Hakekat Doa

Alhamdulillaahirabbil 'aalamiin. Allahuma shalli 'ala Muhammad wa'ala aalihi washahbihii ajmai'iin. 

Kini, kita lihat sepertinya Amerika telah merasa menang terhadap Irak. Padahal rasa-rasanya ummat Islam sudah banyak berdo’a. Siang dan malam kita pun turut prihatin dengan keadaan di Irak. Namun, kalau kita lihat di TV sepertinya do’a kita tidak di ijabah. Jika ada sebuah pertanyaan, kenapa Allah tidak mengabulkan do’a? Sudah begitu jelekkah ummat Islam sehingga do’anya tidak dikabulkan? Sebetulnya berbeda urusannya, antara kita berdo’a dengan dikabulkannya do’a tersebut.

Karena kita diperintah berdo’a oleh Allah, sedangkan mengabulkan itu adalah Kehendak Allah. Sesuai dengan kebijakan, kearifan dan janji-Nya. Bukankah kita tidak berdo’a saja ternyata lebih banyak diberi? bukankah kita tidak berdo’a untuk meminta nafas, tapi buktinya kita selalu bernafas. Kita tidak berdo’a untuk minta makan, namun, bukankah sampai saat ini kita makan terus? Banyak yang tidak kita minta, namun telah diberikan oleh Allah SWT. Bahkan yang tidak berdo’a juga sama-sama diberi oleh Allah rejeki. Yang meminta jodoh ada yang belum mendapatkan jodohnya. 

Namun, yang tidak minta malah ada yang lebih dari satu. Yang tidak minta anak ada yang dikarunia banyak anak, namun ada yang telah meminta ternyata belum diberi oleh Allah. Jadi do’a itu tidak selalu identik dengan harus terwujud apa yang kita inginkan. Kita berdo’a itu, pertama, sebagai ibadah. Bagi kita, berdo’a akan dikabul atau tidak, Insya Allah tetap jadi amal soleh. Karena apa yang kita minta belum tentu yang terbaik dan belum tentu manfaat. 

Maka, kita dikaruniakan bisa berdo’a saja itu sudah rejeki. Do’a itu merupakan dzikir. Do’a itu ibadah. Berdo’a itu tidak mudah, karena tidak semua orang bisa berdo’a. Maka, kalau gara-gara invasi Amerika ke Irak lalu bertambah do’a kita, tentu saja itu rejeki dari Allah sebagai kemenangan tersendiri. 

Lalu yang kedua, bentuk ijabahnya do’a itu tidak harus sesuai keinginan. Siapa tahu dengan invasi Amerika ini, kita sekarang semakin tahu siasat Amerika yang sebelumnya menyatakan sebagai pahlawan demokrasi dan ditiru di negeri kita. Ternyata demokrasi itu hanya tipuan. Amerika yang selalu memproklamirkan diri sebagai pembela hak azasi manusia, ternyata mereka juga pembunuh. 

Sekarang Allah telah membukakan keadaan Amerika yang sebenarnya, yakni Amerika sebagai pelangggar hak Azasi manusia. Dulu kita begitu bangga, namun sekarang Alhamdulillah telah disingkapkan oleh Allah. Ini juga pertolongan Allah. Selama ini mungkin kita terhijab, namun sekarang kita jadi semakin tahu. Dulu kita merujuk ke Amerika, dan sekarang hati kita mulai dibukakan oleh Allah. Pertolongan itu tidak harus dalam bentuk kemenangan peperangan. 

Memenangkan peperangan itu bukan berarti memenangkan kehidupan. Kehidupan ini hanya dimenangkan oleh orang yang kuat iman. Karena kalau kita beriman kepada Allah, saat diberi nikmat lalu kita bersyukur, Insya Allah jadi kebaikan. Diberikan musibah lalu kita bersabar, Insya Allah merupakan kebaikan pula. Tidak ada yang kerugian bagi orang beriman. Jika terluka, Insya Allah menggugurkan dosa. Jika terbunuh Insya Allah jadi syuhada. 

Jadi, jangan ukur kesuksesan dengan atribut duniawi. Memenangkan peperangan, naik pangkat, berhasil dapat untung besar, semuanya tidak identik dengan ijabahnya do’a. Bahkan bisa jadi merupakan fitnah. Maka, yang harus kita lakukan kini adalah terus-menerus berdo’a. Karena do’a adalah dzikir kepada Allah. 

Terserah Allah akan dikabulkan seperti apa, karena memang segalanya milik Dia. Yang penting kita terus istiqomah untuk memperbaiki diri. Terus istiqomah untuk berbuat yang lebih baik. Kemenangan itu adalah bagi orang yang bertaqwa “A'udzubillaahi minasyaithoonirrojiim, Inna Akramakum ‘indallaahi Atqaakum“ Orang yang menang adalah orang yang kokoh iman dan berusaha sekuat tenaga untuk taat kepada Allah SWT. Waallahu A'lam.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Hakekat Doa"

Post a Comment