Masa Kelahiran Imam as-Suyuthi dan pertumbuhannya
Imam as-Suyuthi berkata : “Saya dilahirkan pada waktu Maghrib malam Ahad awal bulan Rajab pada tahun 849 H. Kemudian pada saat bapakku masih hidup saya dibawa kepada syaikh Muhammad al-Majdzub seorang pembesar para wali di samping Masyhad an-Nafisi, kemudian beliau mendo’akan saya.”
Dia menambahkan : “Saya tumbuh dalam keadaan yatim dan saya telah hafal al-Qur’an ketika berusia belum genap delapan tahun, juga saya telah hafal kitab al-‘Umdah[1], dan kitab Minhaj al-Fiqh[2], dan kitab al-Ushul[3] serta kitab Alfiyah Ibnu Malik.”
Dalam kitabnya an-Nur as-Safir halaman 51 al-Idrusi berkata : “Ayahnya meninggal pada malam senin tanggal 5 bulan Shafar tahun 855 H, kemudian dia mewasiatkannnya kepada Syaikh Kamal ad-Din bin al-Hammam, maka beliau pun menjaga, mengurus serta mendidiknya.”
Imam as-Suyuthi berkata : “Saya telah berkecimpung dalam dunia pendidikan pada awal tahun 864 H.Kemudian saya belajar Fikih, Nahwu dari beberapa ulama besar, saya belajar ilmu Faraidh kepada syeikh al-‘Allamah Syihabuddin asy-Syarmasahi yang dikatakan padanya : bahwasannya dia telah mencapai usia sepuh lebih dari seratus tahun.Allah Maha Mengetahui.Saya telah membaca dalam syarahnya dalam kitab al-Majmu’.”
Kemudian saya melanjutkan dengan mengajar bahasa Arab pada awal tahun 866 H.Pada tahun ini saya mulai menulis sebuah buku, adapun buka yang pertama saya tulis adalah buku : “Syarh al-‘Isti’adzah wa al-Basmalah”.Kemudian saya mewakafkannya kepada Syeikh al-Islam ‘Ilm ad-Din al-Bulqaini kemudian dia menulis kalimat pujian, dan senantiasa menyertakannya dalam fikihnya sampai dia meninggal kemudian dilanjutkan oleh anaknya.
Perjalanan Karir Intelektualnya
Imam as-Suyuthi telah mengabarkan kepada kami tentang perjalanan karir pendidikannya, beliau berkata : “Saya memulai perjalanan menuju Syam, kemudian Hijaz, Yaman, India, Maghrib dan at-Takrur[4].”
Kemudian dia mengabarkan juga tentang perjalanan Hajinya, beliau berkata : “Ketika saya menunaikan ibadah Haji saya meminum air Zam zam karena beberapa alasan, diantaranya : Karena saya ingin mencapai dalam ilmu fikih sampai layaknya derajat Syaikh Siraj ad-Din al-Balqaini, dan dalam bidang hadits laksana tingkatan Syeikh al-Hafizh Ibnu Hajar.”
Keilmuan dan Perannya dalam Bidang Ilmu Pengetahuan
Imam as-Suyuthi adalah seorang yang luar biasa di masanya, beliau adalah sumber dan gudangnya ilmu pengetahuan serta yang ahli dalam bidang sejarah Islam, Dia telah berusaha untuk mengumpulkan dan merumuskan berbagai macam ilmu di masanya.Karya-karyanya banyak hingga mencapai enam ratus karya tulis.
Dia berkata : “Saya telah dianugrahi untuk bergelut dalam tujuh disiplin ilmu : Tafsir, HAdits, Fikih, Nahwu, ilmu Ma’ani dan Bayan saya mendapatkannya melalui orang-orang Arab dan para ahli Balaghah bukan berdasarkan pada metode orang asing dan para Ahli Filsafat.”
Dia menambahkan : “Pada permulaan saya menuntut ilmu, saya belajar ilmu mantiq (ilmu logika) kemudian Allah menaruhkan rasa benci dalam hatiku akan ilmu tersebut.Bahkan saya mendengar bahwa Ibnu Shollah telah mengeluarkan fatwa keharamannya dan keharusan meninggalkan ilmu tersebut.Kemudian Allah menggantikannya dengan ilmu hadits yang merupakan ilmu paling mulia.”
Moralitas (Akhlak) Imam as-Suyuthi dan Pujian Ulama kepadanya
Najmuddin al-Qurra dalam kitabnya “al-Kawakib as-Sairah Bi ’Ayani al-Mi’ah al-’Asyirah” berkata : “Tatkala dia berusia empat puluh tahun dia memfokuskan dan menyibukkan dirinya untuk beribadah kepada Allah, dan menjauhkan diri dari kehidupan dunia dan penduduknya seakan-akan dia tidak mengenal seorang pun, kemudian dia mulai menulis karya-karyanya, lalu dia meninggalkan fatwa dan mengajar, dia meminta udzur akan hal tersebut yang dia paparkan dalam karyanya “at-Tanfis”.Kemudian dia melanjutkan hal tersebut sampai dia meninggal, dia tidak membukakan pintu rumahnya di pesisir sungai an-Nil dari ketukan penduduk.Kemudian orang-orang terpandang para wali dan ulama berdatangan untuk menjenguknya, lalu mereka menyodorkan harta kepadanya, namun dia menolaknya.Begitu juga an-Nuri memberikan seorang budak dan uang sebanyak seribu dinar, kemudian dia mengembalikan uang tersebut dan mengambil budak lalu dia memerdekakannya dan menjadikannnya pelayan di ruangan an-Nabawiyyah, kemudian dia berkata kepada sang Sultan : “Janganlah kamu datang kepada kami dengan hadiyah, karena sesungguhnya Allah telah menganugrahkan kepada kami dari hadiah-hadiah tersebut.Dia tidak memihak dan membeda-bedakan antara sultan dan yang lainnya.Dia memintanya untuk hadir ketempatnya berulang-ulang namun dia tidak datang.
Al-’Idrusi dalam kitabnya an-Nur as-Safir ’an Akhbar al-Qarn al-’Isyrin mengatakan : “Dikisahkan bahwasannya dia pernah berkata : “Suatu saat saya bermimpi seolah-olah saya bersama Rasulullah, lalu saya memperlihatkan kepadanya sebuah kitab yang saya tulis dalam bidang hadits yaitu kitab “Jam’u al-Jawami’”Kemudian saya berkata : “Bacalah oleh kalian sedikit saja dari kitab ini.”Lalu beliau bersabda : “Bawalah kemari wahai ulama hadits, kemudian dia berkata lagi : “Ini adalah kabar gembira buatku yang paling agung dan mulia daripada dunia dan segala isinya.”
Karya-karyanya
Imam as-Suyuthi telah meninggalkan karya-karyanya begitu banyak dalam berbagai disiplin ilmu, dikarenakan beliau rajin menulis buku pada usia mudanya.
Dia berkata : “Saya mulai menulis buku pada tahun 866 H.Dan sampai sekarang-ketika dia menulis buku Husn al-Muhadhara- telah mencapai tiga ratus buku selain yang telah saya hapus dan saya perbaiki.”
Akan tetapi jumlah tersebut semakin bertambah pada masa-masa terakhir dalam hidupnya setelah ditulisnya kitab “Husn al-Muhadharah”.Al-’Idrusi dalam kitabnya An-Nur as-Safir halaman 52 mengatakan : “Karya-karyanya telah mencapai jumlah hingga enam ratus karya selain yang dia perbaiki dan yang tercuci.”
Diantara karya-karyanya yang terkenal, antara lain :
· Al-Itqan Fi ’Ulum al-Quran.
· Ad-Dur al-Mantsur fi at-Tafsir bi al-Ma’tsur.
· Lubab an-Nuqul fi Asbab an-Nuzul.
· Mufahhamat al-Aqran fi Mubhamat al-Qur’an.
· Al-Iklil fi Istinbath at-Tanzil.
· Takammulah Tafsir Syaikh Jalaluddin al-Mahalli.
· Hasyiyah ’Ala Tafsir al-Baidhawi.
· Tanasuq ad-Durar fi Tanasub as-Suar.
· Syarh asy-Syathibiyyah.
· Al-Alfiyyah fi al-Qiraat al-Asyr.
· Syarh Ibnu Majah.
· Tadrib ar-Rawi.
· Is’af al-Mubaththa birijal al-Muwaththa.
· Al-Alai’ al-Mashnu’ah fi al-Ahadits al-Maudhu’ah.
· An-Naktu al-BAdi’at ‘Ala al-Maudhu’at.
· Syarh as-Shudur Bi Syarh Hal al-Mauta wa al-Qubur.
· Al-Budur as-Safirah ‘An Umur al-Akhirah.
· Ath-Thib an-Nabawi.
· Ar-Riyadh al-Aniqah fi Syarh Asma’ Khair al-Khalifah.
· Al-Asybah wa An-Nadhair
· Jam’u al-Jawami’
· Tarjumah an-Nawawi.
· Diwan Syi’r
· Tuhfah azh-zharfa’ Bi Asma’ Al-Khulafa’
· Tarikh Asyuth
· Tarikh al-Khulafa’.
Meninggalnya Imam As-Suyuthi
[1] Kitab al-Umdah al-Ahkan karya Ibnu Daqiq al-’Id.
[2] Kitab Minhaj ath-Thalibin karya an-Nawawi.
[3] Kitab Minhaj al-Wushul Ila ’Ilm al-Ushul karya al-Baidhawi.
[4] At-Takrur adalah sebuah wilayah yang dinisbatkan kepada sebuah kabilah dari Sudan pada bagian selatan Maghrib.
0 Response to "BIOGRAFI IMAM AS-SUYUTHI"
Post a Comment