Hari-hari yang Dilalui

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS 67 : 2 )

Hidup dan mati adalah milik Allah bukan milik kita. Oleh karenanya keberadaan manusia didunia ini bukan untuk main-main, tetapi untuk melaksanakan sesuatu yang sesuai dengan kehendak yang menciptakan hidup itu sendiri, yaitu untuk ibadah kepada Allah Swt, sebagaimana firman-Nya :”Tidak Ku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk ibadah kepada-Ku” (QS 51 : 56). Hal ini sangat disadari oleh setiap muslim dalam pengakuannya di setiap shalat dengan membaca firman Allah : “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam” (Al-A’raf : 162).

Sungguhpun sudah jelas bahwa hidup ini bukan untuk main-main, tetapi seringkali di dalam mengisi kehidupan ini terkesan main-main, artinya jauh dari nuansa ibadah, seperti di bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan bahkan teknologi sekalipun jauh dari nuansa ibadah kepada Allah. Bisa jadi semua musibah yang dialami bangsa ini akibat tidak adanya keberkahan dari Allah Swt, disebabkan politik yang ada adalah politik yang tidak mengenal mana yang benar dan mana yang salah, ekonomi yang tidak mengenal mana yang halal dan mana yang haram, sosial yang tidak mengenal keadilan, pendidikan yang justru tidak mendekatkan seseorang kepada Allah dan teknologi yang seringkali dijadikan tuhan dalam kehidupan. Inilah gambaran nyata kehidupan manusia yang sudah melenceng dari tujuan semula. Sehigga dampak dari semua itu dirasakan oleh masyarakat negeri ini, yang akhirnya masyarakat tidak tahu apa yang harus dilakukan, sementara tawuran semangkin meluas sampai ketingkat para elit politik di parlemen atau di tubuh partai.

Kalau kondisinya memang demikian bisa kita katakan bahwa banyak orang di negeri ini yang tidak memahami makna hidup, perjalanan hidup dan tujuan hidup.

Perjalanan hidup adalah perputaran waktu dari jam ke jam, dari hari ke hari, dari bulan ke bulan dan dari tahun ke tahun yang akhirnya sampailah kita kepada satu tahun yang disebut sebagai tahun baru (Tahun Baru Hijriah). Keberadaan seseorang ditahun ini tidak bisa lepas dari perputaran waktu ke waktu atau hari ke hari itu sendiri yang bemula dari sejak hari kelahirnya. Oleh karena itu seseorang selama hidup di dunia ini tidak bisa tidak dia pasti melalui hari-hari tersebut, diantaranya pertama, yaitu Maulud (hari kelahiran), dimana setiap anak yang lahir dalam keadaan suci artinya tidak membawa beban apapun apalagi membawa dosa warisan. Kemudian setelah anak itu dianggap sudah dewasa dalam arti dia sudah baligh (cukup umur), ‘aqil (berakal), mumayiz (bisa membedakan) mana yang baik dan mana yang tidak, mana yang haram dan mana yang halal, mana yang harus dipilih dan mana yang harus ditinggalkan, maka dia sudah harus bertanggung jawab penuh dan terikat dengan syari’at Islam. 

Dengan demikian siapapun orangnya jika dia sudah dewasa lalu tidak shalat, korupsi, ma’siyat, pengedar atau pengguna narkoba, tidak belaku adil dan tidak memihak pada keadilan maka dia telah melakukan suatu kesalahan (berdosa). Apalagi jika hal ini dilakukan oleh para wakil dan pemimpin rakyat, tentu dia telah melakukan kesalahan yang lebih besar lagi (lebih besar dosanya). 

Waktu terus berputar dari hari ke hari, dan hari demi hari tersebut menjadikan hari-hari masa lalu bagi seseorang, yang disebut sebagai hari kedua yaitu, yaumul mafqud (hari yang telah lewat) dimana hari-hari yang telah lewat tidak akan kembali lagi, maka beruntunglah orang yang mengisi hari-hari yang telah lewat tersebut dengan kebaikan dan sebaliknya merugilah orang yang mengisinya dengan keburukan, hal ini sesuai dengan firman Allah : “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” (Al-Asr: 1-3).

Melakukan muhasabah atau introspeksi diri terhadap hal-hal yang pernah dilakukan merupakan sesuatu yang sangat penting kita akan mengetahui kekurangan, kekhilafan dan kelemahan diri kita sehingga kejadian-kejadian masa lalu bisa menjadi peringatan atau pelajaran agar jangan sampai terulang kembali. Umpamanya seseorang berusia 60 tahun terhitung sejak usia baligh dia sudah terikat dengan syari’at Islam, maka kurang lebih 45 tahun dihabiskan waktu hidupnya. Kalau 45 tahun dijadikan hari maka menjadi lebih kurang 16.425 hari. Jika saja seseorang melakukan dalam sehari satu saja dosa maka berarti sejak usia baligh dia telah melakukan 16.425 dosa. Bagaimana seseorang dapat menghadap Allah dan mempertanggung-jawabkan kalau dia melakukan kesalahan dalam sehari dua kali, tiga kali, empat kali atau berkali-kali. 

Kemudian seseorang meninggalkan hari-hari lalunya dengan berbagai permasalahan-nya dan memasuki hari ketiga yang disebut yaumul masyhud (hari yang sekarang ini), yaitu hari yang sedang dijalankan oleh seseorang. Karena itu sebenarnya hidup seseorang di dunia ini sangat ditentukan oleh hari ini yaitu hari yang sedang dijalankan, artinya hari-hari yang telah lewat tidak akan kembali dan hari yang akan datang, kita tidak tahu apa yang terjadi, jangankan tahun depan besokpun kita tidak tahu apa yang terjadi. Yang jelas apa yang dilakukan hari ini sangat menentukan hari esok sebagaiman firman Allah : 

“Hai orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al-Hasyr :18)

Begitu juga didalam sebuah kalimat yang penuh dengan hikmah, dikatakan : “Barangsiapa yang keberadaannya pada hari ini lebih baik dari hari kemarin dia adalah orang yang beruntung. Barangsiapa yang keberadaannya pada hari ini sama dengan hari kemarin dia orang yang rugi. Barangsiapa yang keberadaannya pada hari ini lebih buruk dari hari kemarin dia orang yang dilaknat”.

Setelah hari ini maka akan datang hari yang keempat, yaitu yaumul maurud (hari besok) artinya jika hari ini hari Jumat maka besok adalah hari Sabtu dan seterusnya. Dimana bagi orang yang menemui hari besok, maka hari itupun menjadi hari ini, tinggal bagaimana seseorang mempersiapkan segala sesuatunya agar hari besok lebih baik dari hari ini.

Selanjutnya seseorang akan mendapatkan hari yang kelima yaitu yaumul mau’ud (hari terakhir), artinya hari terakhirnya seseorang hidup di dunia, jika seseorang meninggal hari Jum’at maka itulah hari mau’udnya. Terhadap hari ini tidak seorangpun yang dapat lari untuk menghindar, karena Allah berfirman dalam Al-Qur’an : 

“Setiap yang bernafas pasti akan mati” (QS. Ali-Imraan : 185). 

Dan juga firman Allah dalam ayat yang lain : “Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (Al-Munafiqun : 8). 

Oleh karenanya kata kematian bukan merupakan sesuatu yang perlu ditakuti oleh orang yang beriman, sebagaimana firman Allah Swt :”Dan diantara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah, dan Allah Maha Pengampun kepada hamba-hamba-Nya” (Al-Baqarah: 207). Yang perlu ditakuti adalah kondisi kematian , oleh karenanya kita senantiasa berdo’a kepada Allah agar akhir hidup di dunia ini berakhir dengan baik (khusnul khatimah). 

Setelah seseorang meninggalkan kehidupan dunia yang fana ini, maka dia akan masuk ke alam barzah sambil menanti datangnya hari yang keenam yaitu yaumul mamdud (hari yang abadi) artinya hari yang tidak ada akhirnya lagi, inilah hari akhirat atau hari kiamat yang pasti akan datang sebagaimana firman Allah : 

“Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.”(Al-Imraan:194). Hari kiamat, surga dan neraka adalah hal yang pasti.

Banyak amal-amal yang menyebabkan seseorang bisa mendapatkan surga dan mendapatkan neraka, sebagaimana yang dijelaskan secara panjang lebar dalam firman Allah : “Tentang apakah mereka saling bertanya? Tentang berita yang besar, yang mereka perselisihkan tentang ini. Sekali-kali tidak, kelak mereka akan mengetahui. Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? dan gunung-gunung sebagai pasak, dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan, dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat, dan Kami jadikan malam sebagai pakaian, dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan, dan Kami bangun di atas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh, dan Kami jadikan pelita yang amat terang (matahari), dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah, supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan, dan kebun-kebun yang lebat? (An-Naba’ : 1-16). 

Kehebatan Hari Kebangkitan : “Sesungguhnya Hari Keputusan adalah suatu waktu yang ditetapkan, yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala lalu kamu datang berkelompok-kelompok, dan dibukalah langit, maka terdapatlah beberapa pintu, dan dijalankanlah gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah ia”. (An-Naba’: 20). 

Balasan terhadap orang yang durhaka : “Sesungguhnya neraka jahanam itu (padanya) ada tempat mengintai, lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas, mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya, mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, selain air yang mendidih dan nanah, sebagai pembalasan yang setimpal. Sesungguhnya mereka tidak takut kepada hisab, dan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dengan sesungguh-sungguhnya, dan segala sesuatu telah Kami catat dalam suatu kitab. Karena itu rasakanlah. Dan Kami sekali-kali tidak akan menambah kepada kamu selain dari pada azab. (An-Naba’: 21-30). 

Balasan terhadap orang-orang yang bertaqwa : “Sesungguhnya orang yang bertaqwa mendapat kemenangan, (yaitu kebun-kebun dan buah anggur, dan gadis-gadis remaja yang sebaya, dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman). Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula perkataan) dusta. Sebagai balasan dari Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak, Tuhan Yang Memelihara langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya, Yang Maha Pemurah. Mereka tidak dapat berbicara dengan Dia. (QS 78 : 31-37). 

Perintah agar manusia memilih jalan yang benar : “Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah, ia mengucapkan kata yang benar. Itulah hari yang pasti terjadi. Maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya. Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya, dan orang kafir berkata : “Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah”. (QS 78 : 38-40).

Inilah hari-hari yang pasti dilalui oleh setiap anak Adam dalam perjalanan hidupnya, semoga perjalanan hidup kita selalu mendapat rahmat, hidayah dan lindungan Allah swt dengan harapan semoga kebahagian dunia dan kebahagiaan akhirat kita dapatkan ....Amin.



Lihat Juga Artikel lain dengan meng KLIK di bawah ini :


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Hari-hari yang Dilalui"

Post a Comment