Oh ini yang namanya Dyah, fikirku dalam hati. Lucu, ramah, imut. “Sama Rifka aja dulu ya..., saya ada meeting”, kutinggalkan dia dan Rifka yang menemaninya. Aku berlalu sementara Dyah sibuk bertanya pada Rifka asistenku, sambil agak grogi takut tidak bisa penelitian di perusahaan tempatku bekerja.
Hari berlalu terasa cepat, begitu pula kesibukan di kantor sungguh menyita energi, tapi aku sering berfikir di sore hari, “apa sih hasil kerjaku hari ini? rasanya tidak ada yang jelas, hanya sibuk dan cape yang kudapat”. Aku buka manual notebook-ku, men-checklist pekerjaan apa yang sudah kuselesaikan hari itu, tiba-tiba.. “Bunda, mau lapor nih” Rifka menghampiriku. Aku memang biasa disebut Bunda oleh beberapa teman kantor.
Pekerjaan hari itu dan schedule, Rifka sampaikan padaku. “Oh ya Bunda, mulai besok Dyah akan melakukan penelitian di Corporate, tadi udah Rifka kasih data perusahaan yang dia perlukan, yang general aja koq, seputar Company Profile” ujar Rifka padaku tentang mahasiswi tadi yang harus menyelesaikan skripsinya.
Aku tak menanggapi laporan Rifka soal yang satu itu, ah cuma anak yang mau penelitain saja, bukan masalah rapat atau deadline kerjaan kantor.
Hari-hari berikutnya kulihat Dyah yang ternyata ramah beneran, mondar-mandir di kantorku, sibuk mencari data untuk materi sesuai judul skripsinya. Dan.. aku tak pernah tahu Dyah menulis tentang apa.
Kira-kira lima bulan kemudian, yang aku juga tak ingat lagi sudah berapa bulan berlalu sebenarnya, ada sms seperti ini : Mohon doa bu Mira, kakak kami Dyah sudah dimakamkan kemarin, mohon dimaafkan segala kesalahannya, terima kasih atas kebaikan bu Mira, Rifka dan teman-teman di MQ Corporation yang telah membantu Dyah untuk menyelesaikan skripsinya. Wassalam, adiknya Dyah.
Langsung kuhubungi nomor yang tertera di sms itu, tak kuasa tertetes airmataku saat bicara dengan adiknya. Teringat betapa cueknya aku pada Dyah yang lucu, imut, ramah beneran, rame dan suka kasih hadiah yang kecil-kecil. Kuteringat tegurannya “Assalamu’alaikum bunda”, dia ikut-ikutan manggil bunda. “Makasih ya bunda, Dyah udah banyak dibantu”, padahal aku tak pernah melayaninya sama sekali. (Mira)
0 Response to "Belum Sempat Membahagiakanmu"
Post a Comment