14:33)
"Demi langit yang memiliki banyak orbit." (QS 51:11)
Benda-benda langit berasal dari nebula/kabut (Teori Nebula)
"Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih berupa kabut." (QS 41 : 11 )
Matahari dan bulan memiliki kala revolusi dan kala rotasi
"Dan matahari dan bulan beredar menurut perhitungan" (QS 55 : 5)
"Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang mengetahui." (QS 10:5)
Jumlah Planet
"(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya : "Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas buah kaukab (planet), matahari, dan bulan, kulihat semuanya sujud kepadaku." (QS 12 :4)
Selama ini kita hanya mengenal sembilan buah planet dalam galaksi Bimasakti, yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto. Lalu bagaimana dengan pernyataan Al Qur'an bahwa jumlah planet itu? Apakah pernyataan itu keliru? Coba kita tengok penemuan terbaru dari riset yang dilakukan oleh para astronom di AS, bahwa ada suatu penemuan spektakuler tentang planet ke-10 di dalam galaksi Bimasakti. Bagi para ummat muslim, penemuan ini seharusnya bukanlah sesuatu yang spektakuler, karena Al Qur'an telah menyebutkan tentang fenomena ini 15 abad yang lampau. Lalu bagaimana dengan planet ke-11? Hanya dengan perjalanan waktulah hal tersebut akan terungkap. Maha benar Allah dengan segala firman-Nya.
0 Response to "Sains Dalam Al-Qur'an"
Post a Comment