Karya Tulis Sayyid Ali al-Thoyyib

            Sayyid Ali al-Thoyyib RA sebagaimana ulama lainnya menyusun beberapa kitab agama Islam baik dalam Ilmu Tauhid, Fiqih maupun Akhlaq/Tasawwuf. Di antara kitab yang disusun oleh beliau diantaranya adalah:
  1. Al- Munyat fi Thoriqot al-Tijaniyyah, kitab ini adalah ikhtisar dari kitab Munyatul Murid susunan Syeikh Allamah Ahmad Baba Syinqithy al-Alawy al-Tijany RA (dicetak di Tasikmalaya tahun 1346 H/ 1927 M).
  2. Tuhfatul Mubtadiin Fima Yajibu Ma’rifatuhu Min al-Din, berisikan dasar-dasar aqidah Ahussunnah wal Jama’ah, Fiqih madzhab Syafi’I dan Tasawwuf Thoriqoh Tijaniyyah (dicetakkan Isa al-Bab al-Halabi-Mesir: tanpa tahun)
  3. Nadzam Asma’ul Husna berisikan Nadzam wiridan Asma’ul Husna (dicetak di Tasikmalaya tahun 1346 H).
  4. Tuhfatul Ahiba fi Fadli Madinah al-Munawwaroh wa Manaqibi Sayyidi al-Syuhada, kitab ini dimulai dengan penjelasan tentang “Tanzih (Dzat Allah) al-Haq Subhanahu Wa Ta’ala” lalu diteruskan dengan penjelasan tentang keutamaan Kota Madinah dan Manaqib para syuhada (tanpa tahun).
  5. Mishkatul Anwar fi Shiroh al-Nabi al-Mukhtar berupa sirah (riwayat Nabi SAW). Dan masih banyak lagi kitab-kitab susunan Syeikh Ali al-Thoyyib RA.

Beberapa Nukilan dari Kitab Sayyid Ali al-Thoyyib RA:

  1. Aqidah Tauhid: dikutip dari kitab “Tuhfat al-Ahiba fii Fadli al-Madinatu wa Manaqibi Sayyidi al-Syudaha”: susunan Sayyid Allamah Ali bin Abdullah bin Mustofa al-Thoyyib as-Sufyani al-Hasani al-Tijany al-Madani RA. Berkata Sayyid Ali al-Thoyyib “ini suatu muqodimah pada menyatakan menyucikan haq Allah SWT. Ketahui olehmu mudah-mudahan memberi petunjuk akan kami oleh Allah SWT dan akan engkau. Akan bahwasanya Allah Ta’ala Azza wa Jalla itu Yang Esa pada Kerajaan-Nya. Yang menjadikan sekalian alam dengan sekalian yang di atas dan yang di bawah. Dan Arsy dan Kursy. Dan tujuh lapis bumi dan tujuh lapis langit. Dan barang yang antara keduanya. Bermula sekalian makhluq itu digagahi sekaliannya dengan Qudrot-Nya. Tiada oleh bergerak oleh satu semut yang kecil melainkan dengan izin-Nya. Tiada ada serta Allah Ta’ala itu yang mengatur kepada makhluq dan tiada sekutu bagi Allah Ta’ala pada kerajaan-Nya. Yang hidup yang berdiri dengan sendirinya. Tiada mengambil akan Allah Ta’ala oleh mengantuk dan tiada tidur. Yang mengetahui akan alam ghoib dan yang dilihat. Tiada samar atas Allah Ta’ala oleh suatu pada di dalam bumi dan tiada pada di dalam langit. Yang mengetahui akan barang yang pada darat dan laut. Dan tiada gugur daripada satu daun melainkan mengetahui ia akan Dia. Dan tiada suatu biji pada tempat yang gelap dan tiada yang basah dan tiada yang kering melainkan pada kitab-Nya yang nyata. Telah meliputi dengan tiap-tiap suatu ilmunya. Dan menghinggakan Ia akan tiap-tiap suatu bilangan dan telah meluaskan Ia akan sekalian alam, Rahmat-Nya dan Hilim (santun)-Nya. Memperbuat Allah bagi barang yang menghendaki Ia. Yang Kuasa atas barang yang menghendaki Ia. Bagi Allah itu Kerajaan dan Kaya. Dan bagi Allah Ta’ala kemuliaan dan kekal. Dan bagi Allah Ta’ala itu Puji dan Bagi Allah Ta’ala itu beberapa nama yang elok nan indah. Tiada yang menolak bagi barang yang telah menghukumkan oleh Allah Ta’ala dan tiada yang mencegah bagi jalan yang telah memberi Ia. Memperbuat Allah akan barang yang menghendaki pada Kerajaan-Nya. Dan menghukumkan Ia pada makhluq-Nya akan barang yang menghendaki Ia. Dan tiada mengharap Ia akan pahala dan tiada takut Ia akan siksa. Tiada ada atas Allah Ta’ala itu haq dan tiada atas Allah Ta’ala itu hukum. Maka bermula-mula tiap-tiap nikmat daripada Allah itu karunia dan bermula tiap-tiap siksa itu daripada Allah itu adil. Tiada ditanya Allah daripada barang yang memperbuat Ia. Bermula sekalian makhluq itu ditanya sekaliannya. Bermula Allah Ta’ala itu ada sebelum menjadikan makhluq. Tiada ada bagi Allah itu sebelumnya. Dan tiada kemudiannya.
  2. Tentang awraad Tijaniyyah: dalam kitabnya “Tuhfatul Mubtadiin” Sayyid Ali menyatakan: “Dan mereka (para ulama) berkata bahwa barangsiapa yang tidak  memiliki wirid, maka ia tak ubahnya seperti kera. Dan Allah telah memberkahi al-Faqir ini (Sayyid Ali al-Thoyyib) dengan mengambil Thoriqoh Tijaniyyah dari ulama-ulama besar al-Amilin” (hal:127). Dan aku berikan ijazah (Thoriqoh Tijaniyyah) kepada siapapun dari golongan Ahlussunnah wal Jama’ah dan mengikuti salah satu empat madzhab. Dengan syarat bahwa dia tidak meninggalkan thoriqoh ini sampai meninggalnya dan tidak menggabungkan dengan thoriqoh manapun selainnya.(hal:129)
  3. Tentang akhlaq muslim: berkata al-Imam al-Faqih Sayyidi Syeikh Ali bin Abdullah al-Thoyyib al-Hasani al-Idrisi RA “Tuntut olehmu akan pangkat iman dan sungguh-sungguh olehmu dengan memegang Islam hingga sampai kepada martabat Ihsan. Maka sekalian martabat Iman itu tiada yang mengetahui dengan dia melainkan sekalian orang yang mempunyai pengetahuan yang sempurna dan yang mempunyai keyakinan. Maka sungguh-sungguh olehmu atas menghasilkan sekalian cabang-cabang yang bermula sekalian perhimpunannya itu yaitu iman yang sempurna dan himpunkan olehmu akan dia dengan tiada menanti-nanti. Maka bermula ia cabang-cabang iman itu yaitu lebih atas 70 cabang yang telah diriwayatkan daripada Nabi kita Thoha yang bangsa Adnani. Maka sambut olehmu akan dia daripada ahlinya padahal engkau menuntut pengetahuan dan memberi pengetahuan akan orang dengan sungguh-sungguh dan meneguhkan dan ambil olehmu akan dia daripada aku supaya engkau mengetahui akan bilangannya serta barang yang ditambahkan dengan sebaik-baiknya keterangan. Inilah cabang-cabang iman. Yaitu men-tauhidkan akan Tuhan. Dan percaya dengan Rosul-Nya dan mendirikan sembahyang. Dan mendirikan zakat dan mengerjakan puasa dan mendirikan haji dan memperbuat jihad yang kedua (jihad ada 2, jihad Ashgar “kecil” yakni memerangi musuh, dan yang kedua jihad Akbar “besar” yakni memerangi hawa nafsu). Dan wudhu. Dan mandi wajib. Dan mandi pada hari Jum‘at. Dan sabar dengan mengerjakan taqwa. Dan syukur dengan sekalian rupa petunjuk. Dan wara’. Dan mempunyai (sifat) pemalu. Dan mempunyai kesentosaan yang sempurna. Dan kasihan kepada orang. Dan taat akan Sulthon (Penguasa). Dan ingat. Dan menahan daripada menyakitkan (yakni mulut). Dan menyempurnakan amanat. Dan menolong bagi orang yang di zholimi dengan baik. Dan meninggalkan zholim. Dan meninggalkan mengupat dengan sengaja (ghibah). Dan meninggalkan mengadu-ngadu. Dan meninggalkan mengintai kejahatan. Dan memasuki (rumah) dengan minta izin. Dan mengejapkan mata daripada barang yang tiada halal. Memelihara telinga daripada yang demikian itu. Dan mendengarkan perkataan yang bagus. Dan mengikut akan yang paling baik. Dan menolak musuh dengan baik seperti kepada orang yang hampir (seperti kepada sahabatnya) saja. Dan tiada mengeluarkan perkataan yang jahat. Dan menuturkan perkataan yang baik. Dan memelihara lidah. Dan mengerjakan taubat. Dan tawakkal. Dan khusyu’. Dan meninggalkan sia-sia perkataan atau kelakuan. Dan mengerjakan barang yang manfaat. Dan meninggalkan barang yang tiada manfaat karena memelihara agama. Dan mengekalkan menyempurnakan janji dan amanat. Dan mengekalkan atas taqwa. Dan bertolong atas kebaikan tiada atas zholim. Dan mendirikan taqwa dan kebaikan. Dan mendirikan taat. Dan benar perkataan. Dan meninggalkan dusta. Dan menyuruh kebaikan. Dan menegahkan kejahatan denga jalan yang bagus. Dan mendamaikan orang yang bercerai-berai/ berkelahi. Dan merendahkan diri bagi ikhwan. Dan baik kepada ibu dan bapak. Dan tiada melawan kepada keduanya selama keduanya berada pada jalan ajaran rosulullah. Mendoakan rahmat akan sekalian akan manusia dan jin. Dan menghormati akan orang yang lebih tua. Dan mengasihi akan orang yang lebih muda/ kecil. Dan mendirikan sekalian syara’. Dan meninggalkan sekalian pengakuan jahiliyah dan jahat. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Karya Tulis Sayyid Ali al-Thoyyib"

Post a Comment