Katakan Aku Cinta Padamu
Kawan, saat engkau bangun pagi ini, sudahkah engkau katakan cinta bagi orang-orang terdekat: Istri atau Suami? Ibu, Bapak, Kakek, Nenek, Adik, Kakak dan kerabatmu?
Belum, mungkin itu jawabmu. Karena di keluargamu tak ada budaya mengatakan cinta. Hingga kagok terasa bila harus mengungkapkannya.
Boro-boro, barangkali itu katamu. Sedang pagi hari semua harus ke tampat kerja dan ke sekolah, berpacu dengan waktu. Mana sempat bilang I Love U?
Kawan, saat bertemu dengan para sahabat hari ini, sudahkah engkau sampaikan cinta bagi mereka? Semua orang dekat baik di mata maupun di hati? Semua orang dekat baik karena darah maupun pertalian aqidah?
Tidak! Mungkin begitu tangkismu. Kebersamaanmu dengan mereka lebih karena tuntutan kerja dan aktifitas, mungkin itu jawabnya.
Tak biasa! Barangkali demikian kau bilang. Toh, obrolan dan jalan bersama sudah menunjukkan cinta. Hingga ia tak harus diuntai dalam kata. Sedang sikap dan perhatian lebih menunjukkan rasa yang kau punya untuk mereka.
Bisa jadi demikian halnya. Namun, alangkah indah jika engkau coba Sabda kekasihNya.
Dari Abu Karimah Al Miqdad bin Ma'dikariba ra, dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Apabila seseorang mencintai Saudaranya, beritahukanlah kepadanya bahwa ia mencintainya” (HR Abu Daud)
Dari Anas ra, ia berkata: Ada seorang laki-laki duduk di hadapan Nabi SAW, kemudian ada seseorang yang lewat di situ, lalu orang yang duduk di hadapan Nabi berkata: “Ya, Rasulullah, sesungguhnya saya mencintai orang itu.”
Nabi SAW bertanya: “Apakah kamu sudah memberitahukan kepadanya?”
Dia menjawab: “belum.”
Beliau bersabda: “Beritahukanlah kepadanya!”
Kemudian dia menemui orang itu dan berkata: “Sesungguhnya saya mencintaimu karena Allah.”
Orang itu menjawab: “Semoga kamu dicintai oleh Zat yang menjadikanmu mencintaiku karenaNya” (HR Abu Daud)
Kawan, pernahkah engkau mengunjungi kerabat, saudara dan sahabat, hanya karena engkau ingin mengunjunginya? Semata karena ingin menjalin tali cinta?
Tidak sempat. Bisa jadi seperti itu alasanmu. Terlalu banyak pekerjaan dan urusan yang tak mungkin ditinggalkan.
Kawan, pernahkah engkau menelepon 'hanya' untuk sekedar bersilaturahmi? Sekedar menyapa, mendengar suara di seberang sana dan menanyakan kabarnya?
Ah, tak terpikirkan. Dapat pula itu ungkapmu. Sedang masih banyak nomor terkait kewajiban menunggu untuk dihubungi.
Mungkin ada baiknya, jika engkau dengar sabda Sang Nabi berikut ini.
Dari Abu Hurairah ra, dari nabi SAW, beliau bersabda: “Sesungguhnya ada seseorang akan berkunjung ke tempat Saudaranya yang berada di desa lain, kemudian Allah ta'ala mengutus malaikat untuk mengujinya.
Setelah malaikat itu berjumpa dengannya ia bertanya: “Hendak kemanakah kamu?”
Ia menjawab: “Saya akan berkunjung ke tempat saudaraku yang berada di desa itu.”
Malaikat bertanya lagi: “Apakah kamu merasa berhutang budi padanya sehingga merasa perlu mengunjunginya?
Laki-laki itu menjawab: ”Tidak. Aku mengunjunginya semata karena aku mencintainya karena Allah ta'ala."
Malaikat kemudian berkata: “Sesungguhnya saya adalah utusan Allah untuk menjumpaimu, dan Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena Allah (HR Muslim)
Kawan, sudahkah kau jabat tangan saudaramu ketika bertemu? Sudahkah kau peluk keluargamu hari ini?
Pasti, seperti itu barangkali kau sampaikan. Karena itu telah menjadi kebiasaan masyarakat.
Bukan, sahabat! Karena ia adalah sesuatu yang disunnahkan. Menjadi penggugur dosa para pelakunya. Mewujudkan cinta para penghasungnya. Semoga berita yang dibawa sahabat dari sang pembawa risalah meneguhkanmu.
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: “Nabi SAW mencium Al Hasan bin Ali ra, kemudian Aqra' bin Habis berkata: Sesungguhnya saya memiliki sepuluh anak, tetapi saya tidak pernah mencium seorang pun dari mereka.” Maka Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa tidak mengasihi ia tidak akan dikasihi.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari 'Aisyah ra, ia berkata: “Zaid bin Haritsah dtang ke Madinah dan rasulullah SAW sedangn berada di rumahku, kemudian ia datang dan mengetuk pintu, lantas Nabi bangkit dan menarik kainnya, serta memeluk dan menciumnya.” (HR Turmudzi)
Dari Al Barra' ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “ dua orang islam yang bertemu kemudian mereka berjabat tangan maka dosa kedua orang tersebut diampuni sebelum keduanya berpisah.” (HR Abu Dawud)
Kawan, mengatakan cinta bukanlah tabu, bahkan ia disunnahkan Al musthafa.. Engkau tidak harus romantis untuk melakukannya. Engkau tidak usah malu karena merasa sudah bukan masanya. Karena cinta tidak mengenal usia. Bolehlah ia diungkap oleh anak kepada Bapak dan ibunya, Ayah bunda pada sang putra, keponakan kepada kerabatnya. Seseorang pada sahabatnya. Terlebih bagi pasangan hidupnya. Karena cinta adalah bahasa dunia.
0 Response to "JANGAN MALU-MALU MENGATAKAN CINTA"
Post a Comment