Sastra Dimana sang cinta itu kini berada?

Penulis: Dwi Irwanti 


Mereka semua berdatangan
Mereka mencoba membuatku tertawa 
Mereka mengajakku bermain 

Sebagian bermain untuk bersenang-senang dan 
Sebagian untuk dikenang 
Dan kemudian mereka pergi 
Meninggalkan aku di tengah reruntuhan 
permainan 

Tanpa tahu yang mana harus dikenang dan 
Yang mana untuk sekadar bersenang-senang dan 
Meninggalkan aku dengan gema dari 
Tawa yang bukan milikku 

Lalu datanglah kau 
Dengan caramu yang lucu 
Tidak seperti orang lain 

Dan kau membuatku menangis tersedu sedan 
Dan tampaknya kau tidak peduli meski aku menangis 
Kau bilang permainan sudah selesai 
Dan menunggu 
Sampai seluruh air mataku berubah menjadi …. 
Kebahagiaan 

[Kiriman pos setahun lalu saya menerima selembar kertas bekas diremas dan terkena noda air yang ditulisi dengan spidol biru--Untuk Torey dengan penuh 'Cinta' ]

Torey hayden seorang guru dengan bekal kesabaran dan kasih yang mendalam berjuang di ruang kelas mengajar seorang murid. Anak gadis berusia 6 tahun yang baru saja membakar anak lelaki berusia 3 th sampai nyaris mati. Menderita problem emosional parah namun ber IQ 180. Dia tak pernah menangis, baik disaat sedih, marah maupun kesakitan. Dia agresif, membangkang dan destruktif Mungkin karena sang ibu meninggalkannya dijalanan saat berumur 4 tahun, mungkin karena ayahnya pemabuk dan tak mampu memberinya pengasuhan yang layak. Mungkin karena dia memang tak tahu bagaimana membuat orang lain mencintainya. 


Kisah nyata yang mampu mengacak emosi ……. 
Dengan sentuhan2 ketulusan dan aura kepekatan cinta yang dalam. 
Cinta yang hanya cukup dengan Cinta. 

Cinta yang memberi dengan keikhlasan …… 
Untuk orang yang dicintainya bisa berekspresi secara wajar. 
Cinta yang hanya bisa dirasa dengan Cinta. 
Cinta dalam kesabaran yang tak putus …….. 
Untuk sekadar mengajarkan sang anak mengerti dirinya 
Cinta yang hanya bisa dibasuh dengan Cinta. 

Cinta dalam lautan pengorbanan ……… 
Untuk merubah airmata menjadi kebahagiaan 
Cinta yang hanya bisa diganti dengan Cinta. 

Hanya waktu lah yang bisa menutup luka hati…. 
Hanya cinta lah yang dapat membasuh luka batin …. 
Hanya kasih sayang lah yang sanggup mengobati luka nurani. 

Dengan mencintai profesinya, Torey tampil utuh mencoba mengerti permasalahan anak2 muridnya. Kapan disaat harus marah, kapan disaat harus tegas, kapan disaat harus berkorban, kapan disaat harus menunjukan perhatian, kapan disaat harus meninggalkan mereka, kapan disaat mereka harus berusaha sendiri, kapan disaat harus menolong diri mereka sendiri... juga ...

kapan mengajarkan anak2 belajar bagaimana agar orang lain mencintainya. 

Merubah anak yang dekstruktif memang tidak mudah, 
Merubah anak yang tidak bisa menangis tidak lah gampang, 
Merubah anak yang tidak mau menulis tidak lah sepele, 
Merubah anak yang bau ompol dan berambut kusut bukan lah basa basi 
Merubah anak dengan trauma diperkosa pamannya, 
Sungguh ...... pekerjaan yang ruarr biasa !! 

Menjadi gadis kecil yg cantik dg pita dirambut pirangnya, 
Menjadi gadis kecil yg lincah di atas panggung pentas sekolah, 
Menjadi gadis kecil yg bisa meneteskan air mata, 
Menjadi gadis kecil yg bisa dicintai teman-temannya, 
Menjadi gadis kecil yg bisa menulis puisi cinta untuk gurunya, 
Dari seorang anak yg distempel “Penjahat” oleh lingkungannya, 
Sungguh.....sebuah perjuangan batin yang mengharukan untuk anak seusianya. 

Andaikan... 
Andaikan.... 
Para pengajar kita mempunyai kekuatan cinta dan bekal kesabaran seper ti Torey. 
Anak-anak kita pun akan dibekali cinta dalam hidupnya. 
Cinta yang mampu memilah perbuatan yang benar atau salah. 
Cinta yang mampu menolak budaya hedonis, 
Cinta yang mampu meredam gemerlap dunia yang menyilaukan 
Cinta yang mampu membawa kepada cahaya kebenaran-Nya. 
Sebuah Utopia ..... 

Dimana sang cinta itu kini berada ? 

Terlena dalam pelukan Bumi kah, 
Atau tertidur lelap di kaki Sang Langit. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sastra Dimana sang cinta itu kini berada?"

Post a Comment