Thalut dan Rakyatnya

Setelah Nabi Musa AS wafat, kaum Bani Israel berada dalam kondisi lemah. Mereka selalu merasa terancam oleh serangan musuh yang siap menyerang. Kekosongan kepemimpinan yang merupakan sumber dari berbagai marabahaya segera disadari oleh pemuka-pemuka Bani Israel. Mereka kemudian memohon kepada Allah SWT untuk dikaruniakan seorang pemimpin yang mampu melindungi mereka dari berbagai konspirasi musuh.

Allah SWT lalu mengutus Thalut sebagai pemimpin Bani Israel. Thalut tidaklah berasal dari golongan berharta. Hal ini sempat menimbulkan rasa pesimis dari beberapa pemuka Bani Israel. "Bagaimana mungkin ia akan menjadi pemimpin kami sementara ia tidak memiliki kelapangan harta?" kata mereka.

Rupanya anggapan bahwa seorang yang akan menjadi pemimpin mestilah memiliki modal dan dana yang besar untuk menyukseskan kepemimpinannya sudah ada sejak masa Bani Israel. Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya Allah SWT telah memilih Thalut sebagai pemimpin kalian dan membekalinya dengan ilmu dan tubuh yang kuat". Itulah sesunguhnya pertimbangan utama dalam memilih seorang pemimpin; ilmu dan tubuh yang kuat. Tentu bukan sebuah kebetulan ketika Allah SWT mendahulukan penyebutan ilmu sebelum menyebut tubuh yang kuat. Karena tak ada satu pun yang tidak bermakna dalam setiap rangkaian ayat-ayat Allah.

Bekal ilmu yang dimiliki oleh Thalut dibuktikannya ketika memimpin Bani Israel menghadapi Jalut beserta bala tentaranya. Thalut sangat menyadari bahwa modal utama dalam sebuah peperangan bukanlah jumlah yang banyak atau persenjataan yang canggih. Akan tetapi yang paling penting adalah kekokohan iman, mental, dan kesabaran prajurit-prajuritnya. Untuk mendapatkan prajurit-prajurit pilihan, Thalut melakukan seleksi yang cukup ketat. Setelah menempuh sebuah perjalanan yang cukup panjang menuju medan perang, di saat para prajuritnya didera rasa dahaga yang teramat sangat, Thalut memberikan sebuah ujian berat pada mereka: "Allah akan menguji kalian dengan sebuah sungai. Siapa yang minum dari air sungai itu maka ia tidak termasuk kelompokku dan siapa yang sanggup untuk tidak meminum air sungai itu berarti ia termasuk kelompokku."

Hasilnya? Hanya segelintir prajurit saja yang sanggup menahan nafsu minum mereka. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa dari 80.000 prajurit yang berangkat ke medan perang saat itu hanya lebih kurang 300 orang saja yang mampu bersabar dan lulus ujian. Ujian ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa prajurit yang mampu bersabar menahan nafsu dahaga mereka sudah tentu akan mampu bersabar dalam hal-hal yang lain. Begitu juga, prajurit yang bersedia taat pada pemimpin dalam ujian seperti ini tentu akan lebih taat pada hal-hal lainnya. Berkat seleksi yang berat ini, meski dengan jumlah yang jauh lebih sedikit, Thalut dengan izin Allah mampu mengalahkan Jalut. Untuk mewujudkan sebuah kepemimpinan yang sukses mestilah didukung oleh para bawahan yang bermental kuat, sabar dari godaan nafsu dan materi serta melalui sebuah seleksi yang cukup ketat. Alangkah baiknya bila hal ini juga dilakukan oleh pemimpin-pemimpin bangsa ini dalam merekrut para pembantu dan bawahan.(

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Thalut dan Rakyatnya "

Post a Comment