Istilah benar dan jujur merupakan terjemahan dari kata sidq. Lawannya adalah kizb yang berarti dusta atau bohong. Sifat benar dan jujur seharusnya menjadi sifat orang beriman dan bertakwa. Sifat ini membawa pemiliknya kepada kebaikan.
Rasulullah SAW bersabda, ''Sesungguhnya sifat benar membawa kepada kebaikan, kebaikan membawa ke surga. Sesungguhnya yang benar lagi jujur akan digelari Allah dengan siddiq. Sedangkan kebohongan membawa kepada perbuatan dosa, perbuatan dosa membawa pemiliknya ke neraka. Laki-laki yang berbohong akan digelari Allah dengan kazzab (pembohong).'' (HR Bukhari-Muslim).
Sifat benar dan jujur merupakan akhlak mulia. Bahkan, ia termasuk sifat yang selalu melekat pada setiap Rasul Allah. Allah berfirman, ''Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim dalam Al-Kitab (Alquran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang nabi. Allah juga memberikan gelar siddiq kepada Ismail, Idris, dan rasul lain.''
Ada beberapa tingkatan benar dan jujur yang perlu dipraktikkan. Pertama, benar dan jujur dalam ucapan atau lisan. Orang yang memiliki sifat ini akan selalu memelihara lisan dari perkataan tidak benar dan bohong.
Kedua, benar dan jujur dalam niat. Ini dibuktikan dengan selalu ikhlas dalam niat. Niat yang ikhlas berlaku bagi semua aktivitas yang dilakukan seseorang.
Ketiga, benar dalam cita-cita. Biasanya, sebelum melakukan pekerjaan selalu diawali dengan cita-cita atau tekad (azam). Misalnya, ada orang mengatakan, apabila Allah memberinya rezeki, ia akan menyedekahkan semua atau sebagiannya. Begitu pula, apabila Allah memberinya kekuasaan sebagai pemimpin, ia akan berlaku adil. Kebenaran tekad ini akan terbukti setelah ia memperoleh apa yang dicita-citakannya.
Keempat, benar dalam memenuhi tekad dan cita-cita. Orang sering kali mudah berjanji dan menyatakan cita-cita, tekad, dan rencana. Namun, banyak orang merasa berat mewujudkan janji dan rencananya karena tergoda hawa nafsu yang cenderung mengingkarinya. Perilaku orang ini bertentangan dan jauh dari nilai-nilai kebenaran dan kejujuran. Sebaliknya, orang yang benar dan jujur selalu memenuhi tekad, janji, dan rencana dengan baik, seperti firman Allah, ''Di antara orang-orang Mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah.'' (QS 33: 23).
Kelima, benar dan jujur dalam beramal. Sifat ini ditampilkan secara lahir dan batin. Apa yang ada dalam batin dibuktikan dengan amal secara lahir. Keenam, benar dan jujur dalam menjalankan ajaran Islam, dan ini merupakan tingkatan yang tertinggi. Orang yang memiliki sifat ini melekat padanya beberapa sifat lain, seperti khauf dan raja (takut dan harap), zuhud, ridha, tawakal, dan hubb (cinta) kepada Allah dan rasul-Nya.
Sifat benar dan jujur (sidq) perlu dimiliki setiap Mukmin, sehingga ia disenangi Allah dan manusia. Melaluinya, ia akan berhasil, beruntung, dan memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. (Firdaus)
Rasulullah SAW bersabda, ''Sesungguhnya sifat benar membawa kepada kebaikan, kebaikan membawa ke surga. Sesungguhnya yang benar lagi jujur akan digelari Allah dengan siddiq. Sedangkan kebohongan membawa kepada perbuatan dosa, perbuatan dosa membawa pemiliknya ke neraka. Laki-laki yang berbohong akan digelari Allah dengan kazzab (pembohong).'' (HR Bukhari-Muslim).
Sifat benar dan jujur merupakan akhlak mulia. Bahkan, ia termasuk sifat yang selalu melekat pada setiap Rasul Allah. Allah berfirman, ''Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim dalam Al-Kitab (Alquran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang nabi. Allah juga memberikan gelar siddiq kepada Ismail, Idris, dan rasul lain.''
Ada beberapa tingkatan benar dan jujur yang perlu dipraktikkan. Pertama, benar dan jujur dalam ucapan atau lisan. Orang yang memiliki sifat ini akan selalu memelihara lisan dari perkataan tidak benar dan bohong.
Kedua, benar dan jujur dalam niat. Ini dibuktikan dengan selalu ikhlas dalam niat. Niat yang ikhlas berlaku bagi semua aktivitas yang dilakukan seseorang.
Ketiga, benar dalam cita-cita. Biasanya, sebelum melakukan pekerjaan selalu diawali dengan cita-cita atau tekad (azam). Misalnya, ada orang mengatakan, apabila Allah memberinya rezeki, ia akan menyedekahkan semua atau sebagiannya. Begitu pula, apabila Allah memberinya kekuasaan sebagai pemimpin, ia akan berlaku adil. Kebenaran tekad ini akan terbukti setelah ia memperoleh apa yang dicita-citakannya.
Keempat, benar dalam memenuhi tekad dan cita-cita. Orang sering kali mudah berjanji dan menyatakan cita-cita, tekad, dan rencana. Namun, banyak orang merasa berat mewujudkan janji dan rencananya karena tergoda hawa nafsu yang cenderung mengingkarinya. Perilaku orang ini bertentangan dan jauh dari nilai-nilai kebenaran dan kejujuran. Sebaliknya, orang yang benar dan jujur selalu memenuhi tekad, janji, dan rencana dengan baik, seperti firman Allah, ''Di antara orang-orang Mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah.'' (QS 33: 23).
Kelima, benar dan jujur dalam beramal. Sifat ini ditampilkan secara lahir dan batin. Apa yang ada dalam batin dibuktikan dengan amal secara lahir. Keenam, benar dan jujur dalam menjalankan ajaran Islam, dan ini merupakan tingkatan yang tertinggi. Orang yang memiliki sifat ini melekat padanya beberapa sifat lain, seperti khauf dan raja (takut dan harap), zuhud, ridha, tawakal, dan hubb (cinta) kepada Allah dan rasul-Nya.
Sifat benar dan jujur (sidq) perlu dimiliki setiap Mukmin, sehingga ia disenangi Allah dan manusia. Melaluinya, ia akan berhasil, beruntung, dan memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. (Firdaus)
0 Response to "Berlaku Benar dan Jujur "
Post a Comment