Dalam kisah Isra' dan Mi'raj, dunia secara simbolik digambarkan seperti wanita lanjut usia (lansia). Tapi, meski sudah lansia, ia tetap ingin tampil lebih menarik. Ia tidak lupa mempercantik diri dengan dandanan dan aksesori yang beraneka ragam. Itulah dunia yang, karena kecantikannya, sangat digemari manusia meski usianya sudah sangat tua.
Manusia memang memiliki kecenderungan yang sangat kuat kepada dunia dan kemewahannya. Allah SWT berfirman, ''Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah tempat kembali yang baik (surga).'' (Ali 'Imran: 14).
Perkataan dunia dalam ayat di atas, menurut Imam Ghazali, dapat dipahami secara fisik dan nonfisik.
Secara fisik dunia menunjuk kepada seluruh benda-benda yang ada di alam ini, sedangkan secara nonfisik (rohani), dunia menunjuk kepada sikap dan perbuatan (A'mal al-qulub) terhadap dunia itu sendiri seperti sifat loba, serakah, sombong, dan membanggakan diri. Bagi Ghazali, semua sifat-sifat ini disebut dunia dalam arti bathini atau rohani.
Sebagai tokoh sufi, Ghazali banyak memberikan nasihat dan taushiyah dalam soal dunia ini. Intinya, ia mengingatkan agar manusia tidak tergoda dan teperdaya oleh daya tarik dunia. Pesannya, ''Wahai sekalian manusia, jangan sekali-kali kalian condong pada dunia, karena ia suka menipu dan memperdaya. Tipu dayanya terkadang membuat kamu jatuh hati. Ia terus bersolek di hadapan para penggemarnya, sehingga ia tak ubahnya seorang pengantin wanita yang sangat cantik jelita. Semua pandangan tertuju padanya. Semua orang terpikat dan merindukannya. Namun, jangan kalian lupa, betapa banyak orang yang merindukannya justru dibunuhnya, dan orang yang sepenuh hati mencintainya justru dikhianatinya.''
Agar tidak tertipu, menurut Ghazali, setiap Muslim perlu mengetahui hakikat dunia, termasuk mengetahui mana yang buruk, mana yang harus dijauhi, dan mana yang boleh diambil. Dalam kaitan ini, dunia terbagi ke dalam tiga kategori. Pertama, bagian dunia yang bernilai abadi dalam arti berguna dan bermanfaat bagi manusia di akhirat, yaitu ilmu dan amal.
Kedua, bagian dunia yang merupakan kesenangan sesaat dan tidak ada nilainya sama sekali di akhirat kelak, seperti bersenang-senang dan berfoya-foya dengan kenikmatan dunia.
Ketiga, bagian dunia yang mendukung kebaikan akhirat. Bagian ini tidak sama dengan bagian pertama, tapi merupakan pendukung dan sarana bagi terwujudnya bagian pertama.
Dari bagian ini, yang diburu oleh banyak manusia justru bagian kedua, yaitu bagian yang pada akhirnya akan membuat manusia menderita. Hal ini, karena bagian tersebut hanya akan mendatangkan dua hal saja, yaitu hisab (audit dan pertanggungjawaban kekayaan) dan azab atau siksa. Kata Nabi, ''Harta itu halalnya hisab sedangkan haramnya merupakan azab.'' Jadi, kalau begitu, kita harus pilih bagian pertama dan ketiga, supaya kita selamat dari godaan dunia.
Manusia memang memiliki kecenderungan yang sangat kuat kepada dunia dan kemewahannya. Allah SWT berfirman, ''Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah tempat kembali yang baik (surga).'' (Ali 'Imran: 14).
Perkataan dunia dalam ayat di atas, menurut Imam Ghazali, dapat dipahami secara fisik dan nonfisik.
Secara fisik dunia menunjuk kepada seluruh benda-benda yang ada di alam ini, sedangkan secara nonfisik (rohani), dunia menunjuk kepada sikap dan perbuatan (A'mal al-qulub) terhadap dunia itu sendiri seperti sifat loba, serakah, sombong, dan membanggakan diri. Bagi Ghazali, semua sifat-sifat ini disebut dunia dalam arti bathini atau rohani.
Sebagai tokoh sufi, Ghazali banyak memberikan nasihat dan taushiyah dalam soal dunia ini. Intinya, ia mengingatkan agar manusia tidak tergoda dan teperdaya oleh daya tarik dunia. Pesannya, ''Wahai sekalian manusia, jangan sekali-kali kalian condong pada dunia, karena ia suka menipu dan memperdaya. Tipu dayanya terkadang membuat kamu jatuh hati. Ia terus bersolek di hadapan para penggemarnya, sehingga ia tak ubahnya seorang pengantin wanita yang sangat cantik jelita. Semua pandangan tertuju padanya. Semua orang terpikat dan merindukannya. Namun, jangan kalian lupa, betapa banyak orang yang merindukannya justru dibunuhnya, dan orang yang sepenuh hati mencintainya justru dikhianatinya.''
Agar tidak tertipu, menurut Ghazali, setiap Muslim perlu mengetahui hakikat dunia, termasuk mengetahui mana yang buruk, mana yang harus dijauhi, dan mana yang boleh diambil. Dalam kaitan ini, dunia terbagi ke dalam tiga kategori. Pertama, bagian dunia yang bernilai abadi dalam arti berguna dan bermanfaat bagi manusia di akhirat, yaitu ilmu dan amal.
Kedua, bagian dunia yang merupakan kesenangan sesaat dan tidak ada nilainya sama sekali di akhirat kelak, seperti bersenang-senang dan berfoya-foya dengan kenikmatan dunia.
Ketiga, bagian dunia yang mendukung kebaikan akhirat. Bagian ini tidak sama dengan bagian pertama, tapi merupakan pendukung dan sarana bagi terwujudnya bagian pertama.
Dari bagian ini, yang diburu oleh banyak manusia justru bagian kedua, yaitu bagian yang pada akhirnya akan membuat manusia menderita. Hal ini, karena bagian tersebut hanya akan mendatangkan dua hal saja, yaitu hisab (audit dan pertanggungjawaban kekayaan) dan azab atau siksa. Kata Nabi, ''Harta itu halalnya hisab sedangkan haramnya merupakan azab.'' Jadi, kalau begitu, kita harus pilih bagian pertama dan ketiga, supaya kita selamat dari godaan dunia.
0 Response to "Godaan Dunia "
Post a Comment