Manusia di Mata Tuhan Sama Saja
Pengalaman ini saya dapat sewaktu melakukan penelitian untuk meraih master di sebuah negara Eropa. Karena sandwich program, maka riset saya lakukan di Tanah Air. Bidang saya ilmu sosial, sehingga untuk pengumpulan data, saya mewawancarai responden. Salah satu responden adalah seorang kepala lembaga pemerintahan. Beliau mempersilakan saya duduk tanpa merasa perlu melihat atau menjabat tangan.
Demikian pula saat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saya, beliau tetap sibuk dengan kertas-kertas di mejanya. Ada yang terasa menusuk di hati saya. Tapi saya meyakinkan diri bahwa perlakuan seperti ini adalah salah satu tantangan dalam pengumpulan data. Sepanjang beliau tidak berkeberatan memberikan jawaban, tidak masalah. Oleh karena itu saya berkonsentrasi dengan pertanyaan-pertanyaan saya.
Bila Bapak itu menjawab asal-asalan, atau keterangan beliau bertentangan dengan jawaban yang saya terima sebelumnya, saya terus mengejarnya dengan pertanyaan lain untuk mendapatkan jawaban yang masuk akal.
Lama-lama Bapak itu mulai beralih dari kertas-kertas di mejanya, memandang saya dan bertanya penuh selidik : "Kamu mahasiswa S1?“
Postur saya mungil, jadi biarpun saat itu saya sudah punya anak dua, orang sering salah menilai.
"Saya sedang S2", jawab saya. "Pantas, tidak mungkin mahasiswa S1 memberikan tanggapan seperti ini atas keterangan saya".
Mungkin beliau pikir saya banyak membantah jawaban beliau. "Dimana?" Bapak itu bertanya lagi.
Saat itu perhatian beliau sudah tidak lagi pada pekerjaannya, tapi tangannya masih memegang pulpen. "Di negara J. Saya dosen di Perguruan Tinggi S.“
Beliau tampak sangat terkejut mendengar jawaban saya, spontan melepas pulpennya dan episode selanjutnya bisa dibayangkan. Beliau dengan sikap ramah yang berlebihan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyan saya berikutnya. Ketika wawancara selesai, beliau bahkan mengantar sampai ke luar kantor dan bertemu dengan kakak saya yang menunggu di luar.
"Hebat ya adik Saudara. J punya nih“, beliau menyebut negara tempat saya menuntut ilmu. Kakak saya, yang sama sekali tidak mengetahui apa yang terjadi di ruang beliau selama wawancara, dengan enteng menjawab, "Pada dasarnya manusia di mata Tuhan sama saja."
0 Response to "Manusia di Mata Tuhan"
Post a Comment