Sebagian besar ulama percaya dan yakin akan munculnya Imam Mahdi di akhir zaman. Namun, sebagian lagi mengingkarinya karena kesimpulan yang mereka ambil terhadap hadits-hadits tentang Imam Mahdi. Di antaranya ulama tersebut adalah:
1. Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun ragu-ragu tentang Imam Mahdi dan melontarkan kritik terhadap hadits-hadits yang berkenaan dengannya. Ia mengatakan, “Seperti yang anda lihat, hadits-hadits tersebut tidak terlepas dari kritikan kecuali sedikit saja di antaranya.”{1}
Ia mengatakan, “Banyak pertentangan di antara hadits-hadits yang menjelaskan munculnya Imam Mahdi, sulit untuk menghimpun semuanya, banyak orang yang mengingkarinya, dan banyak syubuhat (kesamaran) yang terdapat padanya, oleh karena itu Asy-Syaikhan (dua orang syaikh), yaitu Al-Bukhari dan Muslim, tidak meriwayatkan di dalam kitab Shahih-nya. Sungguh banyak ulama yang menyatakan bahwa hadits yang menerangkan Imam Mahdi adalah dhaif (lemah).”[2]
Ia berpendapat, “Hadits-hadits tentang Imam Mahdi hanyalah cerita dongeng yang bisa berdampak negatif bagi kehidupan kaum muslimin.”[3]
Ia menuturkan, “Keterangan tentang Imam Mahdi dari awal sampai akhir hanya berdasarkan kepada kebohongan yang nyata dan keyakinan yang salah. Pada asalnya, semua itu adalah cerita dongeng yang didengar dari mulut ke mulut, dan hadits itu dibuat-buat hanya untuk menakut-nakuti manusia.”[4]
Ia mengungkapkan, “Adapun hadits-hadits yang menerangkan Imam Mahdi, maka orang-orang yang berwawasan luas tidak berat hati dalam meniadakan perkataan itu dari RasulullahShallallahu Alaihi wa Sallam, karena di dalamnya terdapat sikap berlebih-lebihan dan serampangan dalam menafsirkan sejarah, tidak mengetahui kondisi manusia, dan jauh dari sunnatullah yang sudah dikenal semua orang. Seperti yang sudah diketahui, hadits-hadits tersebut adalah maudhu’ (palsu) yang sengaja dibuat oleh sebagian pemberontak yang mendukung aktivis dakwah untuk berkuasa di negara arab atau wilayah Maroko.”[5]
Jika ditarik sebuah kesimpulan, maka dapat disebutkan bahwa argumen mereka adalah sebagai berikut:
1. Al-Qur`an tidak menyebutkan Imam Mahdi, jika benar, tentu ada firman Allah Ta’ala yang menerangkan hal itu dalam Al-Qur`an.
Kita jawab: Tidak semua tanda-tanda hari Kiamat disebutkan dalam Al-Qur`an, seperti munculnya Dajjal, bumi dibenamkan di akhir zaman, dan lain sebagainya, namun disebutkan dalam hadits. Jika disebutkan dalam hadits, maka hal itu adalah sebuah kebenaran, sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala dalam Al-Qur`an tentang Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.” (QS. An-Najm [53]: 3)
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
أَلاَ إِنِّيْ أُوْتِيْتُ الْقُرْآنَ وَ مِثْلَهُ مَعَهُ
“Ketahuilah, sesungguhnya aku diberikan Al-Qur`an dan yang sama dengannya (hadits).”[6]
Kita jawab: Kitab Shahih Al-Bukhari dan Muslim tidak menghimpun semua hadits Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan semua perawi (pembawa berita hadits) di selain dua kitab tersebut merupakan ulama peneliti hadits. Kita mempunyai cara untuk dapat membedakan antara hadits shahih dan dhaif.
Sehingga, jika ada hadits shahih maka kita wajib mengamalkannya, baik yang terdapat dalam Kitab Shahihain maupun kitab hadits lainnya. Di dalam Kitab Shahih Al-Bukhari dan Muslim terdapat hadits-hadits yang menerangkan ciri-ciri Imam Mahdi dan tidak menyebutkan namanya, seperti yang telah kita bahas sebelumnya.
3. Kami tidak ingin membuka kesempatan bagi orang yang mengaku sebagai Imam Mahdi.
Kita jawab: Jika kita memahami rambu-rambu syariat tentu kita akan menutup kesempatan bagi orang yang mengklaim dirinya sebagai Imam Mahdi. Sungguh, Imam Mahdi mempunyai ciri-ciri fisik dan muncul dalam suatu keadaan seperti yang telah disinggung sebelumnya, dan ciri-ciri itu hanya dimiliki oleh satu orang, yaitu Imam Mahdi yang sebenarnya.
Sumber :
0 Response to "Ulama Yang Tidak Percaya Munculnya Imam Mahdi"
Post a Comment