HIKMAH DARI SUATU PERISTIWA

Seringkali dalam keseharian ini, aku temukan banyak sekali hikmah dari kejadian-kejadian yang sengaja atau tak sengaja kualami. Baik itu ketika berada bersama keluarga di rumah, tingkah dan sikap anak-anak atau suami, terlebih setiap keluar rumah. Selalu ada yang membuatku merenung, terkadang kemudian terucap rasa syukur, kadang terucap kekagumanku atas Kekuasaan Yang Esa, atau terkadang malah membuatku banyak-banyak beristigfar.

Kuingat benar sebuah firman Allah yang selalu memotivasiku untuk memetik setiap hikmah dari apa yang aku alami sehari-hari.

"Allah menganugerahkan al-hikmah, kepada siapa yang Dia Kehendaki. Dan barang siapa yang dianugerahi al- Hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran." (QS. Al Baqarah [2]:269)

Pagi ini sambil jalan ke tempat pemberhentian bus, Safa, buah hatiku yang ketiga yang masih berusia 3 tahun, tak henti-hentinya menanyakan "Where will go Mam?" dan aku hanya menjawab singkat "Go to bank"

Dia lalu ngoceh macem-macem yang kadang membikin aku tertawa. Sambil menggandeng tanganku dan berlari-lari kecil, dia tanya lagi padaku.."Where we will go Mam..?" Dan kujawab lagi "We will go to bank." Dan dia hanya menjawab dengan nada lucu "Oh" Lalu dia tanya lagi.."We take a bus Mam? " Kujawab "Yup!"

Dia ngoceh lagi dan sesekali berlari kecil mendahuluiku.. melompat-lompat dan seperti biasa aku akan teriak-teriak padanya "Be careful...!!", yang paling-paling hanya dijawabnya dengan meringis kecil, menunjukkan gigi-gigi depannya yang gigis.

Praktis hanya dua blok jalan ke tempat pemberhentian bus, tapi pertanyaan dia mau kemana dan naik bus, kalau kuhitung berulang sampil 4-5 kali. Meski sudah dijawab, nampaknya dia masih juga meyakinkan mau kemana. Ataukah karena jawabku yang hanya "cekak aos" kata orang Jawa, membuat dia tak yakin dengan apa yang dia telah dengar.

Biasanya kalau di rumah, baik dia ataupun kakak-kakaknya bila bertanya sesuatu memang gak bakalan puas sekali dan hanya satu jawaban. Pertanyaannya bakalan berkembang why,and why,and why.

Sampai terkadang aku harus mencari trik memutar balik gantian ber-why, saking sudah gak punya jawaban yang memadai buat mereka.

Jadi ingat seorang teman ummahat yang pernah bilang, katanya, pertanyaan anak-anak kadang bikin perut mules. Saking besarnya keinginan mereka untuk memuaskan rasa penasaran dan keingintahuan mereka.

Itu mengapa seringkali ibu bilang padaku, sabar kalau anak bertanya. Jawab sepuas mereka. Karena siapa tahu itu bakalan terjadi pada dirimu pada usia tuamu nanti. Terus bertanya dan mengulang, bukan karena ingin tahu, tetapi karena pikun. Itu selalu nasehat kecil ibu ditelepon, setiap kali aku bercerita soal anak-anak. Itu juga yang seringkali menyadarkanku setiap kali kesabaranku teruji oleh ulah mereka.

Nampaknya hari ini yang Maha Hikmah ingin memberikan pelajaran padaku. Barusan mendapat tempat duduk, kudengar percakapan seseorang di samping belakang tempat dudukku yang aku taksir dari suaranya percakapan seseorang yang sudah sepuh, dan seorang wanita separoh baya.

Semula aku gak tertarik dan gak surprise mendengarkannya karena yang kudengar hanya pertanyaan seorang tua "Where we will go down?" Dan suara wanita lain menjawabnya," We will go down to Scotia Square'.(Scotia square adalah nama sebuah mall di downtown Halifax). Dan si wanita tua nampaknya bertanya lagi "What we will do?" Si wanita kedua tadi menjawab lagi ," I need go to bank"

Begitu saja tanya jawab pertama mereka yang sempat aku dengar. Lalu aku gak begitu memperhatikan lagi apa pembicaraan mereka, karena Safa di sebelahku juga mulai nanya-nanya ini itu dan itu ini. Sampai Safa terdiam kena teguran manis seorang wanita di depannya. Diam..malu..dan lalu membuang matanya ke cendela,menunjuk-nunjuk sebagian pohon besar yang masih tumbang berserakkan di sebagian taman bekas badai hurricane juan awal bulan Oktober lalu.

Telingaku tiba-tiba menangkap kembali pembicaraan menarik dari tempat yang sama. Menarik,karena pertanyaannya agak-agak aneh menurutku. Kudengar si wanita tua menanyakan tentang "subway". Nampaknya dia barusan membaca nama salah satu restorant cepat saji itu ketika bus barusan berhenti menurunkan penumpang tepat di depan subway. Tadi kubilang agak aneh,karena kupikir mana mungkin bule disini gak kenal subway.. Eh ternyata dugaanku keliru..

Nampaknya si wanita tua begitu tertarik dan ingin tahu apa yang dijual di subway, dan yang ditanyapun berusaha menjawab dengan seksama dan nampak begitu sabar menjelaskan.

Sampai di sini kudengar suara-suara gemerisik orang di depan,belakang dan sebelahku. Wanita di depanku yang sedari tadi sibuk membolak-balik novelnyapun tersenyum sambil melirik ke arah suara. Dan tersenyum kembali kearahku. Aku ikut-ikut tersenyum. Kupikir, namanya juga orang tua, mungkin dia memang benar-benar tak tahu, atau belum pernah mencoba, dan sebagainya. Sampai akhirnya kudengar suara wanita yang diajak bicara bilang:"We will go to subway, after finish go to bank." Aku dengar lagi pertanyaan dengan nada kekanakkan dari si wanita tua. "Do you will pay for me?" Dan lawan bicaranya yang kedua menjawab." Yup, of course."

Banyak orang bilang, ketika orang telah menjadi tua, maka ucapan dan tingkah lakunya akan kembali lagi seperti kanak-kanak. Dalam hatiku tiba-tiba terlintas pengharapan, semoga kelak ketika aku tua, aku tak kembali sebagaimana kanak-kanak lagi!

Lalu kudengar lagi si wanita tua bertanya persis dengan pertanyan pertama yang aku dengar tadi, "Where we will go down?" 

Dan dijawab lagi oleh teman bicaranya, "We will go down to Scotia Square". Kupikir pasti dia lupa kemana mereka akan pergi karena sudah pikun. Benar saja, ternyata itu berulang sampai beberapa kali dan dijawab dengan tetap sabar oleh yang ditanya. Kupikir sabar benar yang ditanya, dan gak terlihat sedikitpun nada kejengkelan di suaranya. Tetap sama nadanya sebagaimana ketika menjawab pertanyaan pertama. Subhanallah.

Jadi ingat ketika terkadang aku kehilangan kontrol kesabaran kalau anak-anakku mulai menanyakan hal yang sama berulang-ulang. Astagfirullah.

Karena berulang-ulang sama, dan orang-orang di depanku selalu melirik kearah mereka, akupun penasaran pingin mengintip sejenak siapa sebenarnya yang sedang bicara.

Dengan sedikit berpura-pura merapikan dudukku aku melihat ke belakang sekilas. Dan benar dugaanku, memang yang sedang berbicara adalah seorang wanita tua yang kutaksir mungkin sudah berumur lebih dari 80 atau mungkin malah sudah 90 tahuan, seperti kebanyakkan wanita tua disini dengan gurat wajah seperti itu. Dan wanita di sebelahnya mungkin anaknya, atau siapa, yang usianya mungkin saja sekitar 50-an. Si wanita 50th an tadi sempat melihat ke arahku dan tersenyum, mungkin dia tahu ulahku barusan sekedar mencuri pandang.

Aku jadi senyum-senyum sendiri. Dalam hatiku lagi-lagi terbetik kekaguman yang luar biasa. Subhanallah, betapa sabarnya "si anak" (mungkin), menjawab pertanyaan ibunya yang terus berulang-ulang dan sama. Jauh sekali mungkin dengan sifatku yang terkadang tak sabaran menghadapi pertanyaan anak-anakku.

Hatiku tiba-tiba ciut, dipenuhi rasa khawatir, bagaimana jika kelak aku mendapatkan perlakuan yang sama tidak sabarannya dari anak-anakku, sebagaimana perlakuanku sekarang ini kepada mereka. Astagfirullah.

Tiba-tiba kejadian ini menyontakkan kesadaranku,menguatkan azamku untuk lebih bersabar menghadapi para buah hatiku. Kalau saja kesabaran itu tidak aku tanamkan pada diriku mengahadapi ulah dan ucapan mereka sekarang ini, manalah mungkin aku berharap, aku akan mendapatkan perlakuan manis juga di masa tuaku.

Sepanjang perjalanan terus kubergumam dalam hatiku,"Ya Allah ajari aku untuk selalu sabar dan lembut pada permata-permata hatiku."

Saat kutuntun si kecil menuruni tangga bus yang telah membawa kami ke tempat tujuan, lamat-lamat kudengar lagi pertanyaan, "Where we will go down?"

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "HIKMAH DARI SUATU PERISTIWA"

Post a Comment