Tetanggaku Sayang Tetanggaku Malang

"Heran tuh sama Bu Anis, kalo' sama temen-temen pengajiannya akrab. Tapi kalo' sama kita-kita? boro-boro mau ngumpul?" Penggalan obrolan kaum ibu yang lumrah terjadi dimana pun dan sasarannya bisa siapa saja. Atau bahkan kita pernah menjadi sasaran tembak obrolan seperti di atas? Mudah-mudahan tidak. Yang jelas fenomena kesenjangan hubungan bertetangga kerap terjadi pada siapa saja, bahkan pada seorang aktivis Islam sekalipun. Masalah itu muncul ketika kita mulai melalaikan hak-hak tetangga kita. Padahal disharmoni hubungan itu, jika dibiarkan berlangsung lama, bisa berakibat fatal buat kita, anak-anak, dan juga masyarakat kita. 


Hampir tak seorang pun yang tidak ingin hidup rukun dan harmonis dengan tetangganya. Hanya orang-orang yang memiliki penyakit hati saja mungkin yang menolak suasana hubungan harmonis itu. Keharmonisan hubungan bertetangga itu penting. Sebab kekuatan sendi-sendi sosial suatu masyarakat, sangat ditentukan oleh keharmonisan hubungan antar warganya. Sebaliknya bila dalam suatu komunitas terjadi disharmoni hubungan antar anggotanya, akan melemahkan sendi-sendi sosial komunitas tersebut. 

Islam sangat memperhatikan masalah adab-adab bertetangga tersebut. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah mengingatkan Fatimah dengan keras agar segera memberikan tetangga mereka apa yang menjadi hak-hak mereka. Kisahnya berawal ketika Rasulullah saw pulang dari bepergian. Beberapa meter menjelang rumahnya, Rasulullah saw mencium aroma gulai kambing yang terbit dari rumah beliau. Rasul segera bergegas menuju ke rumahnya dan menemui Fatimah yang ternyata memang sedang memasak gulai kambing. Spontan Rasulullah saw memerintahkan putri tercinta beliau untuk memperbanyak kuah gulai yang sedang dimasaknya. 

"Wahai Fatimah, perbanyak kuahnya, dan bagi-bagikanlah kepada tetangga-tetangga kita. Sebab aku telah mencium gulai masakanmu sebelum langkahku sampai ke rumah," ujar beliau pada putrinya. 

Dari kisah di atas bisa kita ambil kesimpulan, bahwa penghormatan kepada tetangga dan sekaligus menjadi hak mereka adalah, membagi-bagikan makanan jika tetangga kita telah mengetahui, mendengar, atau mencium aroma makanan yang kita miliki. Ini merupakan salah satu bentuk kepedulian sosial yang diperintahkan Islam kepada kita. Islam memerintahkan kepada kita untuk senantiasa mempertajam sense of social kita. Dari sini bisa kita pahami, betapa Islam mengajarkan kita untuk senantiasa membiasakan diri merasakan kesenangan dan kesulitan bersama dengan masyarakat kita. Artinya Islam sangat melarang kita hidup egois, serakah, dan individualistik. 

Dalam pesan yang lain, Rasulullah saw mengatakan; "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia menghormati tetangganya." 

Penghormatan kepada tetangga sesungguhnya merupakan bagian dari aktualisasi keimanan kita kepada Allah 'Azza wa Jalla dan hari akhir. Dengan begitu seseorang tidak dikatakan beriman kepada Allah dan hari akhir, jika dia menyia-nyiakan tetangganya. Jika dia tidak menyantuni kebutuhan tetangganya. Termasuk menyia-nyiakan tetangga tentunya adalah, bila dia tidak pernah mengunjungi tetangga dan menanyakan keadaan mereka. Dengan demikian bergaul dengan tetangga, mengetahui tentang keadaan ekonomi mereka, serta mendakwahi mereka termasuk hak-hak tetangga yang harus kita tunaikan. 

Karena itu ada beberapa hal yang patut diperhatikan untuk menjaga keharmonisan hubungan bertetangga kita, antara lain; 

1. Menjaga nama baik, harta, dan kehormatan tetangga kita. Termasuk dalam hal ini adalah ikut menjaga anak-anak mereka dari pergaulan sesat dan kejahatan orang lain. Dengan demikian sikap peduli atas keselamatan seluruh anggota keluarga tetangga kita menjadi tanggungjawab kita secara tidak langsung. 

2. Mensilaturahmi mereka serta menyantuninya jika mereka mengalami kesulitan materi maupun non-materi. Jika sampai terjadi tetangga sakit atau kelaparan, sampai kita tidak mengetahuinya, adalah suatu dosa. 

3. Mengajak mereka kepada kebaikan seraya melarang mereka melakukan perbuatan munkar. Jika ada tetangga menyelenggarakan pesta kemaksiatan, sementara kita hanya diam, maka kita termasuk orang yang lemah iman. "Barangsiapa yang melihat kemungkaran di depan matanya, hendaklah dia ubah dengan tangannya. Jika tidak sanggup, maka dengan lisannya. Jika tidak sanggup, maka dengan hatinya. Yang demikian itu selemah-lemah iman," (HR Bukhori)

4. Melakukan kerjasama untuk menjaga lingkungan, kesehatan, keamanan, dan keharmonisan hubungan antar sesama anggota masyarakat kita. Caranya bisa dilakukan dengan membuat forum-forum pertemuan rutin sebagai media penyusunan program beragam aktivitas yang positif untuk menjawab kebutuhan aspek-aspek yang disebutkan di atas. 

5. Membuat agenda-agenda kegiatan ekonomi untuk membantu mereka yang masih kekurangan hidupnya. Tujuannya adalah untuk memberdayakan ekonomi tetangga-tetangga kita yang masih miskin. Jika kemiskinan mereka menyebabkan mereka menjadi mangsa misionaris, maka kita telah ikut berdosa, jika kita tidak pernah menolongnya. 

Demikian beberapa kiat praktis untuk menjaga keharmonisan hubungan bertetangga. Sesuatu yang sebetulnya relatif mudah dilakukan oleh siapa saja. Padahal keharmonisan hubungan bertetangga itu sangat besar manfaatnya, dan dibutuhkan oleh siapapun. Ia bukan hanya bisa menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan aman, tapi juga menciptakan benteng yang kokoh bagi anak-anak kita dari segala bentuk kejahatan yang datang dari luar maupun dari dalam. 

Namun karena hak-hak bertetangga banyak dilupakan orang, tak sedikit masyarakat yang mengalami keresahan, karena anggota masyarakat mereka sendiri justru yang menjadi trouble maker. Sering terjadi kejahatan justru dilakukan oleh anggota masyarakat mereka sendiri. Sehingga tak jarang kita mendengar kasus-kasus pencurian, perampokan, pembunuhan, serta perkosaan dalam suatu masyarakat, pelakunya tak lain adalah para tetangga mereka sendiri. 

Tetangga bisa menebarkan rahmat dan kasih-sayang. Tetapi sebaliknya, tetangga bisa juga menebarkan kemalangan alias malapetaka bagi lingkungannya. Na'udzubillah min dzalik. (sulthoni)

Mohon maaf jika ada nama pembaca yang kebetulan sama dengan nama tokoh dalam ilustrasi tulisan di atas. Itu bukan unsur kesengajaan.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Tetanggaku Sayang Tetanggaku Malang"

Post a Comment