Berkreasi di Alam Allah
"Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui" . [Surah Al-Baqarah (2): 22]
Allah menciptakan alam dan manusia sebagai suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Manusia memanfaatkan alam dengan segala kemampuan kreasi yang berasal dari fitrah-Nya. Manusia diberi kemampuan akal dan perasaan hati yang di dalam konsep islam sangat menjaga keseimbangan antara keduanya. Manusia yang diridhoi Allah adalah dalam setiap pemikirannya tidak terlalu menonjolkan akal, dan di lain sisi tidak terlalu menyayangi secara berlebihan terhadap materi di bumi Allah selain Penciptanya.
Allah menginginkan alam ini dimanfaatkan dengan bijaksana, dengan penuh perhitungan, dengan penuh kasih sayang sebagai perwujudan nilai suci manusia sebagai makhluk fitrah. Manusia dengan nilai luhurnya ini bisa memanfaatkan alam ini untuk kepentingan sesamanya dan kepentingan lingkungannya. Inilah eksistensi umat Islam sebagai rahmatan lil 'alamin. Sebuah konsep agung yang hanya dimiliki oleh agama Islam.
Reaksi Alam yang Jujur
Alam sangat jujur menampakkan reaksinya terhadap terhadap sekecil dan sebesar apapun perlakuan yang diberikan kepadanya. Alam memberikan reaksi yang buruk apabila dia diberlakukan tidak adil/buruk. Dan itu semua atas kehendak Allah. Contoh sederhana : tanaman di halaman rumah kita tidak akan tumbuh dengan subur apabila kita tidak memperlakukan sesuai dengan kebutuhan alamiahnya, tanaman butuh air, tanaman butuh nutrisi untuk tumbuh dengan baik, untuk memunculkan klorofil pada dedaunannya dan hormon florin pada bunga merahnya. Sebuah pemandangan yang sangat indah, membuat orang yang memandangnya merasa senang. Setiap manusia akan mendapatkan apa yang ia telah usahakan [QS An Najm (53):39]. Indah sekali, bisa dibayangkan kalo setiap individu melakukan hal yang sederhana ini, manfaatnya sangat besar bagi alam dan orang banyak.
Untuk menjadi khalifah di bumi Allah manusia harus menggunakan kemampuan batin dan lahirnya secara konprehensif, dan Maha Agung Allah yang telah memberikan kita berbagai potensi dahsyat untuk melakukan ini semua. Menjadi manusia yang rahmat terhadap sesamanya tidaklah harus dimulai dai hal-hal yang sulit, global dan bersakala besar. Tidak!. Kita bisa memulainya dari hal-hal yang kecil, sederhana saja.
Seorang psikolog terkenal Richard Carlson, Ph.D. mengingatkan bahwa perjalanan sejauh seribu kilometer dimulai dengan langkah pertama. Islam tidak menutupi kedahsyatan manfaat dari suatu hal yang sederhana. Islam sangat menjunjung tinggi mutu. Orientasi kualitas (Quality Oriented) merupakan suatu yang terasa semakin menjadi prioritas untuk saat-saat ini, baik itu di dunia bisnis maupun di linkungan social kemasyarakatan. Act locally and Think Globally, The Power of Simpicity adalah analog yang sering kita dengar, merupakan ungkapan bijak untuk menggambarkan hal-hal tersebut.
Kita dapat merasakan bagaimana Islam menganjurkan kita untuk selalu menafkahkan harta kita -- sekecil apa pun -- di jalan yang benar dan bagaimana Allah dengan karunianya melipatgandakan hal-hal yang kecil [QS Al-Baqarah (2): 261]. Sejarah telah membuktikan bagaiamana perjuangan Rasulullah juga dapat berhasil walaupun pasukan orang-orang beriman sangat terbatas bisa berbuat sesuatu yang powerful untuk mengalahkan yang lebih besar, dan akhirnya memenangi pertempuran. Jelas terlihat bahwa qualitas dan kesederhanaan bisa lebih berperan dan menentukan. Besar tidak berarti selalu menang.
Bekerja penuh berkah
Bekerja dengan segala coraknya. Rutinitas yang selalu Saya, Anda dan teman-teman seiman di sekitar kita selalu alami dari hari ke hari. Sebuah kewajiban bagi kita [QS At-Taubah (9): 105]. Sebuah siklus mata rantai dari mata rantai siklus yang lebih besar: kehidupan. Aktivitas kerja adalah suatu mata rantai yang dalam gambaran mikro perspektif islami merupakan hal yang harus dijalankan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk keperluan ibadah.
Sumber rezeki yang bisa menghidupkan manusia yang lain. Mulia dan sarat manfaat. Sebuah aktivitas mulia yang membuat manusia dapat mengerahkan semua kemampuan dirinya untuk berkreasi dalam pemanfaatan alam semesta ini untuk berbagai manfaat, suatu nilai pemanfaatan aplikatif sebagai tanggung jawab mulia terhadap alam semesta itu sendiri. Dengan bekerja menjadikan adanya perpaduan mekanisme biologis dan psikologis manusia yang diciptakan oleh Allah sebagai wujud ikhtiar, penyerahan diri [QS At-Taubah (9): 51] dan doa sebagai kewajiban manusia sebagai khalifah di bumi-Nya [QS Fathir (35): 39] dan Allah selalu melihat perbuatannya [QS Al-A'raf (7): 129].
Balancing: Social dan Spiritual Relationship
Di dalam bekerja banyak sekali pintu-pintu amal unttuk berbuat rahmat. Ary Ginanjar Agustian, dalam buku Best Seller-nya : "ESQ (Emotional Spiritual Quotient)" mengungkapkan bahwa lingkungan kerja yang di dalam setiap aktivitasnya diniatkan dengan rahmat (tanpa pamrih) dan karena Allah (Efektivitas Bismillah) kepada setiap orang maka akan memberikan hasil yang luar biasa, tidak terduga dan penuh solusi.
Subhanallah, adalah Allah Yang Maha Menyeimbangkan (Al-Muqsith; The Equitable) ikhtiar dan hasil. Bekerja merupakan pintu berkah bagi kita dan keluarga kita yang menjalankannnya dengan tulus. Hal ini pun dicontohkan oleh Rasulullah yang di dalam setiap tanduknya selalu berbuat mulia karena memang beliau dicipatakan oleh yang Maha Mulia. Dari beliaulah seharusnya setiap tindak tanduk kita dalam mencari kerja kita fokuskan. Dan suatu hal yang telah terbukti secara empiris bahwa semua aktivitas yang didasarkan kepada tauladan Rasul berkorelasi positif terhadap hasil yang didapatkan.
Kemudian bagaimana kita melihat Rasulullah melakukan hal-hal yang sederhana. Rasulullah sangat gemar tersenyum kepada setiap orang, sehingga wajar sekali kalu dia sangat disayangi banyak orang, perdagangannya berhasil, dan dakwahnya berhasil luar biasa. Senyum, bahasa yang paling bisa di mengerti oleh orang di seluruh dunia. Dari sebuah penelitian dikatakan bahwa pada saat tersenyum otot wajah yang bekerja hanya setengah dari otot wajah yang cemberut. Subhanallah.
Hasil (earn) menurut Islam adalah hasil yang dari setiap proses usaha (ikhtiar) manusia yang selalu difokuskan pada optimalisasi ikhtiar yang masih berada pada keseimbanganya dengan dengan tercapainya ridho Allah. Yusuf Qordhawi dalam bukunya "Merasakan Kehadiran Tuhan" mendominasikan konsep ini sebagai jawaban terhadap kekhawatiran, keluhan sebagian orang bahwa Islam (bahkan kaum Mukmin) identik dengan hal-hal yang dalam usaha dan setiap kegiatannya terlena hanya dengan kenikmatan ibadah yang terfokus untuk investasi akhirat saja. Padahal tidak cuma itu! Allah memberikan semua yang ada di alam ini untuk kita kelola, jaga, optimalisasi dengan mengharap ridho Allah sang Maha Pencipta Alam ini.
Segala aktivitas manusia, mencari nafkah, berbuat baik terhadap lingkungan dan sesama merupakan "ajang" bagi manusia untuk memanfaatkan alamnya. Tidak ada larangan untuk memanfaatkan alam, bahkan Allah mengisyartakan kita untuk menggali ilmu-ilmu tentang Alam [QS Al-Jatsiyah (45): 13].
Janji Allah
Semuanya akan bisa jadi bernilai ibadah apabila kita kerjakan karena Allah, bahkan sesuatu yang kita lakukan bernilai besar tetapi mungkin bisa jadi akan menjadi sangat kecil dan sangat tidak berarti apabila kita tidak melakukan dengan ikhlas karena Allah. Allah Maha Adil (Al 'Adl), Maha Melihat (Al Bashir) dan Mendengar (As Saami') apapun yang sedang kita lakukan [QS Qaaf (50):16].
Kita sangat beruntung beragama Islam. Kurang apa agama kita ini? Satu-satunya agama Allah yang membuka selebar-lebarnya pintu rahmat, rezeki, nikmat suatu hal yang dijanjikan Allah untuk ummat-Nya yang bertaqwa. Agama yang memungkinkan kita dengan mudah untuk melakukan apa saja di dunia ini dengan penuh kerelaan dan menyerahkan semua rangkaian usaha dan hasilnya ke pada Allah yang mempunyai alam semesta ini. Dari sekecil apa pun hal yang kita lakukan dan ini adalah janji Allah.
0 Response to "Berkreasi di Alam Allah"
Post a Comment