oleh : KH Abdullah Gymnastiar
Alhamdulillaahirabbil'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad waala aalihi washaabihii ajmai'iin, Saudaraku yang budiman, Allah Azza wa Jalla menciptakan kita dengan perangkat yang memadai untuk bisa menjalani hidup ini dengan baik. Diantara karunia Allah ciptakan untuk mendampingi kehidupan kita di dunia ini adalah perintah melaksanakan kegiatan ibadah ritual, shalat diantaranya. Sudah seharusnya, ritual shalat yang kita lakukan dapat efektif membuat diri ini semakin indah, semakin mempesona, dan semakin tertata dengan baik.
Sebab, apalah artinya shalat kalau sesudah shalat perilakunya tidak terwarnai oleh isi shalat?! Apalah artinya ruku dan sujud kalau shalat tiada merubah apapun pada diri kita?! Sesungguhnya shalat bukan hanya gerakan badan atau komat kamit mengucapkan sesuatu dalam bahasa arab, atau bukan pula sekedar gerakan yang diawali dengan membasuh anggota tubuh oleh air lalu diakhiri dengan kepala menengok ke kanan dan kekiri. Kalau pengetahuan kita tentang shalat cuma itu, terlampau sederhana. Shalat adalah saran latihan, sarana pendekatan, sarana komunikasi bathin kita kepada Allah Azza wa Jalla.
Sahabat-sahabat, sungguh begitu dahsyatnya fungsi shalat, yang kalau kita dapat memahaminya akan efektif mewarnai perilaku hidup kita ini. Oleh karenanya, kita tidak bisa mengukur kekhusuan shalat seseorang dengan gerak-geriknya ketika shalat. Tapi kita bisa mengukur kekhusuan shalat seseorang dengan perilakunya sesudah shalat. Sebagaimana kita tidak dapat mengukur kemabruran seseorang dalam berhaji dengan seringnya berangkat ke Mekkah, pergi thawaf, tapi kita bisa mengukur kemabruran seseorang dalam berhaji dengan melihat bagaimana dampaknya sesudah dia pulang dari Makkah sana.
Sebenarnya, kalau kita berani memperhatikan shalat-shalat yang kita lakukan, hati kecil ini sepertinya akan berbisik, apakah shalat yang dilakukan tiap hari lima kali telah berhasil mewarnai diri ini atau belum? Ternyata untuk bersujud kepada Allah, untuk menikmati indahnya shalat, awal mulanya terletak pada kegiatan berwudhu.
Subhanallah, hampir dapat dipastikan bahwa kita tidak akan berani melakukan shalat tanpa wudhu. Bahkan ketika sudah berwudhu pun, sudah enak duduk di dalam masjid, tapi bila tiba-tiba buang angin, hampir dapat dipastikan kita akan kembail mengambil air wudhu, walau harus dengan susah payah ke tempat yang jauh dari masjid atau harus antri berlama-lama dan berdesakan di tempat wudhu, bahkan walau harus mengigil menahan dinginnya air di waktu pagi,.semua ini dilakukan karena motivasi untuk mensucikan diri sebelum menunaikan ibadah shalat.
Sungguh Allah tiada memerintahkan ini dengan sia-sia, ada banyak hikmah dari perintah wudhu ini. Camkalah bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Bersih dan Maha Suci. Kekotoran dan ketidaksempurnaan adalah sifat yang sangat mustahil bagi-Nya.
Adapun saat shalat adalah saat kita bercakap-cakap begitu dekat dengan-Nya, seakan-akan muka berhadapan muka, jadi bagaimana mungkin kita menghadap Dzat yang Maha Bersih, Maha Suci, dan Maha sempurna dengan kekotoran diri ini? Untuk menghadap Dzat yang Maha Bersih, haruslah kita juga dalam kondisi bersih.
Seperti Firman Nya dalam (QS. Al-Baqarah (2):222) "Sesunggunya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri".
Subhanallah, maka sudah seharusnya logika kita mengatakan bahwa orang-orang yang akan akrab dengan Allah adalah jika dia akrab dengan kebersihan, bersih tangannya, bersih wajahnya, bersih kakinya, bersih batinnya, dan lain sebagainya. Wallahu'alam.
0 Response to "Hikmah Shalat"
Post a Comment