- Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, betulkah ISLAM terbagi menjadi 73 Kelompok/Golongan dan hanya 1 Golongan yang diselamatkan ?
- Supaya dalam menjalankan ibadah sempurna, apakah kita diwajibkan (harus) memiliki IMAM dimana kita juga nantinya akan di BAIT ? Bagaimana dengan salah satu hadis yang mengatakan (kira-kira bunyinya sebagai berikut : ) Kita hidup harus seperti DOMBA yang hidup selalu bersama (bergerombol) sehingga nantinya tidak di makan oleh SERIGALA. (mohon maaf jika salah). Lalu jika memang harus BERIMAM, bagaimana cara kita memilih salah satu IMAM yang terbaik untuk kita jalankan ?
- Apakah betul sholat Duha tidak boleh dilakukan tiap hari ?
- Apakah jika hendak memulai sholat (terutama dirumah) harus diawali dengan sholat wudhu ? apakah itu baik atau Bid'ah ?
Demikianlah, mohon penjelasan Bapak Ustadz, terimakakasih atas jawaban Bapak
dan mohon maaf jika ada kekhilafan. Mohon jawaban atas pertanyaan dikirimkan
juga ke email saya, terimakasih. Wassalammualaikum Wr Wb.
Jawaban:
ssalamu `alaikum Wr. Wb.
Al-Hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa Sayyidil Mursalin,
Wa `Alaa `Aalihi Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`d
Masalah 73 Golongan
Ungkapan bahwa umat Rasulullah SAW akan terbagi menjadi 73 kelompok memang
berasal dari sebuah hadits. Hadits itu memang benar adanya dan shahih. Namun
Rasulullah SAW tidak pernah menyebutkan identitas dan nama-nama ke-72 golongan
yang beliau sebutkan itu. Beliau hanya menyebutkan kriteria atau sifat-sifat 1
golongan yang selamat yaitu mereka yang berpegang teguh pada sunnahnya
(manhajnya) dan sunnah (manhaj) para pengikutnya.
Sehingga memang masih tersisa pertanyaan buat kita, siapakah atau kelompok
manakah yang dimaksud oleh Rasulullah SAW itu ?
Namun sebagai pengantar latar belakang sejarah, usia umat Islam ini sudah
mencapai 1400-an tahun dan hingga hari ini Islam dipeluk oleh tidak kurang 1,5
Milyar manusia. Bila kita telusuri sejarah, maka jumlah kelompok, organisasi,
jamaah, paham, mazhab, aliran dan apapun jenisnya sungguh sangat banyak, tidak
terbatas pada angka 73 saja. Lagi pula tidak ada penjelasan lebih lanjut apakah
yang dimaksud oleh beliau sebagai ‘firqah’ yang jumlahnya 73 itu bentuknya
jamaah, organisasi, paham, aliran, kelompok, tanzim, atau mazhab ?
Sedangkan 1 firqah yang oleh beliau dikatakan satu-satunya yang selamat yaitu
ahlus-sunnah wal jamaah’ dalam konteks pemahaman yang disepakati adalah sebuah
pemahaman aqidah/tauhid. Bukan mazhab fiqih, nama organisasi, kelompok, jamaah
atau lainnya.
Namun bila kita telusuri paham aqidah di luar ahlus-sunnah wal jamaah, kita
mendapati bahwa paham-paham itu jumlahnya jauh memebihi angka 72 buah, apalagi
bila dihitung sejak zaman nabi hingga hari ini dimana umat Islam telah tersebar
luas dari Maroko sampai Maroke. Maka jumlahnya mencapai jutaan bahkan puluhan
juta paham/aliran. Karena itu dari pada mengurusi atau mencari-cari siapakah
yang dimaksud 72 firqah yang sesat itu, lebih baik kita berkonsentrasi agar
kita bisa dimasukkan dalam kriteria 1 firqah yang selamat yaitu Ahlus Sunnah
Wal Jamaah.
Caranya dengan mempelajari sunnah beliau SAW dari segala sisi dan aspek
kehidupan seperti aqidah, syariah, akhlaq, sosial, politik, hukum, ekonomi dan
lain-lainnya. Juga tidak lupa kita mengikuti pula apa yang telah disunnahkan
oleh para khalifah beliau dan para ulama yang mewarisi kenabian. Dan selama
Rasulullah SAw tidak memerintahkan kita untuk menelusuri ke-72 firqah itu, buat
apa capek-capek dan bersibuk-sibuk mencari ‘kambing hitam’. Toh bila kita
‘menunjuk hidung’ kelompok tertentu, belum tentu mereka mau menerimannya.
Kalaupun ketika kita mempelajari suatu aliran atau jamaah lalu kita mendapati
ada hal-hal yang tidak sesuai dengan sunnah Nabi, bukan berarti kita boleh
terburu-buru memasukkannya ke dalam kelompok 72 firqah yang sesat. Yang lebih
baik justru kita melakukan ta`lim, pelurusan, penyesuaian dengan cara yang
terbaik, terbuka, rendah hati dan dengan niat yang bersih hanya mencari ridha
Allah.
Masalah Imam
Kewajiban untuk menegakkan sistem imamah dalam Islam adalah kewajian kifayah,
dimana semua umat Islam diwajibkan ikut untuk menegakkannya. Namun sebagaimana
kita ketahui, bahwa imamah yang ideal yaknii dalam bentuk jamaatul muslimin
memang sekarang ini belum ada. Apalagi khilafah islamiyah, semua itu masih
memerlukan proses yang lumayan panjang dan jalan berliku.
Karena posisi umat Islam saat ini memang sangat terpuruk, terpecah menjadi
sekian banyak kelompok dan kepentingan. Sehingga untuk bersatu di bawah satu
imam masih belum lagi siap. Yang ada saat ini barulah jamaah-jamaah yang
terserak di sana sini. Semua masih mencari bentuk dan jati diri. Kalaulah ada
imam, maka imam masing-masing jamaah. Belum lagi imam bagi seluruh umat Islam.
Dengan demikian, kewajiban untuk membai’at satu imam saja yang menyatukan
seluruh individu ummat masih belum terjadi. Karena belum ada kesepakatan dari
seluruh lapisan muslimin untuk memilih satu imam yang menjadi pimpinan mereka.
Kalaulah saat ini ada imam jamaah dan mereka dibai’at oleh jamaah itu, maka
bai’at yang mereka lakukan belum lagi sampai kepada imamah uzhma, tapi bai’at
atas imam masing-masing. Umat Islam lainnya yang masih belum tergabung menjadi
anggota salah satu jamaah itu belum bisa dikatakan bukan bagian dari umat
Islam. Juga tidak bisa dikatakan berdosa. Karena memang belum ada imam milik
seluruh umat Islam.
Hadits yang Anda sebutkan itu memang memerintahkan kita untuk segera menegakkan
adanya imamah di tengah tubuh kaum muslimin. Dan bahwa umat kita ini diterkam
srigala sebagaimana dalam hadits itu, memang telah, sedang dan akan terus
terjadi. Bukankah umat Islam sekarang ini berada di bawah cakar kuku zionisme
yang memporak porandakan persatuan dunia Islam ?
Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab, Wassalamu `Alaikum
Warahmatullahi Wa Barakatuh.
0 Response to "Golongan Islam dalam Imamah"
Post a Comment