Berhenti Menjadi Orang Biasa

Pada zaman dahulu ada pula seorang Ninja, ia adalah seorang Ninja yang bodoh, dan suatu hari ia ingin menantang seseorang Ninja lain yang jauh lebih pandai. Oleh orang-orang lain, ninja bodoh itu ditertawakan karena ia dianggap pasti kalah, namun Ninja Bodoh itu menjawab, “Ada kalanya seseorang harus terus berjuang, dan berani bertarung, walaupun ia tahu bahwa dirinya pasti kalah”.

Ada sebuah pelajaran penting yang bisa kita petik dari Acara Benteng Takeshi, di TPI, Sebuah keOptimisan dan keyakinan. Tampak dari seluruh peserta kata-kata “Saya Pasti Bisa”, sebuah kata yang jarang ditemui oleh manusia di Indonesia. Kata-kata dan keyakinan bahwa “Saya pasti berhasil”, walaupun pada akhirnya mereka kalah. Namun kekalahan itu adalah kekalahan dari kegagalan, bukan kekalahan akibat mereka tidak bertanding.

Saya pernah punya seorang teman, sebut saja A, sebenarnya ia tidaklah terlalu pintar, tidak pernah mendapat urutan 5 besar di kelas, namun ia hampir selalu ikut dalam setiap perlombaan, tidak peduli bagaimanapun hasilnya namun selama ia masih ada waktu, maka ia akan selalu ikut. Hal yang berbeda dengan teman saya satunya lagi, sebut saja B, ia tergolong siswa yang amat berprestasi, namun setiap ada lomba, ia lebih memilih mundur dengan alasan, “Ah paling-paling yang menang nanti si X”,

Saya juga pernah mengikuti perlombaan di Surabaya, disana kami tergolong peserta yang “Ndeso”, Yang dijamin akan kalah melawan peserta lain, Terutama dari SMA Favorit se Jawa Timur, sebut saja, SMK Darul 'Ulum, SMAN 5 & 6 Surabaya, Petra 1-3, dll. Namun satu hal yang saya tanamkan dalam tim kami bahwa Kita akan meraih Juara. Sehingga setiap menghadapi pengumuman peserta yang lolos ke babak berikutnya, kami pun belajar untuk materi babak selanjutnya (padahal hasil belum diumumkan). Begitulah sehingga kami yang merupakan tim underdog atau bahkan tim lapis ke 5 (dibawahnya cadangan) mampu lolos ke Final, mendapatkan sepuluh besar, walaupun tidak juara 1. Ini lebih disebabkan ketidakmampuan kami dalam penguasaan materi.

Pada zaman kekhalifahan pernah ada seorang Panglima Perang bernama Thariq, yang dengan jumlah pasukan cenderung minim, mendarat di sebuah batu karang tepi pantai untuk membebaskan suatu daerah dari kekuasaan seorang Penguasa Zhalim. Setibanya di Pantai, ia memerintahkan untuk membakar semua kapal. Lalu ia berkata pada pasukannya, “Tidak ada lagi jalan ke Belakang, Di Belakang adalah laut, dan di Depan adalah musuh, Jika kalian tetap ingin hidup, tidak ada cara lain selain mengalahkan mereka”, maka pasukan itu pun terus maju, dan akhirnya pasukan itu pun menang. Dan selat itupun sekarang dinamai selat Jibraltar.

Saudaraku seiman, adakalanya kita harus mau menjadi ninja bodoh diatas, dengan semangat peserta Benteng Takeshi. Yang mana kita tahu bahwa kita akan kalah namun kita harus tetap berusaha, berusaha untuk membalik keadaan. Nillai sebuah keOptimisan adalah teramat besar. Apa yang kita pikir, mampu mempengaruhi jalan hidup kita. Bila kita berpikir “Saya pasti Bisa” seperti si A, Insya Allah kemenangan di depan mata, namun apabila kita berpikir gagal, seperti si B, maka sekeras apapun kita dipaksa untuk menang, tetaplah kegagalan di depan mata.

Kita pun juga harus bisa menghadapi kegagalan, namun jadikanlah kegagalan yang kita dapat adalah sebuah kegagalan yang terencana sebelumnya. Bukan kegagalan akibat tidak berusaha. Berusahalah untuk terus melaju ke depan, walaupun harus dengan merangkak Dan setiap kita melangkah ke depan, bakarlah semua jalan yang telah kita lalui sehingga tidak mungkin ada kemungkinan bagi kita untuk mundur ke belakang. Majulah dengan riang dan tersenyum karena esok adalah milik kita.

Teman saya pernah berkata bahwa bila kita terlalu optimis, bila kalah, itu akan terlalu menyakitkan. Tapi tunggu dulu, Islam punya solusinya, Ini bisa dicegah dengan menempatkan 99% optimis dan 1 % resiko kegagalan terencana (bukan 1% pesimis), tetaplah optimis dalam 0,01 detik terakhir usaha kita, dan selepasnya, marilah bertawakkal. Apapun yang terjadi, insya Allah itulah yang terbaik menurut Allah bagi kita. Terimalah apa pun hasilnya setelah kita berusaha dan kita yakin kita Bisa.

Saudaraku, akhirnya marilah kita bersama-sama mengundurkan diri dari manusia biasa, dan mendaftarkan diri menjadi manusia luar biasa.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Berhenti Menjadi Orang Biasa "

Post a Comment