HIDUP DENGAN DISIPLIN

Saudaraku di jalan Allah,Hari ini kita masih dan terus meniti jalan dakwah ini dengan cinta dan harap.Cinta yang mengail beban-beban yang terkadang membuat luka.Harap yang tidak jarang membekaskan kekhawatiran kalau-kalau kita terjatuh.Dan kita bersyukur Allah memberikan kesempatan bagi kita untuk menarik nafas menggerakkan tangan dan jari-jari kita. Hingga mouse yang tergenggam membantu kita untuk mengexplorasi nasihat-nasihat mutiara kesegaran dalam dunia maya ini.

Saudaraku yang dirahmati Allah ta'ala,
Hari ini berbagai cobaan dan tantangan hidup terus digulirkan-Nya guna membersihkan generasi ini dari kekesatan jiwa, dari hati-hati yang hampa. ALlah dengan kelembutannya mengkaruniakan kita pekerjaan-pekerjaan besar yang gunung-gunung gagah pun enggan menerimanya. Maka dengan kebeningan jiwa dan kesucian hatilah pekerjaan-pekerjaan mulia berkail amanah itu bisa kita tuntaskan. Akhi, begitu banyak kekuatan dan planning setan dalam emperlambat dan mangacaubalaukan erja dakwah kita. Sungguh tidak sedikit modal yang kita siapkan dalammenghajar segala bentuk kekufuran yang mereka promosikan. "Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambatkan, yang dengannya kamu menggetarkan musuh-musuh Allah, musuh-musuhmu dan musuh yang tidak kau ketahui sedang Ia mengetahui." (QS alAnfal). Kekuatan Iman dan doa, keluasan ilmu dan tsaqofah, kejernihan jiwa dan ruh, hingga keperkasaan jasad dan strategi. Plus Disiplin.

Akhi, begitu banyak bagian dari modal-modal tempur kita telah peroleh atas izin-Nya. Belum sempurna memang, namun proses pematangan dan penempaan alamiah akan terus berjalan. "Am hasibtum an tadkhulul jannah ...al-Baqoroh:204" Belum jelas siapa dari kita yang lolos verifikasi amal di akhirat, yakin masuk surga? Sementara amal-amal kita belum seujung kuku dari kerja dakwah RasuluLlah SAW wa sahabat. Satu dari amalan yang menunjang kita dalam proses pengusungan kebangkitan Islam ialah sikap disiplin. Komit dengan waktu, komitmen dengan janji. Ialah sebuah kekuatan yang memaksimalkan kekuatan iman dan senjata doa yang dimiliki. Ialah pengiring dalam memantapkan keluasan ilmu dan tsaqofah kita. Disiplin mengajarkan kita beramal dengan ahsan profesional. Tanpanya barisan dakwah pun berantakan. Tanpa disiplin tujuan-sasaran-target dakwah melemah. Maka displin menjadi mutlak dimiliki setiap jundi-jundi fii sabilillah.

Saudaraku fillah, ketika Umar bin Khaththab ra mendisiplinkan warior-wariornya untuk selalu bersiwak dalam sebuah pertempuran, terjadilah percepatan kemenangan. Tika Khalid bin Walid ra mengatur barisan brimob dan infantrinya dalam Mut'ah dan Yarmuk dengan full kedisplinan, maka pasukan musuh yang sampai 10-60 kali lipat pun bisa terpukul parah. Disilplin yang diajarkan Rasulullah SAW ialah ketika sahabat dilarang merusak tanaman dan rumah ibadat dalam sariyah dan patroli, maka sahabat tidak merusak tanaman dan rumah ibadat. Ketika dilarang membuka surat perintah dalam 2 hari perjalan, maka sahabat tidak membuka surat perintahnya. Ketika intruksi Panglima SAW hanya mengintai, maka sahabat pun sekedar mengintai sekalipunberkesempatan membunuh.Bukanlah kedisiplnanRabbaniah itu seperti yangditampilkan oleh pasukan panah Muslim di perang Uhud.Bukan pula oleh sahabat yang membunuh saat masuk Rajab (bulan haram berperang) ketika perintah hanya sekedar berspionase. Bukan pula disiplin itu sikap yang hadir dalam diri Kaab bin Malik ra.Disiplin ialah sami'na wa atho'na. DIsiplin ialahmeresapi 'Waktu adalah pedang'. Disiplin bukan terlambat, terlebih menetang. Disiplin ialah tepat waktu, tepat sasaran. Nah, akhi sudahkah kita mewarnai kerja-kerja dengan kedisplinan?

Suatu hari rasulullah punya janji meeting dengan seseorang di suatu tempat. RasuluLlah datang on time bahkan menunggu seharian guna menunaikan janjinya. Dalam memenuhi hak istri-istrinya pun Rasul melakukannya dengan disiplin. RasuluLlah sangat menekankan agar umatnya tepat waktu dalam menunaikan sholat jamaah. Sebab sholat jamaah dimulai dari panggilan adzan hingga penutupan salam sholat memberikan sebuah tarbiyah indhiba' (pembinaan kedisiplinan). Dalam memenuhi hak istri-istrinya pun Rasul melakukan dengan disiplin. Entah bagaimana jadinya jika Fathu Makkah, tidak terlaksana sesuai jadwal waktu yang diplanningkan. Seorang sahabat ra yang ditugaskan menjaga pasukan berinisiatif mengisinya dengan sholat, tiba-tiba panah melesat dan menancap di tubuhnya. Namun ia terus melanjutkan sholatnya karena keengganan memutus bacaan sholatnya yang begitu terkhusyukkan, hingga panah berikutnya mampir lagi. Kita melihat betapa ia sangat khusyu dan taqorrub, namun dari segi askariyah/militer, barangkali panah tersebut merupakan teguran Allah atas kelalaiannya menjaga. Bagaimanakah kiranya saat ia sholat kemudian satu kompi pasukan kufar menerobos lewat posnya sementara ia sedang asyik sholat hingga tidak sempat memperingatkan pasukan muslim yang lain. Entah apa akibat yang diperoleh muslimin saat menghadapi tentara salibis dalam perang salib, jika saja Shalahuddin tidak menerapkan kedisiplinan dalam penjagaan dan qiyamul lail tentaranya. 

Saudaraku, suatu hari dalam acara rihlah, para ikhwan berangkat dengan sebuah mobil bus, dan ketika ikhwan menaiki bus tersebut, mereka berebutan kursi hingga Imam Hasan alBanna membatalkan rihlah tersebut demi melihat kejadian tersebut. Maka bagaimanakah dengan kedisiplinan kita akhi? Bagaimanakah dengan komitmen kita terhadap kerja dakwah? Terhadap janji dan ketepatan waktu kita?

"Insya Allah jam 09.00 kita rapat, setuju?". "Setuju". 

Besoknya,"Afwan,ana terlambat 30 menit." 

"Afwan ana ada urusan mendadak."

"Afwan tadi sedang fotokopi, jadi terlambat."

"Afwan ..."."Ya, baiklah kita buka rapat pukul 10.00. Pekan depan jam 10.00 kita mulai."

Pekan depannya,"afwan ...."

"Ok akhi kita buka acara kita jam 11.00."

"Gimana laporan amal kerja dakwah antum, hari minimal 90% selesai yah?!"

"E... afwan ana sudah 60%."

"Ana baru 30%, afwan ya akhi.."

Barangkali cuplikan dialog singkat pernah kita jumpai akhi, atau sering dijumpai? Lihatlah ketika ikhwah membuat acara seminar atau pengajian atau sejenisnya. Di pamplet/publikasi terpampang acara di mulai pukul 08.00, pada hari H dengan berbagai kendala acara dimulai pukul 09.00 waktu setempat. Dalam undangan rapat tertulis jam 13.00, akhirnya demi menunggu keterlambatan satu-persatu personil, rapat dimulai jam 14.00 Lalu apa yang membedakan kita dengan masyarakat ammah.

Akhi, apa yang bisa kita qudwah-kan kepada masyarakat kita kalau ternyata komitmen kita terhadap waktu dan kerja dakwah sama lembeknya dengan mereka. Bukankah kita kader dakwah, selalu menggaungkan uswatun hasanah RasuluLlah SAW. Dimana kedisiplinan kita akhi ...

Akhi, ana pernah dalam satu hari menghadiri 4 acara rapat planning dakwah kampus plus liqoat (diisi). Dari rapat yang dihadiri 'pejabat tinggi' kampus sampai rapat kepanitian kecil, semuanya terlambat dimulai. Plus liqoat yang hampir setiap pekannya terlambat. Jika guru kencing berdiri maka murid kencing berlari. Seorang ulama pernah berkata :Jika ulama terbiasa dengan yang mubah, maka umat biasa dengan yang makruh. JIka ulama terbiasa dengan yang makruh, maka umat terbiasa dengan yang syubhat. Jika ulama biasa dengan yang syubhat maka umat terbiasa dengan yang haram, Jika ulamanya melakukan yang haram, maka umat pun menjadi kafir." 

Sebuah gambaran standar posisi guru dan murid. Dua rapat pleno yang membahas grand design dakwah kampus, semua terlambat datang kecuali seorang akhwat. Ana sendiri terlambat 3 menit, pun dengan mati-matian tepat waktu, sampai berlari-lari menuju ruangan,... eh taunya 'para petinggi' belum satu pun yang nongol. Bagaimana kader di bawah atau objek dakwah bisa disiplin jika gurunya saja ....

Ketika ana mengawal ustadz Anis Matta Lc jaulah keliling Sulsel, dalam satu pagi rombongan ba'da subuh jalan-jalan menghirup udara fresh paginya Pare-pare. Ana mencuri tanya kepada beliau tentang kedisplinan. Beliau mengatakan ada 2 hal yang membuat seseorang terlambat, pertama karena kemalasan, kedua karena kesibukan aktivitas dakwah yang padat. Yang berbahaya dan berpengaruh negatif terhadap kinerja dakwah ialah yang pertama.

Akhi, ada 2 kekhawatiran ana terhadap fenomena ketidakdisiplinan ini, ialah :

1. Memperlambat pencapaian target/kinerja dakwah. Jika kita terbiasa terlambat, maka kebiasaan ini pun menular pada kerja-kerja lainnya. Apalagi jika terlambat karena kemalasan. Jika kita punya jadwal rapat jam 08.30, ba'da subuhnya kita berdzikir, mandi dan bersih-bersih. Jam 07.00-08.00 sarapan + nonton berita, 08.00-08.20 pergi memfotokopi berkas lanjut perjalanan ke tempat tujuan rapat 08.20-08.45. Bertemu dengan ikhwah dan mengatakan afwan tadi sedang fotokopi jadi terlambat. Sementara jasa fotokopi sudah buka pukul 07.00!!! TIdak heran dalam rapat Grand Design dakwah kampus ana terkekeh kecil dalam hati mendengar target-target waktu pencapaiannya. Dan terbukti, tidak ada yang memenuhi target. Lamban bin lambat.

2. Dosa. Kita bersepakat berkumpul jam 10.00 dalam sebuah acara. Saat hari H ana punya cucian yang selesai jam 10.30 atau mengerjakan laporan praktikum yang akan selesai jam 10.45. Namun demi memenuhi janji ana menunda pekerjaan ana untuk datang pada janji I, berkumpul jam 10.00. Dan ternyata mereka terlambat dan acara dimulai jam 11.00. Kalaulah sebelumnya disepakati jam 11.00 niscaya sekian pekerjaan telah selesai, dan ana hanya bisa menunggu sambil mengingat PR-PR yang bertumpuk. Ana melihat ini sebagai aktivitas penzholiman terhadap saudara. Dan masih banyak kejadian sejenis sebagai bentuk penghargaan terhadap waktu yang bagitu 'sederhana'.

Hup. Akhi, antum punya solusi? Afwan sudah jam 04.30 dan ana mulai ngantuk. Kita nyambung di lain kesempatan...

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "HIDUP DENGAN DISIPLIN"

Post a Comment